ADVERTISEMENT
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
Home Keislaman Akidah

Mengenal Kitab Risalah Ahl al Sunnah wa al Jama’ah (Bagian 1)

Achmad Roziqi by Achmad Roziqi
2021-03-02
in Akidah, Keislaman, Kitab Kuning, Pesantren
0 0
0
Pendiri Nahdlatul Ulama Membentengi Umat Islam

Pendiri Nahdlatul Ulama Membentengi Umat Islam

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
Mengenal Kitab Risalah Ahl al Sunnah wa al Jama’ah

Oleh: KH. Achmad Roziqi, Lc.

Direktur Tebuireng Institut For Islamic Studies, Pesantren Tebuireng

Dalam membentengi paham ahl al-sunnah wa al-jama’ah, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari membekali para pengikutnya di Nahdlatul Ulama dengan kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Asyrath al-Sa’ah wa Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. Kitab setebal 42 halaman ini berisi sangat padat, dari mulai dalil yang digunakan sangat jelas, dan argumentasi yang dibangun dapat dengan mudah untuk dipahami semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan.

Meskipun demikian, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari juga tidak secara detail memberi nama kitab ini dengan layaknya nama yang kita kenal sekarang, yaitu’; kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Asyrath al-Sa’ah wa Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. Baik di dalam muqoddimah maupun di penutup beliau tidak menyematkan nama secara detail, beliau hanya menyebutnya sebagai kitab.

Saya berpandangan bahwa penamaan kitab ini adalah cucu beliau, yaitu KH. M. ‘Ishomuddin Hadziq yang kita kenal dengan Gus Ishom. Pemberian nama ini besar kemungkinan karena muatan kitab ini yang menjelasakan tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah yang kemudian dirasa sebagai ruh yang mendasari lahirnya kitab ini.

Demikian pula waktu penulisan kitab ini, Hadratussyaikh tidak mencantumkan keterangan waktu penulisannya. 1330 H adalah tahun yang yang tercantum di dalam kitab ini. Beliau menyatakan bahwa di tahun itulah bermunculan ragam pemikiran yang banyak dalam Islam. Hemat penulis, di tahun inilah Hadratussyaikh menulis kitab ini sebagai benteng bagi generasi penerus agar haluan ahl al-sunnah wa al-jama’ah yang sudah mengakar dan diikuti oleh masyarakat muslim Indonesia terdahulu tetap lestari, tidak tergantikan dengan faham-faham baru yang bertentangan dengan ahl al sunnah wa al jama’ah.

Penisbatan Kepada Hadratussyaikh

Penyematan nama muallif dalam kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah ini tidaklah tertulis secara langsung oleh sang muallif, baik di dalam muqoddimah, isi bahkan hingga di penutup kitab. Namun beberapa tokoh ulama’ mengamini penisbatan kitab ini kepada Hadratussyaikh. Sebagaimana, KH. Maimun Zubair. Beliau dengan jelas menisbatkan kitab ini kepada Hadratussyaikh dan menuqil ibarotnya di dalam kitab beliau, yaitu al Ulama’ al Mujaddidun.

Berikut adalah ibarot KH. Maimoen Zubair sebelum beliau menuqil ibarot Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari:

قال الشيخ العلامة محمد هاشم أشعري مؤسس نهضة العلماء رحمه الله تعالى في رسالته عن أهل السنة والجماعة وعن أشراط الساعة وهي من تآليفه القديمة قبل أن يؤسس تلك الجمعية المشهورة الكبيرة …. إلخ

Al-Syaikh al-‘Allamah M. Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama’ berkata di dalam risalah beliau tentang Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan tanda-tanda kiamat. kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah ini adalah salah satu dari beberapa karya lama beliau sebelum mendirikan Organisasi Nahdlatul Ulama’ yang masyhur lagi besar itu.

Ibarot ini secara jelas dan tegas menyatakan bahwa kitab ini adalah karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Di samping itu KH. Maimun Zubair menyatakan bahwa kitab ini sudah Hadratussyaikh tulis sebelum beliau mendirikan Nahdlatul Ulama’.

Isi

Hadratussyaikh di dalam muqoddimahnya  menuliskan bahwa kitab ini berisikan tentang hadits-hadits yang berkenaan dengan keadaan orang-orang yang sudah meninggal, tanda-tanda kiamat serta sepenggal penjelasan tentang sunnah dan bid’ah. Di samping itu beliau juga memasukkan beberapa hadits sebagai nasihat kepada kita semua.

Gus Ishom dalam kata pengantar kitab ini menegaskan bahwa kitab ini adalah jawaban atas kegalauan setiap muslim akan keyakinan yang dianutnya, kepastian akan haluan keberagamaannya yang mengantarkannya kepada keselamatan, yaitu ahl al-sunnah wa al-jama’ah. Di samping itu, kitab ini juga berisi penolakan Hadratussyaikh atas kesesatan para pelaku bid’ah yang mendustakan agama dan jawaban Hadratussyaikh atas kerancuan-kerancuan kaum atheis yang tersesat.

Urgensi

Kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah ini sangat dibutuhkan di era millenial ini. Tahun 1330 H yang bertepatan dengan tahun 1911/1912 M Hadratussyaikh menilai perlu adanya penguatan ahl al-sunnah wa al-jama’ah dengan pertimbangan maraknya pemikiran keislaman saat itu. Di samping itu, beliau juga menegaskan dalam kitab ini bahwa belajar agama haruslah selektif dalam memilih guru serta adanya penegasan bahwa bolehnya berijtihad hanyalah bagi mujtahid, selainnya haruslah bertaqlid.

Hari ini, pemikiran keislaman sangat beragam bahkan akses orang awam terhadap ragam pemikiran itu pun semakin mudah dengan kemajuan dunia teknologi saat ini. Lebih berbahaya lagi adalah munculnya keberanian orang-orang awam untuk berfatwa yang diiringi dengan pudarnya rasa kehati-hatian masyarakat muslim dalam memilih guru. Dari itu, tidaklah berlebihan Gus Ishom menyatakan bahwa kitab ini sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman beragama bagi anak zaman ini, bahkan kebutuhan kita terhadap kitab ini mengalahkan kebutuhan masyarakat muslim tahun 1330 H.

Metode Penulisan

Hadratussyaikh banyak sekali menyebutkan nama kitab beserta muallifnya di awal, yaitu sebelum beliau menuliskan ibarotnya. Di antara kitab yang beliau jadikan rujukan dalam kitab ini adalah ‘Uddah al–Murid al–Shodiq karya Syaikh Ahmad al-Zarruq, Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Fath al–Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqallani dan lain-lain. Setelah menuqil ibarot para ulama, Hadratussyaikh sering membuat kesimpulannya.

Di samping metode di atas, Hadratussyaikh terkadang pula tidak menuliskan referensi dari ibarot beliau. Hal itu menurut kami, mungkin dirasa sebagai sesuatu yang sudah umum diketahui sehingga dinilai tidak perlu menyebutkan referensinya, seperti ketika Hadratussyaikh menyebutkan afiliasi mahzab dari para ulama sebagai contoh nyata bahwa para ulama’ terkemuka itu bermahzab.  Dan mungkin juga karena ibarot tersebut sudah menjadi malakah (hafal di luar kepala) Hadratussyaikh sehingga beliau tidak lagi perlu untuk menyematkan referensinya dan karena faktor inilah terkadang kita menemukan kesamaan ibarot dalam karya para ulama’. Menilai adanya kesamaan ibarot dalam karya para ulama’, bagi kami, tidaklah lantas karya itu menjadi minus, tetapi sebaliknya. Semacam ada kebanggaan dan berharap keberkahan dalam menghadirkan ibarot para ulama’ qudama’.

Dengan demikian, kitab “Risalah Ahl al–Sunnah wa al–Jama’ah” mengisyaratkan akan pentingnya menjaga semssangat mengaji, selektif memilih kiai dan istiqomah dalam menjalankan agama berhaluan ahl al–sunnah wa al–jama’ah.

Oleh: KH. Achmad Roziqi, Lc.

Direktur Tebuireng Institut For Islamic Studies, Pesantren Tebuireng

Referensi

1. Adab al–‘Alim wa al–Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari,

2. Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia karya Muhammad Asad Syihab,

3. Al–Mutasyaddidun; Manhajuhum wa Munaqasyah Ahamm Qadhayahum karya Prof. Dr. Syaikh Ali Jum’ah,

4. Al–Ulama’ al–Mujaddidun karya KH. Maimoen Zubair,

5. Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Tags: KH. M. Hasyim Asy’ariRisalah Ahlussunnah Wal Jamaah
Previous Post

Pemikiran Pendidikan Islam KH. Salahuddin Wahid (2)

Next Post

Profil Singkat Pondok Pesantren Tebuireng

Achmad Roziqi

Achmad Roziqi

Next Post
Profil Singkat Pondok Pesantren Tebuireng

Profil Singkat Pondok Pesantren Tebuireng

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Istri Ketiga Pendiri ACT Terima Aliran Dana Umat?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendiri ACT, Dekat PKS dan Kritik Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Palsu di Kitab Durratun Nasihin, Adakah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • "Jika kamu takut diterpa angin kencang, jangan pernah punya cita-cita untuk jadi pohon yang tinggi," dawuh dari KH Achmad Chalwani.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #dawuh #mutiarahikmah #nahdlatululama #nahdliyin #annawawi
  • Keluarga besar Tebuireng Initiatives mengucapkan selamat kepada Bapak KH Achmad Roziqi, Lc., M.H.I. atas amanah baru sebagai Mudir Ma
  • "Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad," Al-Ghazali.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #mutiarahikmah #quotesoftheday #alghazali
  • Hukum wukufnya orang yang sedang haid pernah dibahas oleh al-Imam al-Nawawi dalam kitab al-Idlah bahwa salah satu adab wukuf adalah dilakukan dalam keadaan suci.  Dengan demikian, wukuf yang dilakukan jamaah haji yang tengah menstruasi adalah sah, meski ia kehilangan keutamaan wukuf dalam keadaan suci. Al-Nawawi berkata:  اَلسَّابِعَةُ الْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَقْبِلًا لِلْقِبْلَةِ مُتَطَهِّرًا سَاتِرًا عَوْرَتَهُ فَلَوْ وَقَفَ مُحْدِثًا أَوْ جُنُبًا أَوْ حَائِضًا أَوْ عَلَيْهِ نَجَاسَةٌ أَوْ مَكْشُوْفَ الْعَوْرَةِ صَحَّ وُقُوْفُهُ وَفَاتَتْهُ الْفَضِيْلَةُ  “Kesunnahan dan adab wukuf yang ketujuh. Yang lebih utama adalah menghadap kiblat, suci dari hadas dan menutupi aurat. Sehingga bila seseorang wukuf dalam keadaan berhadats, junub, haid, terkena najis atau terbuka auratnya, maka sah wukufnya dan ia kehilangan keutamaan” (Syaikh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, al-Idlah, Beirut-Dar al-Hadis, hal. 313).  Berdasarkan referensi tersebut dapat dipahami bahwa kondisi menstruasi tidak mencegah kebsahan wukuf, sebab hanya berkaitan dengan keutamaan, bukan kewajiban.  Kaidah fiqih menegaskan, “al-Wâjibu lâ yutraku illâ li wâjibin” (kewajiban tidak dapat ditinggalkan kecuali karena kewajiban lainnya), sebagian ulama meredaksikan dengan bunyi kaidah “al-wâjibu lâ yutraku li sunnatin” (kewajiban tidak boleh ditinggalkan karena kesunnahan).  Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #haji2022 #haji #hajiindonesia
  • Idul Adha beda di tahun 2022 nampaknya bakal jadi kenyataan. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.  Ketetapan ini dituangkan dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah. Meski demikian, hingga kini pemerintah belum menentukan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.  “Idul Adha (10 Dzulhijjah1443 H) hari Sabtu Legi, 9 Juli 2022 M,” bunyi Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah dikutip pada Senin (20/6/2022).  Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin memaparkan, jika mengacu pada garis tanggal Kriteria Baru MABIMS, menunjukkan bahwa di Indonesia pada saat maghrib 29 Juni 2022, tinggi bulan umumnya kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.  Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat. Akibatnya, hilal tidak mungkin dapat dirukyat. Secara hisab imkan rukyat (visibilitas hilal), data itu menunjukkan bahwa 1 Dzulhijjah 1443 akan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022.  “Konfirmasi rukyat akan dilakukan pada 29 Juni dan diputuskan pada sidang itsbat awal Dzulhijjah 1443, yang waktunya akan diinformasikan lebih lanjut oleh Kementerian Agama,” tandasnya.  Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #haji #haji2022 #iduladha #nahdlatululama #muhammadiyah
  • "Orang yang beriman tidak hanya berikhtiar, tapi juga tawakkal dan berdoa", dawuh dari KH A. Mustofa Bisri.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #dawuh #mutiarahikmah #nahdlatululama #nahdliyin #gusmus #gusmusquotes
  • Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy
  • "Berwudhulah dengan cinta, sebelum berwudhu dengan air. Sungguh, tidak boleh shalat dengan hati penuh kedengkian, dendam, dan kebencian," Jalaluddin Rumi.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #mutiarahikmah #mutiararumi #quotesoftheday #rumi
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  Keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Hashaim Shah Wali Arrazy, putra kedua Abuya Dr. Arrazy Hasyim, MA.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #duka #arrazyhasyim #ribathnouraniyyah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist