Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar menyampaikan pentingnya umat islam untuk terus meneguhkan nilai Al-Qur’an utamanya di era modern seperti saat ini.
“Keistimewaan Al-Qur’an harus terus berlaku dan dikenali hingga zaman modern, bahkan di mana era digital dan kecerdasan buatan (AI) yang semakin mendominasi kehidupan manusia, kebutuhan terhadap Al-Qur’an harus tetap relevan, bahkan semakin penting, sebagai pedoman dalam menghadapi kompleksitas kehidupan,” ungkap Menag dalam acara pembukaan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Internasional ke IV yang dilaksanakan di Hotel Sahid Raya, Jakarta, Rabu (29/1/2025).
Ia menjelaskan bahwa MTQ bukan hanya sekadar ajang perlombaan seni membaca Al-Qur’an, tetapi juga bentuk nyata dari manifestasi kecintaan umat Islam terhadap kitab suci yang mana Al-Qur’an diyakini bukan hanya teks yang dihormati, melainkan petunjuk hidup yang telah terbukti mampu mencerahkan peradaban.
Sejarah mencatat bagaimana Al-Qur’an diturunkan di tengah masyarakat Arab yang saat itu masih primitif dan memiliki tingkat buta huruf yang tinggi. Namun, berkat petunjuk Al-Qur’an, mereka mengalami transformasi luar biasa menjadi masyarakat yang beradab dan maju.
Menurutnya, Keuniversalan Al-Qur’an juga terbukti dari ketertarikan berbagai kalangan terhadapnya, tidak hanya di kalangan Muslim tetapi juga di antara seniman, politisi, dan ilmuwan.
“Bahkan, data dari salah satu majalah perbukuan di Amerika menunjukkan bahwa Al-Qur’an menjadi salah satu buku paling laris di negeri tersebut, mengungguli novel-novel terkenal. Fenomena ini menjadi bukti keajaiban dan mukjizat Al-Qur’an yang terus dikaji dan dikagumi sepanjang zaman,” ungkap Menag
“Semakin dalam Al-Qur’an dikaji, semakin banyak rahasia dan keajaiban yang terungkap. Al-Qur’an tidak hanya menjadi pedoman hidup bagi umat Islam, tetapi juga membawa rahmat bagi seluruh alam,” tambahnya.
Ia menyebutkan bahwa diantara tantangan terbesar khususnya di era modern, yakni bagaimana mengartikulasikan nilai-nilai Al-Qur’an dalam masyarakat yang semakin skeptis terhadap teks-teks suci dan lebih bergantung pada otoritas-otoritas sekuler dalam menentukan kebenaran.
“Melalui berbagai upaya termasuk MTQ, Al-Qur’an diharapakan akan terus dikenal dan menjadi pedoman dengan meneguhkan kembali nilai-nilai didalamnya sehingga bisa membawa manfaat bagi seluruh umat manusia,” pungkas Prof Nasaruddin Umar.
Baca juga: Menag Ungkap Tiga Isu Penting dalam Dunia Pendidikan