• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Aisyah sebagai Figur Emansipasi Wanita

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-01-07
in Al-Qur'an, Hadits, Keislaman
0
Aisyah sebagai Figur Emansipasi Wanita

Aisyah sebagai Figur Emansipasi Wanita.

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Emansipasi wanita bukan wacana yang asing didengar telinga dunia, di era ini emansipasi wanita telah jauh berkembang daripada sebelumnya, hal ini dapat dilihat dengan  banyaknya perempuan yang turut mengambil peran di ranah publik. Namun, kita tak dapat menutup telinga dan tidak mau tahu-menahu tentang bibit-bibit pemikiran yang masih mendiskrimainasi perempuan. Misalnya, ketika perempuan menjadi korban dalam kasus pelecehan dan kekerasan, alih-alih mendapat dukungan, sebagian masyarakat malah melayangkan tuduhan yang mengakibatkan para korban memilih diam, tidak menyuarakan penderitaan yang mereka alami karena khawatir terhadap nyinyiran dan tatapan hina masyarakat, yang menganggap mereka tidak mampu menjaga kehormatan, padahal mereka juga sama sekali tak menginginkan hal yang demikian.

Masalah selanjutnya muncul dengan melegitimasi gagasan para perempuan sebaiknya tidak keluar rumah, tidak perlu memperjuangkan cita-cita atau karir mereka dengan dalih terlalu banyak ‘bahaya’ mengintai. Jika hal tersebut dibenarkan, maka emansipasi perempuan hanya sebuah wacana,  saat mindset masyarakat kita masih memarginalkan perempuan sebagai sumber permasalahan.

Pentas sejarah yang telah menampilkan para tokoh dari berbagai belahan dunia dalam hal menyerukan emansipasi wanita, seperti Sojouner Truth, Elizabeth Cady Stanton, Louise Otto-Petters, dan R.A Kartini, tokoh emansipasi wanita negara kita sendiri, Indonesia. Mereka akan tinggal cerita, jika generasi saat ini tidak dapat meneruskan perjuangan mereka.

Baca Juga: Perempuan Indonesia Pertama Peraih Gelar Prestisius dari Al-Azhar

Terkait dengan emansipasi wanita, jika kemudian dikorelasikan dengan ajaran Islam maka akan menjadi diskusi yang semakin menarik, dengan munculnya beberapa anggapan bahwa ajaran Islam bersifat dikriminatif terhadap perempuan, tentu hal ini perlu diteliti kembali kebenarannya. Jika melihat sejarah peradaban Islam, tak sedikit tokoh wanita yang cocok menjadi figur emansipasi wanita, Sayyidah Aisyah salah satunya.

Hadis yang menjadi dalil kedua setelah al Qur’an, dalam sejarah periwayatannya, Aisyah sebagai ummul mu’minin banyak berkontribusi, bahkan menjadi salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan Hadis, khususnya terkait hal-hal yang tidak pernah muncul di kalangan para sahabat lelaki, atau tidak memungkinkan untuk dibahas kecuali oleh para ummahatul mu’minin.

Muhammad Abu Zahw, guru besar Universitas Al Azhar dalam karyanya Al Hadits wa al Muhadditsun menyebutkan bahwa Aisyah meriwayatkan meriwayatkan sebanyak 2210 Hadis, Bukhari-Muslim bersepakat dalam 174 Hadis, Bukhari sendiri meriwayatkan 54 Hadis, dan Muslim sebanyak 68 Hadis. Sehingga Sayyidah Aisyah sangat cocok menjadi figur emansipasi wanita.

Baca Juga: Perempuan adalah Kunci

Kecerdasan yang dimilikinya membuat ia berhasil mengukir tinta emas dan namanya bersanding dengan para sahabat laki-laki yang paling banyak meriwayatkan Hadis. Muhammad Abu Zahw juga menceritakan kecerdasan dan ketelitian Aisyah dalam menyebarkan Hadis, Aisyah kerap menguji kualitas hafalan perawi untuk memastikan tingkat ketelitiannya. Di dalam Shahih Bukhori dan Muslim disebutkan bahwa Aisyah meminta Urwah bin Zubair untuk bertanya kembali tentang sebuah Hadis yang diriwayatkannya kepada Abdullah bin Amr pada tahun sebelumnya untuk memastikan tingkat  ketelitiannya dalam meriwayatkan Hadis.

Tags: Emansipasi Wanita
Previous Post

Kenapa Kata Syukron (شكرا) dibalas Afwan (عفوا)?

Next Post

Memperjuangkan Ilmu adalah Bagian dari Perjuangan di Jalan Allah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Memperjuangkan Ilmu adalah Bagian dari Perjuangan di Jalan Allah

Memperjuangkan Ilmu adalah Bagian dari Perjuangan di Jalan Allah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Etika Bertetangga dalam Hadis Nabi
  • Kemenag Resmi Memulai MQKN ke-8 dengan Tahapan Seleksi Via CBT Berbasis Kitab Kuning
  • Qailulah, Rahasia Tidur Siang Ala Nabi
  • Tafsir Surah Qaf Ayat 18: Pentingnya Menjaga Lisan
  • Dhau’ Al-Mishbah fi Bayani Ahkam An-Nikah, Panduan Pernikahan Karya Kiai Hasyim

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng