Menteri Agama (Menag) Prof KH Nasaruddin Umar ungkap tiga isu penting dalam dunia pendidikan yang harus diperhatikan. Yakni lingkungan hidup, moderasi beragama, dan nasionalisme. Hal tersebut sebagaimana disampaikan dalam acara Malam Anugerah Pendidikan NU yang dilaksanakan di Hotel Bidakara Jakarta Selatan, Rabu (22/01/25).
Ia menjelaskan bahwa tiga isu besar ini telah menjadi perhatian utama dalam dunia pendidikan internasional karena dinilai sebagai pilar penting yang harus menjadi misi strategis lembaga pendidikan untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan peduli.
Pertama, isu mengenai lingkungan hidup yang dianggap sanagat penting sebab kerusakan lingkungan menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup manusia.
“Sebanyak apa pun income per kapita atau setinggi apa pun pertumbuhan ekonomi, semuanya tidak berarti jika lingkungan hidup rusak,” ujarnya.
Menag menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan hidup akan berdampak gagalnya pada misi dasar manusia. Yakni sebagai khalifah di bumi juga sebagai hamba yang diciptakan untuk menyembah Allah (beribadah).
Ia juga menyampaikan bahwa Kementerian Agama bahkan tengah menggagas konsep kurikulum ekologi yang didasari pada nilai-nilai Asmaul Husna sebagai langkah yang diharapkan mampu menciptakan kesadaran lingkungan di kalangan siswa sejak dini, sekaligus menanamkan nilai ibadah dalam menjaga alam.
Kedua, isu moderasi beragama. Prof Nasaruddin Umar menjelaskan bahwa isu ini menjadi semakin relevan mengingat potensi konflik yang dapat muncul dari perbedaan keyakinan.
“Tidak ada artinya keindahan alam Indonesia jika kerukunan antar umat beragama tidak terjaga,” jelasnya.
Ia menegaskan agar para pengajar agama didorong untuk mengenalkan nilai-nilai kasih sayang dan toleransi lintas agama. Bahkan, ada gagasan untuk menciptakan kurikulum cinta yang bertujuan menanamkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap perbedaan sejak dini.
Ketiga, isu nasionalisme bahwa di tengah derasnya arus globalisasi, nasionalisme menjadi kunci untuk menjaga identitas bangsa.
“Nasionalisme bukan hanya tentang cinta tanah air, tetapi juga pengingat bahwa sejauh apa pun kita melangkah, kita tetaplah Indonesia,” tegasnya.
Pendidikan diharapkan mampu menjadi media untuk mematangkan konsep budaya Indonesia. Dengan begitu, kesuksesan bangsa dapat tercapai tanpa kehilangan akar budaya yang menjadi ciri khas negeri ini.
Ketiga isu besar ini tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga peluang untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih berorientasi pada keberlanjutan, kerukunan, dan cinta tanah air. Dengan langkah konkret yang digagas oleh lembaga pendidikan, manfaat dan berkah dari misi ini diharapkan akan dirasakan oleh masyarakat luas.
Baca juga: Buka Kick Off Harlah 102 NU, Gus Yahya Kenang Lahirnya NU di Surabaya