tebuireng.co – Sumber kebahagian dan cinta dalam nuansa Idul Fitri untuk melakukan silaturahim
الحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُه، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَه، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أّنَّ سَيِدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، اللهم صَلِّ عَلَى سَيِدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا مَعَاشِرَ المُسْلِميْنَ، اتَّقُو اللهَ “اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ”
Marilah kita meningkatkan nilai-nilai ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (jagalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Di hari hari yang masih dalam nuansa idul fitri ini, merupakan sebuah budaya indah yang kita miliki, adalah saling berbagi dan berkunjung ke tetangga dan kerabat kita, kita selalu merayakan kebersamaan yang hangat, kunjungan untuk membangun bonding atau keakraban hati itu disebut dengan silaturahmi atau silaturahim.
Ada yang menggunakan redaksi silaturahmi ada pula yang mengatakakan silaturahim. Silaturahim berasal dari dua suku kata. Silah, artinya ‘hubungan.’ Kemudian, rahim, yang berarti ‘keluarga’ atau ‘kekeluargaan.’
Rahim juga merujuk pada suatu organ dalam tubuh perempuan yakni tempat kandungan janin. Arti asalnya sendiri adalah ‘kasih sayang.’ Alhasil, silaturahim berarti ‘hubungan kekeluargaan yang didasari rasa kasih sayang.’
Sementara itu, ada pula istilah yang agaknya marak di tengah masyarakat: silaturahmi. Ini berasal dari kata silah (‘hubungan’) dan rahmi. Rahmi itu berarti ‘penyakit yang diambil dari rahim seorang perempuan sehingga perempuan itu tidak lagi bisa hamil’ (Qamus al-Muhith, Juz II, halaman 317).
Maka dari itu, kalau kita artikan secara harfiah, silaturahmi akan berarti ‘hubungan atau menghubungkan penyakit yang diambil dari rahim seorang ibu.’
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) biasa dipergunakan ‘rahmi’ bukan ‘rahim’. Akibatnya, silaturahim dianggap tak baku.
Sedangkan Rahim dalam bahasa arab adalah kandungan ibu yang dimaksud sebuah ikatan yang bersambung kepada ibu atau nenek atau ada ikatan secara nasab keluarga
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “إِنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مُتَمَسِّكَةٌ بِاْلعَرْشِ تَكَلَّمَ بِلِسَانٍ ذَلِقٍ: “اَللَّهُمَّ صِلْ مَنْ وَصَلَنِي وَاقْطَعْ مَنْ قَطَعَنِي”. فَيَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: “أَنَا الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ، وَإِنِّي شَقَقْتُ لِلرَّحِمِ مِنَ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ نَكَثَهَا نَكَثْتُهُ
Artinya: Diriwayatkan dari Anas, diriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda :
“Sesungguhnya rahim (kekerabatan) itu adalah cabang kuat di ‘Arsy berdoa dengan lisan yang tajam: “Ya Allah sambunglah orang yang menyambungku dan putuslah orang yang memutusku,”
Maka Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku adalah ar-Rahman ar-Rahim. Sungguh Aku pecahkan dari namaKu untuk rahim (kekerabatan), maka barangsiapa menyambungnya niscaya Aku menyambung orang itu, dan barangsiapa memutuskannya pasti Aku memutuskan orang itu
Diantara keutamaan dan kelebihan dari silaturahim adalah, Nabi bersabda :
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَبْسُطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَ أَنْ يُنْسَأ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه. رواه البخاري والمسلم
Barangsiapa yang ingin rezekinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.
عَنْ جُبَيْرِ بنِ مُطْعِم رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِع، قال سفيان : يَعْنِى قَاطِعَ رَحِم
Dari Jubair bin Mut’im ra, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Tidak akan masuk surga seorang yang “qo’ti”/“pemotong” atau pemutus, Sufyan berkata yaitu “qoti’ rohim / pemotong atau pemutus silaturahmi.
Dari sini kita dapat mempelajari dua kata penting, yang satu untuk kita jalani dan yang satunya untuk kita jauhi.
Yaitu silaturahim dan qotiu Rahim, penyambung silaturahim atau pemutus silaturahim, dimanakah kita memposisikan diri kita, sebagai orang yang mengharapkan ridha Allah swt atau sebagai orang yang terjerumus mendapatkan murka Allah swt.
Ada baiknya di era media sosial ini, termasuk etika dalam bermedia sosial di nuansa Idul Fitri ini adalah untuk tidak membroadcast atau mengirim pesan masal, namun mengirim pesan secara manual dengan menyebutkan nama penerima, agar berkesan mereka yang menerima pesan ini merasa dikhususkan, “teruntuk fulan bin fulan, al faqier mengucapkan mohon maaf” dan seterusnya.
Dan lebih baik lagi, jika mengirim VN atau Voice Note atau pesan suara saat nuansa Idul Fitri atau bulan Syawal, dengan mengucapkan nama penerima, maka ini akan menjadi kenangan khusus dan penerima merasa dikhususkan dari yang lainnya.
Dan lebih utama lagi adalah dengan menelepon langsung, langsung mengucapkan segala hal dari hati berupa ucapan maaf dan seketika itu juga nuansa hati penerima pun lebih bahagia dan merasa sangat dikhususkan.
Namun yang lebih utama dari semua itu adalah “pertemuan”, bertemu langsung, karena setiap kali bertemu akan mengikis segala kebencian hati, akan mengikis segala sifat sifat buruk di hati, sebuah pertemuan singkat akan memberikan kenangan bahwa yang dikunjungi merasa dimuliakan, dihormati, dan merasa sangat dikhususkan, karena demikianlah sifat pertemuan, merupakan sumber bahagia dan cinta, pertemuan selalu membangun rasa cinta dan mengikiskan rasa benci.
Semoga Allah berikan kita taufik dan hidayahnya untuk selalu mengamalkan nilai ibadah mulia yang bernama silaturahim, semoga Allah berikan kita panjang umur dan rezeki yang berlimpah berat silaturahim.
إِنَّ أَحْسَنَ الكَلَام، كَلَامُ اللهِ المَلِكِ العَلَّام، وَاللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالِى يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى المُهْتَدُوْنَ، وَإِذَا قُرِئَ القُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُم تُرْحَمُوْنَ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
وَالْعَصْرِ ﴿١﴾ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُم تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْم لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم