Suksesnya pondok pesantren Tambakberas yang masih tegak berdiri hingga saat ini merupakan hasil perjuangan para ulama, salah satunya ialah Kiai Abdul Chamid Chasbullah atau sering dipanggil Kiai Chamid.
Makam Kiai Abdul Chamid Chasbullah terletak di selatan Gor Tambakberas. Lokasi makamnya berbeda dengan makam Kiai Wahab Chasbullah maupun makam Kiai Utsman di Gedang. Hal tersebut sesuai dengan keinginan kiai Chamid sendiri
Semasa hidupnya kiai Chamid dikenal sebagai kiai yang sangat mendalami ilmu agama dalam bidang hadis, al-Quran maupun ilmu agama lainnya, bahkan kiai Chamid mampu menulis al-Quran dengan tulisan tangan beliau sendiri tanpa adanya contoh dan hanya mengandalkan hafalannya sendiri.
Tidak hanya hal itu, kiai Chamid merupakan seorang yang dikenal dengan kekhusyukannya. Anak kedua dari kiai Chasbullah ini memiliki sikap yang mencolok ketimbang saudara-saudaranya, Kiai Chamid memiliki sikap bermasyarakat yang sangat besar, salah satu bentuk sikapnya adalah suka mendirikan majelis dzikir dan istighotsah di kalangan masyarakat.
Gus Syifa dalam buku Tambakberas Menelisik Sejarah Memetik Uswah menerangkan dalam bahwa Mbah Wahab berkonsentrasi dakwah di luar untuk membesarkan NU dan terlibat perpolitikan hingga pergerakan nasional, sedangkan Mbah Abdurrokhim mengurusi perkembangan madrasah, dan Mbah Chamid mengurusi pengajian pondok dan salat lima waktu.
Mejelis dzikir dan istighatsah yang didirikan oleh kiai Chamid berda di daerah sekitar Tambakberas, seperti daerah Kalijaring yang berada di bagian utara Pondok Pesantren Tambakberas. Majelis tersebut dibentuk bertujuan sebagai penyebaran agama Islam serta pemerataan ilmu agama sehingga tidak selalu hanya santri yang bisa membaca dzikir, tahlil dan istiaqosah.
Melalui kegiatan bermajelis, kiai Chamid sangat dikenal di lingkungan masyarakatnya meskipun waktunya banyak diabdikan untuk masyarakat namun kiai Chamid tetap tekun dalam mempelajari ilmu, hari-harinya selalu dipenuhi dengan belajar. Sehingga membentuk sosok kiai Chamid menjadi seorang yang berilmu tinggi, salah satu ilmu yang menonjol dari kiai Chamid adalah ilmu metafisika.
Pandangan metafisika menurut Imam al-Ghazali adalah menggunakan potensi manusia berupa al-Nafs, al- Qulb, al-Ruh dan al-‘Aql. Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi dan akan ada yang mendominasi untuk mewujudkan suatu tindakan, gerak atau tingkah laku.
Keistimewaan kiai Chamid dalam bidang metafisika tersebut, telah diakui dan dikagumi oleh para ulama khususnya kakak beliau, kiai Abdul Wahab Chasbullah. Keistimewaan ini membuat sebagian masyarakat menganggap bahwa kiai Chamid merupakan seorang wali.
Konon para ulama maupun orang yang ingin memfoto kiai Chamid tidak akan bisa, karena tingginya ilmu tawadduhnya dan metafisika kiai chamid. Adapun apabila beliau berhasil difoto maka foto tersebut akan buram, hangus atau terbakar, sehingga salah satu jalan mengambarakan wajah kiai Chamid adalah dengan melukis wajahnya, seperti lukisan kiai Chamid yang beredar saat ini. Â
Penulis: Laily Fitria Ramdhani
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Biografi KH Djamaluddin Ahmad Tambakberas