Oleh: Achmad Roziqi
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sebagai Organisasi Pendiri Nahdlatul Ulama secara tegas menyatakan bahwa kemajuan suatu komunitas adalah tergantung kepada level keilmuan yang ada pada generasi penerusnya. Asad Syihab dengan sangat jelas dan gamblang mengabadikan ungkapan ini dalam karyanya al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia, yaitu pernyataan beliau:
Tidak ada gunanya suatu bangsa jika anak-anaknya bebal dan bangsa tidak bugar tanpa ilmu
“Jika generasi penerus suatu umat adalah generasi yang bodoh, maka tiada kebaikan di dalam umat tersebut. Hanya dengan ilmu, suatu umat akan menjadi hebat.“
Dalam membekali ilmu bagi generasi penerus Nahdlatul Ulama tentulah ada perioritas keilmuan yang didahulukan dan ada pula standar minimal yang harus diketahui oleh semua generasi umat Islam ini. Dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, Hadratussyaikh memberikan panduan perioritas keilmuan yang harus dikuasai oleh semua orang Islam, yaitu: ilmu dzat al-‘aliyah, ilmu al-shifat, kedua ilmu ini masuk dalam ranah ilmu tauhid. Berikutnya adalah ilmu fiqh dan ilmu ahwal wa maqomat yang kita kenal dengan ilmu tasawwuf. Ketiga ilmu inilah bekal utama kita guna menjalankan agama ini dengan benar.
Dengan melihat banyaknya kitab-kitab keislaman yang mengajakan ilmu-ilmu tersebut, Hadratussyaikh merasa perlu untuk memberikan acuan kitab yang tepat guna menggali ketiga ilmu tersebut. Kitab dasar yang menjadi acuan Hadratussyaikh, yaitu; Bidayah al-Hidayah karya Imam al Ghozali dan Sullam al-Taufiq karya Sayyid Abdullah bin Thohir. Hal ini tentu sebagai lengkah kehati-hatian beliau dalam menjaga generasi penerus agar memiliki corak keberagamaan yang tetap lurus, tidak melenceng dari haluan yang sudah ada.
Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali
Imam al-Ghazali dipilih oleh Hadratussyaikh sebagai simbol bagaimana kita harus menjalankan agama Islam ini. Secara teologis Imam al-Ghazali adalah Asy’ariyah, dia adalah salah satu tokoh ulama besar dalam aliran teologis ini. Dalam fiqhnya, dia adalah sosok ulama dengan aliran, aliran Syafi’iyyah yang dia pilih dan dia memiliki banyak karya di sekte fiqh Syafi’I, mengikuti ushul fiqh Selain itu, ia terkenal sebagai sosok sufi yang memiliki karya monumental di bidang ilmu kebatinan yaitu Ihya ” Ulumiddin. Ideologi asy’ariyyah, sektarianisme dalam fiqh dan tasawuf inilah yang terkenal dengan arah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dan inilah yang menjadi Dasar dan pondasi berteologi warga Nahdlatul Ulama.
Dalam membentengi pemahaman ahl al-sunnah wa al-jama’ah, Hadratussyaikh tidak berhenti sampai disini. Dia dalam karyanya yang lain memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang hal itu dalam kitab Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Asyrath al-Sa’ah wa Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah .
Referensi
1. Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari,
2. Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia karya Muhammad Asad Syihab,
3. Al-Mutasyaddidun; Manhajuhum wa Munaqasyah Ahamm Qadhayahum karya Prof. Dr. Syaikh Ali Jum’ah,
4. Al-Ulama’ al-Mujaddidun karya KH. Maimoen Zubair,
5. Risalah Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.