tebuireng.co- Riya’ adalah perasaan ingin dianggap, ingin dipuji, dihargai, dibalas, serta menginginkan kedudukan di hadapan manusia. Padahal sebenarnya tujuan utama dari beribadah atau beramal hanya dilakukan demi mencari ridha Allah Swt.
Perbuatan riya’ ini sangat samar dan halus, dikatakan bahwa riya’ itu lebih susah dilihat dibandingkan melihat semut hitam yang berjalan di atas batu hitam, pada malam hari.
Berkata al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad, “Berhati-hatilah dengan riya’, karena hal itu dapat menghapuskan amal-amal kita.”
Banyak dari kita yang tidak melakukan suatu amal sholeh, karena takut terjerumus pada perbuatan riya’, padahal hal tersebut justru merupakan suatu perbuatan riya’. Berkata al-Imam Fudhail bin ‘Iyadh, “Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah kesyirikan, adapun yang namanya ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”
Maka, solusi untuk melawan riya’ menurut Buya Yahya, adalah dengan melakukan saja amaliah ketaatan walau di depan manusia. Tapi di saat kita sendirian, sebagai mujahadah kita, tambahlah amaliah kita tersebut. Misalkan ketika kita di depan manusia kita sholat sunnah 2 rokaat, ketika sendirian, lakukan sholat sunnah yang lebih banyak dibanding ketika kita ada di hadapan manusia.
“Waspadalah terhadap riya’, tetapi jangan sampai kita berhenti beramal karena takut riya’.”
Dan ketika kita sudah terus beramal dengan istiqomah, insya Allah nanti penyakit riya’ itu akan hilang. Karena salah satu tanda amal itu dikerjakan karena Allah, pasti amalan itu akan menjadi langgeng istiqomah dan menumbuhkan keikhlasan.
Berkata ulama, “Ikhlas itu bagaikan orang yang berjalan di padang pasir. Tidak nampak orangnya, akan tetapi hanya terlihat jejaknya.”
Berkata Imam Qusyairi, “Ikhlas itu adalah menyendirikan ketaatan dan segala sesuatunya hanya kepada Allah.”
Maka, orang yang ikhlas adalah mereka yang beramal dan beribadah hanya untuk Allah, dan hanya berharap balasannya dari Allah, tanpa memandang bagaimana penilaian dan balasan manusia.
Dikatakan oleh al-Imamul Haddad, “Yang merusak keikhlasan seseorang ada 3, yaitu : berpura-pura di hadapan manusia, mencari pujian di sisi manusia, dan berharap balasan kepada selain Allah.”
Untuk jenisnya orang yang memiliki sifat ikhlas, dibagi 2 jenis, yaitu:
1. Mukhlis, yaitu orang yang terus berjuang agar bisa ikhlas. Ini adalah umumnya manusia.
2. Mukhlas, adalah hamba Allah yang mendapatkan sifat ikhlas dari Allah, bukan dari daya dan ikhtiarnya. Adapun ini hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul.
Oleh karena itu, hendaknya kita harus ikhlas dalam beramal ibadah, akan tetapi jangan menunggu ikhlas baru beramal. Mulailah beramal sambil terus berusaha memperbaiki hati agar ikhlas.
Salah satu cara untuk ikhlas dalam beramal, niatkan segala sesuatunya untuk mendapat ridho Allah dan untuk menyenangkan hati Rasulullah Saw.
Dikatakan oleh al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar asy-Syathiri, “salah satu cara mendapatkan keikhlasan dalam beramal, adalah dengan memperbanyak membaca surat al-Ikhlas (waktu kapanpun tanpa hitungan).
Baca juga: Pentingnya Sikap Ikhlas Menurut Gus Idris Kwagean