Memperjuangkan Ilmu adalah Bagian dari Perjuangan di Jalan Allah – Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari secara tegas menyatakan bahwa kemajuan suatu komunitas itu tergantung kepada level keilmuan yang ada pada generasi penerusnya. Muhammad Asad Syihab dengan sangat jelas dan gamblang mengabadikan dalam karyanya, Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadhi’ Labinah Istiqlal Indonesia, pernyataan beliau:
لا خير في أمة إذا كان أبناؤها جهلاء ولا تصلح أمة إلا بالعلم
“Jika generasi penerus suatu umat adalah generasi yang bodoh, maka tiada kebaikan di dalam umat tersebut. Hanya dengan ilmu, suatu umat akan menjadi hebat.”
Dalam perjuangan di jalan Allah ini, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari memperjuangkan tafaqquh fid din (memperdalam ilmu-ilmu agama), segala hambatan dan halangan ditempuh oleh Hadratussyaikh guna memperjuangkan generasi penerus agar tetap bisa belajar agama secara lebih mendalam. Hal tersebut di antaranya tercermin saat Pondok Tebuireng dibakar oleh Belanda. Mayoritas bangunan rusak serta banyak kitab beliau dibawa oleh Belanda, beliau dengan tegas mengatakan:
إن أمثال هذه الأمور الطارئة لا يمكن أن تحطم الآمال وتثبط العزائم
“Kejadian ini berikut kejadian-kejadian lain yang serupa tidak akan pernah meleburkan cita-citaku dan tidak akan pernah membelokkan azimah-azimahku.”
Baca Juga: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, Ulama yang Produktif Menulis Kitab
Hadratussyaikh banyak memberikan warisan peninggalan kepada kita. Di antaranya adalah Pondok Pesantren, NU dan kitab-kitab. Ketiga hal tersebut sudah seharusnya menjadi perhatian kita semua guna meneladani dan meneruskan perjuangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Berikut adalah wejangan Hadratussyaikh yang disampaikan kepada KH. Bisri Syansuri tentang urgensi ilmu untuk kemajuan masa depan suatu bangsa dan penegasan bahwa memperjuangkan ilmu adalah bagian dari perjuangan di jalan Allah.
Wejangan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
KH. Bisri Syansuri menuliskan wejangan Sang Guru tentang bagian dari perjuangan di jalan Allah, yaitu Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang telah sampai kepadanya. Wejangan ini dituliskan dengan menggunakan Bahasa Arab, berikut kami menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia:
Seruan Bangkit Meraih Kemuliaan dan Keagungan dengan Penguasaan dan Pengamalan Ilmu-ilmu Agama
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku mengajak kalian semua, wahai para pembesar, para tokoh dan para pemimpin masyarakat untuk berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rosulillah Shollallah ‘alaih wa Sallam. Aku mengajak kalian semua kepada Ilmu, Agama dan Al-Qur’an. Aku mengajak kalian untuk mendidik anak-anak kalian guna meninggikan derajat mereka dan mempersiapkan mereka guna menggapai kehidupan yang abadi serta kebahagian yang selamanya di dunia dan di akhirat. Aku menyeru kalian untuk bersama-sama bangkit, meraih kemuliaan dan keagungan dengan jalan menguasai ilmu-ilmu agama dan mengamalkannya.
Kemuliaan dan keagungan hanyalah bisa diperoleh dengan mengikuti agama. Marilah para tokoh dan pemuka, aku menyeru kepada kalian untuk mengamalkan awal surat yang turun kepada Hadhrotur Rosul Muhammad Shollallah ‘alaih wa Sallam, yaitu wahyu tentang mengajar dengan al Qolam;
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)
Hal ini menunjukkan seruan untuk mengajarkan baca tulis dan mengajarkan ilmu-ilmu yang belum dikuasai. Disamping ayat tersebut, Allah juga berfirman di dalam ayat lain (yang menegaskan kepada kita semua untuk mengamalkan ilmu yang kita ketahui), yaitu:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Ayat-ayat di atas menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa mengajarkan baca tulis dan ragam ilmu-ilmu yang lain serta mengamalkannya adalah al shiroth al mustaqim. Hal tersebut merupakan pilar utama kemuliaan dan keagungan serta kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Baca Juga: Cara Pendiri Nahdlatul Ulama Membentengi Umat Islam
Wahai para pembesar, tentunya kalian semua menyaksikan bagaimana negara-negara lain telah tersadar dan bersiap diri untuk mencapai kemajuan dan taraf hidup yang tinggi, sementara kalian masih lalai serta melupakan pendidikan anak-anak kalian. Bagamaimana mungkin?!
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Seruan Menginfaqkan Harta untuk Pendidikan
Infaqkan harta kalian untuk pendidikan. Berbuatlah kebaikan, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang baik. Bergegaslah untuk meraih hidup yang mulia, kemuliaan yang abadi dengan menjaga generasi muda dan memperbanyak bekal mereka. Bekal utama bagi mereka diperoleh dengan cara mendidik mereka, memperbaiki kualitas madrasah dan menata kehidupan kalian semua.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Aku masih saja menyaksikan sebagian orang islam belum bersiap-siap, masih saja aku menyaksikan mereka masih terlelap dalam tidur yang panjang. Apakah mereka tidak mengambil pelajaran bagaimana masyarakat yang bodoh itu akan dibinasakan oleh kebakhilan dan kebodohan mereka sendiri?!
Wahai para penjaga kemuliaan, pelindung kedholiman, pewaris agama terbaik, penerus generasi terdahulu; generasi terhebat umat ini, pemilik kemuliaan infaqkanlah sebagian dari rizqi yang telah Allah berikan kepada kalian untuk pendidikan anak-anak kalian. Bersiaplah untuk membuka madrasah-madrasah di daerah kalian semua. Carilah Guru-guru yang arif bijaksana dan jernih memandang serta bisa menempatkan permasalahan-permasalahan pada tampatnya, mampu membimbing para murid hingga mencapai tujuan pendidikan serta memahami tatacara dan media di dalam mendidik dan menta’dib mereka. Apakah kalian takut akan ditimpa kefaqiran jika kalian berinfaq?!
وَمَا لَكُمْ أَلَّا تُنفِقُواْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ
Menelantarkan Pendidikan berarti Membiarkan Fitnah dan Kerusakan di muka Bumi
Wahai para Tuan, jika kalian semua tidak melakukan hal-hal di atas, maka fitnah dan kerusakan yang besar akan melanda bumi ini. Apakah kalian tidak melihat bagaimana akhir perjalanan dari orang-orang yang lalai?! Usaha mereka gagal dan kekayaan mereka musnah tanpa sisa.
Jika kalian tidak mau mendidik anak-anak kalian, maka mereka akan menjadi santapan umat yang lain dan di akhirat nanti mereka akan merasakan siksa neraka. Ketahuilah para Tuan, berinfaq untuk pendidikan berarti berinfaq di jalan Allah. Satu dirham akan dilipatgandakan menjadi sepuluh, seratus, tujuh ratus dan lebih banyak lagi.
مَثَلُ الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ اَمۡوَالَهُمۡ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنۡۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِىۡ كُلِّ سُنۡۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍؕ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنۡ يَّشَآءُ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيۡمٌ
Dalam membekali ilmu bagi generasi penerus tentulah ada prioritas keilmuan yang didahulukan dan ada pula standar minimal yang harus diketahui oleh semua generasi umat Islam ini. Dalam kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, Hadratussyaikh memberikan panduan prioritas keilmuan yang harus dikuasai oleh semua orang Islam, yaitu: ilmu dzat al-‘aliyah, ilmu al-shifat, kedua ilmu ini masuk dalam ranah ilmu tauhid. Berikutnya adalah ilmu fiqh dan ilmu ahwal wa maqomat yang kita kenal dengan ilmu tasawwuf. Ketiga ilmu inilah bekal utama kita guna menjalankan agama ini dengan benar.
Dengan melihat banyaknya kitab-kitab keislaman yang mengajakan ilmu-ilmu tersebut, Hadratussyaikh merasa perlu untuk memberikan acuan kitab yang tepat guna menggali ketiga ilmu tersebut. Kitab dasar yang menjadi acuan Hadratussyaikh, yaitu; Bidayah al-Hidayah karya Imam al Ghozali dan Sullam al-Taufiq karya Sayyid Abdullah bin Thohir. Hal ini tentu sebagai lengkah kehati-hatian beliau dalam menjaga generasi penerus agar memiliki corak keberagamaan yang tetap lurus, tidak melenceng dari haluan yang sudah ada, yaitu menjalankan agama Islam dengan bermanhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.