Dalam penjelasan sebelumnya mengenai bersyukur dengan lisan serta bersyukur dengan hati, kali ini pembahasan kita lanjutkan dengan materi Bersyukur dengan Anggota Badan.
Adapun Bersyukur dengan menggunakan anggota badan adalah dengan amal yang saleh (imtitsalul awamir wa ijtinabun-nawahi) sebagaimana yang telah di wasiatkan di dalam Al-Quran kepada orang yang sudah mencapai usia 40 tahun: “Sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya telah mencapai 40 tahun, ia berdoa: ‘Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku, agar aku beramal baik sebagaimana yang Engkau ridhai.” (QS. Al-Ahqaf: 15).
Ia (Abu Bakar) memohon kepada Allah SWT agar Allah memberinya kemampuan melaksanakan amal saleh setelah memohon pertolongan dalam mensyukuri nikmatNya.

Anggota Badan ada sedekah
Ada hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dzarrin dari Nabi Muhammad saw, beliau bersabda: “Setiap pagi persendian tubuh dari kalian semua dapat melakukan sedekah.” Persendian tubuh manusia itu terdiri dari 370 (tiga ratus tujuh puluh) bagian. Bagaimana masing-masing persendian dapat melakukan syukurnya?
Nabi saw menjawab, “Setiap bacaan tasbih menjadi sedekah, setiap bacaan tahmid menjadi sedekah, setiap bacaan tahlil menjadi sedekah, setiap bacaan takbir menjadi sedekah, setiap perbuatan mengajak kepada kebajikan menjadi sedekah, dan setiap perbuatan mencegah terjadinya kemungkaran menjadi sedekah.” (HR. Muslim, 720)
Di riwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, “Setiap perkataan manis menjadi sedekah, bantuan seseorang kepada saudaranya menjadi sedekah, makanan dan minuman yang dia berikan menjadi sedekah, dan menyingkirkan barang yang berbaya di jalan juga sedekah.” (Kitab Adabul Mufrad, 422)
Al-Hafidz Ibn Rajab mengumpulkan macam-macam sedekah yang begitu banyak dalam Syarah Kitab Arbain Nawawi yang beliau beri judul “Jami’ul Ulum wal Hikam“. Di antara sedekah adalah bersifat badaniyah. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Raja Dzul Qarnain tatkala mengajari suatu kaum yang tidak mampu membangun benteng-benteng pertahanan sehingga mereka mampu bertahan untuk menghadapi serangan musuh-musuhnya.
Kitab : As-Syukru
Pengarang : Muhammad Shaleh Al-Munjad
Penerbit : Majmuah Zad lin-Nasyr,
Tahun : 2009
Hal : 13 – 14
Pemateri : Dr. Fathur Rohman, M.Pd.I
Penerjemah : Anisa’ul Khoiriyah & Darmawan