“Menulis adalah bekerja untuk keabadian”, ini merupakan petikan kalimat yang pernah disampaikan Pramodya Ananta Toer.
Versi lengkapnya “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis maka ia hilang di dalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Entahlah tiba-tiba siang ini tepatnya hari Ahad, 21 Januari 2024 ingin memulai dengan melatih kembali keterampilan menulis yang dulu pernah ada. Sejak keluar kamar menuju kamar mandi, kalimat “menulis adalah bekerja untuk keabadian”, seolah-seolah terngiang-ngiang dakam pikiran, ingin bekerja tapi bingung apa yang mau dikerjakan, lantas terlintas dalam pikiran kalimat bekerja untuk keabadian yakni “menulis”.
Masih kata Pram, melatih menulis itu seperti halnya melatih otot dalam berolahraga, semakin kita melatih otot maka oto-otot kita akan terbentuk, begitupun dengan kebiasaan menulis yang harus dibangun dan dibiasakan harus senantiasa dilatih dengan konsisten untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik dan enak dibaca semua orang.
Dengan latihan, otak kita akan mudah merespon terhadap apa yang ingin kita tuliskan, karena otak manusia memiliki sifat elastis seperti plastik: bisa melar dan juga bisa mengerut, atau bisa disebut juga dengan istilah neuroplasticity. Kemampuan ini memungkinkan otak kita untuk tumbuh dan berkembang, dari bayi yang hanya bisa mengamati lingkungan sekitarnya, sampai orang dewasa yang bebas berpikir, berpendapat dan berkarya.
Ketika kita menulis pasti berpikir, dan ketika kita berpikir neuron-neuron atau sel-sel otak kita akan menembakan neurotransmiter atau zat kimia yang membentuk jalan di antara neuron. Jalan atau ikatan antar-neuron itu merupakan wujud fisik dari ingatan kita.
Ketika kita belajar hal yang baru, ada ikatan baru terbentuk di otak kita. Semakin banyak jalan yang membentuk, pengiriman informasi pun akan jadi lebih cepat, sehingga otak dapat berpikir lebih cepat juga.
Latihan menulis setiap hari membuat neuron menembakkan lebih banyak neurotransmeter, memudahkan kita untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah kita pelajar.
Kalau kita tekun latihan menulis setiap hari, lama-lama tulisan kita dari yang sederhana akan berubah menjadi lebih baik dan luar biasa, kalau dalam konsep pesantren hal itu merupakan bentuk “barokah” dari keistiqomahan yang kita lakukan secara ulang-ulang.
Oleh: Umar Faruk Fazhay, CEO-Co Founder Ashufa Institute
Baca juga: Tetap Menulis Meskipun Rumit