tebuireng.co- Banyaknya keutamaan yang diberikan oleh Allah Swt dalam setiap ibadah di bulan Ramadan menjadi ajang bagi kaum muslim untuk berlomba-lomba memperbanyak ibadah. Apalagi ibadah yang banyak itu dikuatkan dengan niat yang baik tentu akan lebih berkualitas. Prof Quraish Shihab, dalam kanal Youtubenya menjelaskan bahwa setiap ibadah berkaitan erat dengan hati. Sebab hati merupakan tempat dalam menentukan niat dan menumbuhkan rasa cinta.
Adanya kekuatan cinta yang tumbuh dalam melaksanakan ibadah dengan tujuan hanya untuk meraih ridho-Nya menjadikan ibadah tersebut memiliki kualitas yang tinggi.
“Ibadah yang sesungguhnya adalah dorongan dari cinta,” jelasnya.
Ia pun melanjutkan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Sina bahwa ada tiga tipe yang bisa menentukan kualitas ibadah seseorang.
Pertama adalah tipe ‘abid atau hamba sahaya. Yakni mereka beribadah karena rasa takut akan siksa. Prof Quraish Shihab menambahkan bahwa ibarat seorang pembantu yang takut pada majikannya maka ia akan berusaha melaksanakan perintah dengan benar saat dilihat oleh majikannya.
Kedua adalah tipe pedagang, yakni mereka yang beribadah karena mengharapkan pahala untuk membuatnya masuk surga. Tipe ini ibarat pedagang yang rela bersusah payah untuk berdagang hanya untuk mendapatkan sebuah keuntungan.
Ketiga adalah tipe pecinta, yakni mereka yang beribadah dengan ikhlas hanya untuk Allah. Tipe yang seperti ini tidak takut pada ancaman dan tidak pula menginginkan balasan (pahala) sehingga mereka cenderung tidak peduli dengan sedikit atau banyak pahala yang akan diberikan karena setiap ibadahnya semata-mata hanya untuk mencari ridho-Nya
Dalam konteks ibadah pun tidak hanya disempitkan dengan sekedar melaksanakan rukun Islam yang mencakup salat, puasa, haji dan zakat. Namun ibadah memiliki pengertian yang luas.
Prof Quraish Shihab menafsirkan dua ayat yang menjadi tujuan manusia diciptakan. Pertama dalam penggalangan surah al-Baqarah ayat 30:
وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Kedua dalam surah az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku,”
Pada umumnya, tafsir dalam surah al-Baqarah ayat 30 hanya menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dengan tujuan menjadikannya sebagai khalifah atau pemimpin di bumi sedangkan ayat kedua dalam surah Az- Zariyat menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia hanya agar ia beribadah kepada-Nya karena pada umumnya huruf lam dalam kalimat liiya’budun dimaknai dengan agar atau supaya
Namun Prof Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam tafsir sekarang, lam ( lii ) dalam surah Az-Zariyat bisa juga berarti akibat. Sehingga dua ayat bisa ditafsirkan dengan manusia ditugaskan menjadi khalifah yang menjadikan semua tugas dalam konteks khalifah tersebut berakibat ibadah kepada Allah.
“Penafsiran seperti ini adalah upaya ulama untuk memperluas konteks ibadah sehingga tidak hanya dimaknai dengan salat, puasa zakat dll. Tetapi menjadi pemimpin, melakukan kegiatan dalam kepemimpinan, membantu orang lain dan contoh lainnya adalah suatu ibadah,” pungkasnya.
Baca juga: Macam-Macam Komunikasi Menurut Prof. Imam Suprayogo