tebuireng.co – Ketua panitia haul ke-12 Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yakni Yenny Wahid mengatakan jika Gus Dur sering menyelesaikan masalah dengan joke-joke (humor) dan tertawa.
Kali ini, panitia haul Gus Dur melakukan kolaborasi dengan banyak pihak yang memiliki selera humor kelas atas seperti kelompok Juragan 11 Indosiar, KH Imam Hambali dan Abah Topan.
“Kita terimakasih dengan Juragan 11 yang menghiasi acara haul, yang akan memeriahkan acara dengan tertawa. Tertawa salah satu kekuatan Gus Dur,” jelasnya saat sambutan di Ciganjur, Kamis (30/12/2021).
Dikatakan, selama hidupnya, Gus Dur menghadapi semua hal, konflik, ketegangan dengan tertawa dan tenang. Slogannya yang populer yaitu, “Gitu aja kok repot.” Haul Gus Dur diperingati setiap bulan Desember, mengikuti penanggalan masehi.
“Gus Dur punya dasar dari Al-Qur’an, mudahkan dan jangan dipersulit,” tegas putri nomor dua Gus Dur ini.
Gus Dur punya kemampuan untuk membahagiakan banyak orang lewat joke-jokenya. Kadang menertawakan diri sendiri karena tidak menganggap dirinya istimewa dan pejabat. Dalilnya Gus Dur, permudah lah dan jangan dipersulit.
“Haul Gus Dur punya fungsi, bisa ajang religi, budaya, ekspresi kebangsaan. Momen reflektif untuk menilai atau melihat bangsa ini secara global,” imbuh Yenny.
Yenny Wahid menambahkan, sebagai bagian dari masyarakat dunia, bangsa Indonesia mau tidak mau harus siap berhadapan virus global.
Menurut Yenny, pandemi mengakibatkan dampak yang luar biasa. Bagi kebanyakan orang, tahun 2020-2021 adalah tahun kesedihan, karena kehilangan pekerjaan, keluarga dan stres berat. Depresi dan stres memiliki dampak besar, buat tidak produktif dan sakit.
Tertawa di tengah musibah yang dimaksud bukan berarti meremehkan. Melainkan menciptakan ketenangan dan tidak panik, sehingga bisa berpikir jernih dalam menghadapi sebuah masalah.
“Untuk itu diperlukan imunitas yang tinggi, salah satunya dengan hati yang bahagia dan ceria. Dengan begitu kekebalan tubuh naik,” katanya.
Haul ke-12 Gus Dur diperingati secara serentak di 4 titik sekaligus. Yakni Pesantren Tebuireng, kediaman Gus Dur di Ciganjur, kediaman Yenny Wahid di Yogyakarta dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jerman. Format haul kali ini memakai sistem daring dan luring.
Di Pesanren Tebuireng, para santri melaksanakan khatmil Qur’an massal untuk memperingati haul Gus Dur. Setiap kamar santri mendapat tugas untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.
Do’a khatmil Qur’an dibacakan ba’da shalat Maghrib berjama’ah di masjid Tebuireng yang dipimpin oleh Gus Fauzan. Selanjutnya acara haul di Pesantren Tebuireng, bertempat di tidak jauh dari makam Gus Dur.
“Gus Dur bolak balik menertawakan diri sendiri. Seperti mengatakan dia dan istrinya adalah pasangan serasi. Satunya tidak bisa melihat dan satunya tidak bisa jalan,” tandasnya.