Sabar adalah sikap yang dianjurkan untuk dimiliki oleh seseorang dalam menjalani kehidupan. Hal ini karena sabar memiliki banyak keutamaan.
Ulama menjelaskan bahwa sabar memiliki tiga macam atau tingkatan. Yakni sabar ketika terkena musibah, sabar dalam menjalani ketaatan dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Sabar dalam menahan diri dari melakukan kemaksiatan termasuk tingkatkan sabar yang tinggi karena hal tersebut termasuk hal yang sangat sulit dilakukan sebab dalam diri manusia terdapat nafsu yang kian sering mengajak kepada hal yang diharamkan.
Namun, Allah menjamin pahala yang besar bagi orang yang mampu bersabar untuk tidak melakukan maksiat. Seperti yang termaktub dalam penggalan surah Az-Zumar ayat 10
اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas” (QS. Az Zumar : 10)
Dalam hadis disebutkan
مَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَا أَجِدُ لَكُمْ رِزْقًا أَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
“Barang siapa berusaha untuk sabar maka Allah akan menjadikannya sabar, barang siapa berusaha untuk kaya maka Allah akan mengayakannya, barang siapa menjaga diri maka Allah akan memelihara dirinya, dan aku tidak mendapati untuk kalian rezeki yang lebih lapang daripada sabar.” (HR.Ahmad)
Mengenai keutamaan orang yang sabar banyak sekali dijelaskan baik dalam Al-Qur an dan hadis. Diantaranya seperti yang dijelaskan dalam surah Ali Imran
وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar“ (Ali Imran: 146)
Ayat ini menjadi salah satu alasan anjuran untuk memiliki sikap sabar agar senantiasa menjadi hamba yang dicintai Allah. Syekh Ibnu Abid Dunya dalam kitab as-Shabru wa Tsawâb ‘alaihi menyebutkan sebuah hadis riwayat Ali bin Abi Thalib yang menjelaskan tentang pahala sabar
فَمَنْ صَبَرَ عَلَى الْمُصِيبَةِ حَتَّى يَرُدَّهَا بِحُسْنِ عَزَائِهَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ ثَلَاثَمِائَةِ دَرَجَةٍ بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ، وَمَنْ صَبَرَ عَلَى الطَّاعَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ سِتَّمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ، وَمنْ صَبَرَ عَنِ الْمَعْصِيَةِ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ تِسْعَمِائَةِ دَرَجَةٍ، مَا بَيْنَ الدَّرَجَةِ إِلَى الدَّرَجَةِ كَمَا بَيْنَ تُخُومِ الْأَرْضِ إِلَى مُنْتَهَى الْعَرْشِ مَرَّتَيْنِ
“Barang siapa yang sabar menghadapi musibah, sampai ia mampu untuk kembali pulih dengan sebaik mungkin maka Allah akan mengangkat 300 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara langit dan bumi. Dan barang siapa yang sabar dalam menjalani ketaatan maka Allah mengangkat 600 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sejauh antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy. Dan barang siapa yang sabar menahan diri dari kemaksiatan maka Allah akan mengangkat 900 derajatnya. Di mana, satu dengan lainnya berjarak sekitar dua kali lipat antara lapisan-lapisan bumi dan batas (ketinggian) ‘arsy”.
Dalam hadis lain juga disebutkan:
مَا تَجَّرَعَ عَبْدٌ جُرْعَةً أَفْضَلُ عِنْدَ اللهِ مِنْ جُرْعَةِ غَيْظٍ كَظَمَهَا ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ تَعَالَى
“Tidak ada seorang hamba yang meneguk satu tegukan (menerima musibah) yang lebih utama di sisi Allah dari pada satu tegukan yang berat yang ditahan untuk mencari ridha Allah ta’ala.” (HR Ahmad dan At Thabrani).
Demikian penjelasan mengenai anjuran dan keutamaan sabar.