Ucapan Gus Dur acapkali menimbulkan kontroversi. Bahkan intelektual Islam almarhum Nurcholis Madjid (Cak Nur) sambil bercanda pernah berkata, “Hal misterius dan hanya Tuhan yang tahu, selain jodoh, maut, dan rezeki, adalah Gus Dur.”
Gus Dur –Allah yarham- memang begitu misterius, sikap, ucapan dan kebijakannya sering disalahpahami orang lain, bahkan oleh warga nahdlatul Ulama (NU) sendiri. Musuh-musuh politik Gus Dur banyak menilai ucapan dan sikapnya tidak masuk akal, mereka “men-cap” Gus Dur orang gila.
Belakangan, terlebih setelah Gus Dur wafat, sikap dan ucapannya yang dianggap tidak masuk akal, ternyata terbukti banyak benarnya. Perlahan banyak kesaksian terkait kebenaran upacan Gus Dur dari orang yang pernah ketemu dengannya.
Seperti diceritakan para tokoh Vatikan, saat Gus Dur menjabat ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), ia mengunjungi Vatikan. Sambil bercanda Gus Dur berkata bahwa ia akan datang lagi ke Vatikan sebagai seorang Presiden RI. Gus Dur mewakili Islam memang sering mengadakan dialog antar umat Islam dan lintas agama.
Ucapan Gus Dur dianggap candaan oleh para tokoh Vatikan. Namun, terbukti pada kunjungan selanjutnya tokoh Vatikan terkaget-kaget karena Gus Dur memang datang sebagai seorang Presiden. Itulah mengapa Gus Dur dijuluki “santo” oleh para tokoh Vatikan. Gus Dur merupakan salah satu tokoh Islam yang dihormati Vatikan.
Saat Gus Dur diminta pertanggung jawaban oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, dengan gagah berani ia datang ke gedung bundar dan menghadapi anggota DPR. Di hadapan mereka semua, secara lantang Gus Dur mengatakan bahwa DPR seperti Taman Kanak-kanak.
Saat itu, banyak anggota DPR tersinggung lalu menuding Gus Dur gila. Namun, pada kenyataan saat ini, apa yang dikatakan Gus Dur, benar-benar terbukti. Anggota DPR senang ketika jalan-jalan dan tidur ketika sidang, senang rebutan proyek, dan pernah ada kasus meminta-minta dari “papa minta saham”.
Pak Sutarman, ajudan Gus Dur pernah bercerita, suatu hari Gus Dur berkata ke Sutarman, “Nanti Pak Tarman akan jadi Kapolda Metro Jaya, setelah itu Pak Tarman akan menjadi Kapolri”.
Pada saat itu, Sutarman hanya tertawa karena mengganggap hal itu tidak akan terjadi, bahkan bermimpi menjadi Kapolri pun belum pernah. Namun, tepat pada tanggal 23 Oktober 2013, Sutarman ternyata resmi dilantik menjadi Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Baca Juga: (Bukan) Wasiat Gus Dur
Ucapan Gus Dur aneh selanjutnya terjadi pada 8 Januari 2006, saat itu ia mampir ke rumah dinas wali kota Solo untuk bertemu beberapa tokoh agama. Ketika itu Joko Widodo (Jokowi) baru 6 bulan menjabat Wali Kota Solo.
Pada pertemuan hari itu Gus Dur berkata, “Siapapun yang dikehendaki rakyat, termasuk Pak Jokowi ini, kalau dia jadi wali kota bagus, kelak juga bisa jadi presiden.” Joko Widodo hanya senyam-senyum waktu itu. Ucapan Gus Dur ini terbukti di 2014, Jokowi terpilih menjadi Presiden Indonesia menggantikan Presiden SBY.
Kejadian aneh lainnya juga dialami Prof KH Said Aqil Siradj (Kang Said). Di suatu pagi hari, Gus Dur meminta Kang Said menyediakan air putih dan roti tawar untuk sarapan. Lalu Gus Dur meminta Kang Said untuk membacakan Kitab Ihya’ Ulumuddin.
Baru dibacakan dua paragraf, Gus Dur sudah tertidur dan mendengkur. Lima menit kemudian tiba-tiba Gus Dur terbangun kemudian berkata pada Kang Said, “Sampean akan menjadi ketua PBNU di atas usia 55 tahun”.
Ucapan Gus Dur ini terbukti pada Muktamar NU ke-30, Kang Said di usia 46 tahun mencalonkan diri menjadi ketua PBNU bersaing dengan KH Hasyim Muzadi dan yang terpilih pada saat itu adalah KH Hasyim. Selanjutnya, pada muktamar NU ke-32, Kang Said mencalonkan diri lagi menjadi ketua PBNU. Saat itulah ia terpilih, tepat di usia 56 tahun.
Mantan Gubenur DKI Jakarta Ahok juga pernah mengalami kesaktian ucapan Gus Dur. Setelah gagal menjadi Gubernur Bangka Belitung, Ahok bertemu Gus Dur dan saat itu Gus Dur berkata, “Kamu akan menjadi gubernur”. Benar juga, Ahok akhirnya jadi gubernur, tapi bukan di Bangka Belitung.
Guru Besar Universitas Gajah Mada (UGM) Profesor Suhardi, pernah menjadi Dirjen di Departemen Kehutanan di era Gus Dur. Di ruang ICCU, berapa hari sebelum wafatnya, Gus Dur berkata kepada sang profesor, “Pak Hardi saya titip bangsa ini. Tolong ikut dikawal Pansus Century di DPR. Besok Kamis saya akan pulang ke Tebuireng dengan diantar banyak orang. Saya sudah ditunggu ayah saya di sana,” kata Gus Dur. Gus Dur meninggal tepat sesuai perkataan itu.
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga besar Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Satu komplek dengan KH M Hasyim Asy’ari (kakek) dan KH Wahid Hasyim (ayah). Setiap hari ada ribuat umat Islam berkunjung ke makam Gus Dur.
Baca Juga: