Ramainya anak sekolah tidak bisa Matematika memicu tanggapan dari berbagai warganet, bahkan terlihat soal perhitungan yang sederhana seperti 24 dibagi dengan 4 atau postingan jawaban mengenai soal perhitungan antara mana yang harus didahulukan perkalian, di dalam kurung atau pengurangan masih banyak kesalahan. Ini membuat bahwa pendidikan matematika di Indonesia terlihat begitu miris.
Hal ini juga dibuktikan dengan turunnya prestasi siswa Indonesia di bidang Matematika membuat negara kehilangan kesempatan berbagai hal, mulai dari kemampuan sederhana berhitung hingga pemecahan masalah matematika rumit mengenai teknologi. Apalagi matematika menjadi pelajaran monster bagi sebagian orang padahal,segala bidang tak lepas dari perhitungan.
Menurut data Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2019 didapatkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 58 negara yang diuji dalam hal kemampuan matematika untuk tingkat SD, melalui data tersebut juga didapatkan bahwa sekitar 49% siswa SD Indonesia yang mencapai level dasar dalam kemampuan matematika sementara sisanya belum mencapai level tersebut bahkan tidak dapat menjawab soal matematika sama sekali.
Hal ini juga didukung data skor PISA Indonesia dimana kemampuan literasi dan numerasi siswa Indonesia tidak masuk mencapai target rencana pembangunan jangka menengah nasional. Skor Pisa Indonesia di tahun 2024 dari 366 dari 379 dengan target 388 dan skor sains dari 396 menjadi 383 dengan target RPJMN 2024 sebesar 402 dan Indonesia ada di peringkat 61 dari 81 negara dengan negara Singapura di urutan nomer satu.
Rendahnya matematika dan literasi ini salah satunya berdampak kepada mahasiswa Indonesia kesulitan kuliah di luar negeri lantaran siswa tidak setara dengan sistem pendidikan yang ditetapkan di negara tujuan. Meskipun hal ini juga lantaran adanya faktor penghapusan ujian nasional.
Padahal kemampuan matematika dinilai sangat penting, seperti penelitian yang dilakukan oleh negara Inggris dalam rentang 1958-2009 National Child Development Study UK mulai meneliti perkembangan anak-anak yang lahir pada minggu yang sama, sebanyak 17.638 bayi ditambah dengan 920 bayi immigrant jadi totalnya 18.558 anak dengan mencatat sosio ekonomi orang tua dan mendata kondisi partisipan pada usia 7,11, 16, DAN 42 tahun didapatkan kesimpulan bahwa Anak yang jago matematika dan membaca pada usia 7 tahun, punya SES atau tingkat kesejahteraan lebih baik di usia 42 tahun (35 tahun kemudian).
Adanya pengaruh kemampuan matematika terhadap SES di usia 42 ini bahkan lebih signifikan daripada background sosio ekonomi orang tua atau sederhananya orang bisa tetap dapat kesejahteraan lebih baik kalau kemampuan matematikanya tinggi, walaupun orang tuanya bukan dari background privilege.
Namun penelitian ini tak hanya fokus pada matematika tetapi juga kemampuan membaca dimana hal tersebut bisa meningkatkan intelegensi (IQ), motivasi belajar, dan lamanya studi.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh website The Conversation di tahun 2021 yang menemukan bahwa orang yang lebih pandai matematika menghasilkan lebih banyak uang dan lebih puas dengan kehidupan mereka dibandingkan dengan orang yang tidak begitu pandai matematika.
Banyak peneliti yang berpendapat bahwa uang yang lebih banyak hanya akan meningkatkan kepuasan hidup dan kebahagian hingga titik tertentu dan modifikasi gagasan ini dengan menunjukan kepuasan pendapatan yang erat kaitannya dengan seberapa baik seseorang dalam matematika.
Apalagi matematika ini menjadi dasar bagi keilmuan bidang studi lain mulai dari fisika, kimia, ekonomi, ilmu komputer, astronomi, teknologi, dan yang lainnya. Selain itu matematika menjadi dasar pemecahan masalah dalam membaca data atau angka untuk kebutuhan pembuat keputusan dan memahami analisis yang diperlukan.
Tak lupa juga bahwa pentingnya Matematika dalam perkembangan dan penerapan teknologi. Kebutuhan akan tenaga matematika di berbagai bidang tentunya akan berpengaruh pada perkembangan suatu negara.
Pada masalah ini, terdapat upaya dari Presiden Prabowo untuk memperbaiki sistem dan metode pembelajaran pendidikan matematika di Indonesia dengan dukungan peran guru dalam pembelajaran matematika seperti pengenalan pendidikan matematika mulai dari tingkat TK.
Namun kesadaran pemerintah ini tidak akan berhasil jika tidak ada keterlibatan orang tua, keluarga atau bahkan lingkungan. Apalagi untuk menciptakan belajar yang menyenangkan dan efektif dalam pembelajaran matematika dengan harapan bahwa didalamnya memicu adanya keingintahuan terkait persoalan matematika yang perlu untuk diselesaikan.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Thowiroh
Baca juga: Benarkah Kemiskinan Struktural Memang Ada?