tebuireng.co- Tarian sufi merupakan salah satu seni tari yang di dalamnya memuat ajaran-ajaran Islami. Seni tari yang dibawa oleh Maulana Jalaluddin Rumi ini juga menjadi ciri khas dari ajaran tasawuf.
Tarian sufi sudah hadir sejak abad ke-13. Tarian ini dilakukan pertama kali oleh seorang penyair asal Persia bernama Maulana Jalaluddin Rumi di wilayah Anatolia Turki selama tiga hari tiga malam.
Dalam salah satu literatur dijelaskan bahwa tari sufi tidak hanya sebagai bentuk ekspresi cinta dan kebahagiaan namun tarian ini menjadi simbol dari ajaran-ajaran yang ada dalam tasawuf. Dalam tarian ini terdapat simbol hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan makhluk yang ada di bumi dan juga hubungan dengan diri sendiri.
Hubungan yang muncul atas dasar kasih sayang dan juga cinta kasih dari Tuhan yang kemudian diteruskan kepada semua makhluk yang ada di bumi. Dalam tarian ini mengajarkan bagaimana pentingnya mengenali diri sendiri yang mana hal tersebut menjadi bekal utama untuk kemudian dapat mengenal Tuhan.
Dari pemaknaan terhadap tari sufi, para penari merasakan adanya manfaat atau pengaruh dalam diri mereka. Pengaruh yang dirasakan oleh penari sufi menjadikan perilaku dalam kehidupan mereka menjadi lebih baik. Selain itu tari sufi menjadi jalan untuk mengenal lebih dalam lagi akan ajaran tasawuf.
Gerakan berputar yang dilakukan seorang penari sufi sering menimbulkan pertanyaan bagi orang-orang yang melihatnya. Mengapa tidak ada rasa pusing setelah melakukan gerakan berputar yang cukup lama?
Menurut Dr. Fahrudin Faiz ada empat yang harus diperhatikan oleh penari sufi agar terhindar dari pusing ketika melakukan tari sufi. Pertama adalah pandangan mata harus lurus ke depan. Kedua kepala tidak ikut berputar. Ketiga badan bergerak dan berputar melawan jarum jam. Keempat, ketika sedang menari mata tidak boleh ditutup (merem) .
Dr. Fahrudin Faiz juga menjelaskan filosofi (makna) dibalik tari sufi. Pertama adalah posisi tangan yang menunjuk ke kanan atas dan kiri bawah bermakna sedang menjemput dan menunggu hidayah dari Allah yang kemudian disebar luaskan
Kedua posisi badan yang berputar melawan arah jarum jam bermakna perlawanan terhadap ritme dunia yang mana hal tersebut bertujuan agar timbul energi vertikal dan mampu membebaskan manusia ke atas menuju Tuhannya.
Ketiga Topi yang tinggi menunjukkan kuburan atau makam yang bermakna menguburkan ego, nafsu atau hasrat kepada dunia
Keempat baju putih bermakna kesucian yang mana setelah seseorang mampu menguburkan ego, nafsu dan hasratnya kepada dunia ia akan ditutupi oleh cahaya sehingga bisa dikatakan suci.
Baca juga: Sufi Juga Makhluk Ekonomi
Baca juga: Urban Sufism dan Komersialisasi Dakwah