Dalam acara bedah kitab Risalah Ahlissunnah wal Jamaah karya KH Hasyim Asy’ari di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis (4/4/2019), pakar tafsir Al-Qur’an Tebuireng KH Musta’in Syafi’i menjelaskan beberapa wasiat Hadratus Syech KH Hasyim Asy’ari.
Dijelaskan, Kiai Hasyim berwasiat agar tidak dilakukan peringatan haul untuk mengenang hari wafatnya. Kiai Musta’in menegaskan bahwa hal itu dilakukan Kiai Hasyim semata-mata karena tidak ingin membuat repot banyak orang, bukan karena mengharamkan peringatan haul.
“Tidak adanya haul Kiai Hasyim karena itu sesuai wasiat, akan tetapi bukan berarti kiai Hasyim mengharamkan haul, melarang untuk dirinya sendiri bukan berarti melarang untuk yang lain. Yang melarang untuk dirinya sendiri kiai hasyim, dan tidak melarang ulama/kiai yang lainnya mengadakan haul” jelasnya.
Dikatakan, di antara wasiat Kiai Hasyim lagi yaitu agar murid-muridnya tidak mempelajari atau mengajarkan kitab durratun nasihin kecuali apabila mampu menjelaskan hadits-hadits lemah dan palsu yang ada di dalamnya.
“Kitab Durratun Nasihin memuat beberapa hadits lemah, untuk menjaga santri maka diingatkan agar tidak mempelajarinya,” ujar Kiai Mustain.
Hal ini seseuai dengan disiplin ilmu yang beliau kuasai, yaitu fan hadits. Dan dari fan hadits inilah beliau mendapatkan gelar kehormatan sehingga diberi gelar sebutan hadratus syaikh, karena beliau mampu menghafalkan kutubus sittah (riwayatan wa dirosatan) Sehingga sangat beralasan sekali ketika beliau melarang para santrinya mempelajari dari kitab Durratun Nasihin.
Baca juga : Mengenal Hadis Riwayah dan Dirayah
Kiai Musta’in juga bercerita tentang alasan Kiai Hasyim tidak punya jamaah tarekat dan tidak pernah membaiat santrinya untuk masuk dalam tarekat tertentu. Hal itu disebabkan karena kakek Gus Dur tersebut ingin memberikan kesempatan kepada Kiai Romli Tamim. Kiai Romli merupakan salah seorang menantu Kiai Hasyim untuk terus mengembangkan tarekat yang telah ditekuninya.
“Kiai Hasyim adalah orang yang sangat pengertian dan tidak ingin ‘bersaing’ dengan menantunya. Makanya dalam tarekat Kiai Hasyim tidak mengadakan baiat tarekat,” tandas Kiai Mustain. (Syarif Abdurrahman).
Sumber NU Online