tebuireng.co- Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Azizi Hasbullah wafat setelah beberapa hari sebelumnya terkonfirmasi mengalami masa kritis. Ia pun menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung, Jawa Barat. Ahad, 21/05/23.
Ulama asal Blitar, Jawa Timur tersebut mulai dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan tunggal di tol Cipali ketika dirinya hendak menghadiri bahtsul masail di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 2 Purwakarta, Jawa Barat. Sabtu, 06/05/23 lalu.
Baca juga: Niat Hadiri Bahtsul Masail, Rais Syuriah PBNU Alami Kecelakaan
Dari kecelakaan tersebut KH Azizi Hasbullah mengalami cendera yang serius di antaranya patah tulang iga dan kaki kanan. Ia pun langsung dilarikan ke RS Cideres Majalengka sebelum akhirnya harus dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk mendapatkan fasilitas yang lebih maksimal untuk penanganan yang lebih serius.
Setelah dilakukan tindakan operasi, kondisi Pengasuh Pondok Pesantren Barran, Selopura Blitar ini terkonfirmasi membaik. Namun beberapa hari kemudian kondisi kesehatannya menurun hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Dalam kecelakaan tunggal tersebut, Rais Syuriyah PBNU tersebut tidak hanya sendiri, ia ditemani oleh Wakil Rais Syuriah PCNU Trenggalek, KH Zahro Wardi yang juga harus dilarikan ke rumah sakit atas musibah yang menimpanya.
Semenjak kecelakaan, kondisi KH Zahro Wardi dikabarkan tidak mengalami cendera ataupun luka yang cukup parah. Ia hanya mengalami gangguan pernafasan karena bantingan setir yang cukup keras dan tinggal menunggu pemulihan.
Kabar meninggalnya KH Azizi Hasbullah ini membuat masyarakat utamanya kaum nahdliyin merasakan duka yang sangat dalam. Pasalnya KH Azizi Hasbullah dikenal sebagai ulama karismatik serta sosok ahli fikih Nusantara yang sangat inspiratif. Ia juga sangat terbuka, tegas, dan lugas dalam berdiskusi serta adu argumentasi dalam forum-forum bahtsul masail pesantren maupun NU.
Kedalaman ilmunya utamanya dalam bidang fikh sudah tidak diragukan lagi. Selain aktif dalam kegiatan bahtsul masail antar pesantren, ia juga menjadi tutor tetap dalam kegiatan Lajnah Bahtsul Masail (LBM) atau yang dikenal dengan Kuliah Ushul Fikih Pondok Pesantren Lirboyo.
Baginya, para penggiat ilmu syariat tidak boleh bosan untuk mengkaji ushul fiqh karena ilmu tersebut bisa digunakan untuk memperkuat dan memperjuangkan madzhab imam yang dianut.