tebuireng.co – Di usia 123 tahun, Pesantren Tebuireng mendapat pertanyaan cukup menohok dari banyak kalangan Nahdliyin. Pesantren Tebuireng masih NU? Pertanyaan ini muncul setelah Tebuireng diduga begitu dekat dengan tokoh luar Nahdliyin.
Saat ini Pesantren Tebuireng memperingati hari lahirnya yang ke-123. Sebuah usia yang cukup tua untuk sebuah almamater yang didirikan KH M Hasyim Asy’ari ini.
Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng KH Agus Fahmi Amrullah Hadziq menjawab keraguan masyarakat tentang posisi Tebuireng yang sering dikunjungi tokoh dari selain Nahdliyin ini.
Pesantren Tebuireng sendiri pernah dikunjungi oleh Abu Bakar Ba’asyir, Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Habib Dr Salim Segaf Al-Jufri, Ustaz Abdus Shomad dan masih banyak lagi tokoh Islam lainnya.
“Ketika ada yang mengstigma Tebuireng bukan NU dan sebagainya itu hak setiap individu, tapi Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari satu-satunya Rais Akbar, Gus Dur pernah jadi tahfidziyah , Gus Sholah pernah jadi ketua PBNU. KH Abdul Hakim Mahfudz sekarang ketua PBNU. Saya juga pengurus NU,” jelasnya, Rabu (3/8/2022).
Menurutnya, Pesantren Tebuireng tidak perlu menonjolkan dan mengumumkan bahwa NU. Begitu juga tidak perlu menonjolkan jabatan tokoh-tokoh Tebuireng di NU.
“Saya pegang dawuh Hadratussyaikh, siapa yang mau mengurus NU tak anggap santriku. Siapa jadi santriku, tak doakan khusnul khotimah. Artinya siapapun mau ngurus NU meskipun tidak jadi pengurus. Caranya menghidupkan amalan NU dan infaq dana untuk NU,” imbuhnya.
Tokoh yang akrab disapa Gus Fahmi ini menjelaskan alasan Pesantren Tebuireng menerima tokoh-tokoh dari berbagai organisasi masyarakat.Menurutnya karena sejak zaman dulu Pesantren Tebuireng sudah dikenal sebagai pesantren yang toleransi.
Hal ini akrena KH M Hasyim Asy’ari melarang fanatik buta. Itu pula sebabnya Pesantren Tebuireng terbuka untuk siapa saja. Jangan kan untuk orang yang dianggap radikal, untuk selain Islam juga terbuka.
“Pernah beberapa pastor belajar ke sini. Mereka dalah calon pastor yang jalur kenceng. Dengan selain muslim saja kita hormati apalagi sesama muslim. Meskipun ada stigma radikal menempel pada mereka,” tegasnya.
Dikatakan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seorang Muslim boleh interasksi dengan siapa saja. Urusan akidah tidak ada hubungan dengan silaturrahim.
“Tebuireng tetap menjujungi toleransi sesuai dengan salah satu nilai dasar Pesantren Tebuireng. Menghargai perbedaan dan menjaga persatuan,” tandas Gus Fahmi.