tebuireng.co – Benarkah mindset kita dapat meng-cancel sebuah doa kita? Doa merupakan intisari dari ibadah dan dengan doa pula manusia menjadi terarah yang sesuai dengan syariat sang pencipta. Di berbagai agama terutama Islam, doa dijadikan ‘senjata ampuh’ serta cara ternikmat dalam berkomunikasi dengan Rabbnya, setiap hamba bebas meminta segala harap dan permohonan ampun.
Ketika doa termasuk ibadah maka eksistensi doa sangat penting bagi manusia, sudah sepantasnya menjadikan doa sebagai kebutuhan dalam menjalani kehidupan baik keadaaan sukar maupun lapang. Realitanya, kebanyakan manusia lebih banyak menghabiskan doa diwaktu sukar saja dan mengganggap doa hanyalah tempat berkeluh kesah.
Sebagaimana sabda Rasullullah saw. bahwa doa itu ibadah dan tiada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah Swt. selain berdoa kepada-Nya ketika dalam keadaan lapang. Menjadikan doa sebagai kebutuhan manusia itulah hakikatnya, karena dengannya selain mempererat hubungan antar makhluk dengan hamba, dapat memberikan energi positif bagi seorang hamba.
Hal ini termaktub dalam QS. Al-Ghafir ayat 60 :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ
Artinya: “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa) akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.”
Ayat ini juga berhubungan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 186, bahwasanya setiap doa akan di kabulkan jika ia memenuhi perintah Sang Kholik :
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Aritinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”
Keterkaitan dari kedua ayat tersebut sangat jelas bahwasanya Allah Swt. sangat menyukai hambanya yang sering berdoa dan setiap doa pasti di ijabah kecuali doa yang tidak sesuai dengan syariat. Sebagaimana terdapat dalam hadits Rasulullah saw. dalam sabdanya: “Apabila seorang muslim berdoa dan tidak memohon sesuatu yang tidak berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan dikabulkan oleh Allah SWT satu dari tiga perkara: akan dikabukan doanya, atau ditunda untuk disimpan (sebagai pahala) di akhirat, atau menghilangkan dari padanya keburukan yang semisalnya.”
Sungguh sangat dahsyat sebuah doa bagi manusia (apabila sesuai dengan syariat). Lantas bagaimana jika diri kita yang justru menghapus atau mencancel doa kita? Alasannya hanya sekedar tidak mengetahui apa yang telah diperbuat. Salah satunya ialah mindset kita perlu diatur dan di perbaiki terus menerus agar tidak mengalami kerugian.
Baca Juga: Dua Hal Penting agar Doa Terkabul
Arti dari mindset sendiri adalah serangkaian pola pikir yang terbentuk sesuai dengan pengalaman dan keyakinan sehingga dapat mempengaruhi perilaku atau cara berfikir seseorang dalam menentukan suatu sikap, pandangan hingga masa depan seseorang.
Pola pikir sangat berpengaruh besar dalam diri, ketika cara berpikir kita rendah maka akan berdampak negatif pada perbuatan, ucapan ataupun doa. Doa akan ter-cancel dengan sendirinya ketika kita tidak bisa mengelola mindset dengan baik.
Tidak ada istilah ragu dalam diri manakala kita bisa merealisasikan keyakinan penuh terhadap doa, terus istiqomah berdoa baik setiap waktu juga dapat memberikan sugesti positif dan mempengaruhi otak bawah sadar. Maka dari itu jangan pernah meng-cancel doa dengan bersikap ragu terhadap doa sendiri. Yakinlah bahwa setiap doa pasti di ijabah oleh Sang kuasa selagi kita mau berusaha dan memperbaiki mindset.
Mindset yang benar ialah seseorang yang selalu berfikir positif (Husnudzon) baik pada diri sendiri, orang lain terutama kepada Sang Kholik. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim, bahwasanya Allah Swt. tergantung pada prasangka hamba-Nya.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي ، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي ، وَإِنْ ذَكَرنِي فِي مَلَأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ )) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat).”
Selaras dengan pendapat Ibnu Atha’illah dalam kitab Al-Hikam mengungkapkan bahwa siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka lihatlah seberapa tinggi kedudukan Allah dalam hatinya. Demikian pula, siapa yang ingin mengetahui seberapa dekat Allah dengan dirinya, maka lihatlah seberapa dekat Allah dengan hatinya.
Dalam hadits ini tersirat sebuah anjuran untuk senantiasa berfikir positif dalam segala hal sebab dunia ini milik Allah dan akan terjadi atas kehendak-Nya. Sejatinya manusia tergantung pada fikirannya (you are what you think) bagaimana mengelola fikirannya, dengan berfikir positif ia akan optimis dan mampu menghadapi setiap problematika kehidupan dengan cara terbaiknya.
Selain keraguan, doa juga bisa di cancel dengan cara melakukan sesuatu yang berlawanan yakni kontradiktif antara doa dan usaha. Seperti halnya ingin sukses namun bermalas-malasan dan tidak adanya upaya dalam mewujudkan harapan tersebut. Sebagai generasi muslim bermartabat sudah selayaknya memperhatikan mindset agar tidak mudah terprovokasi ataupun meng-cancel doa kita.
Oleh: Syofiatul Hasanah, Mahasiswi Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.