Wakil Rais ’Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifuddin Muhajir, menjelaskan terkait pentingnya negara yang aman sebagai faktor utama menciptakan kesejahteraan rakyat.
Menurutnya, kesejahteraan rakyat dari berbagai sisi, baik sosial dan ekonomi akan sangat bergantung pada sebuah negara dalam memberikan rasa aman atas mereka.
Ia juga menjelaskan bahwa dunia merupakan ladang akhirat. Hal ini berarti bahwa kebahagiaan manusia di akhirat tergantung apa yang dilakukan di dunia. Sehingga negara atau wilayah yang aman menjadi amat penting sebagai tempat untuk menyiapkan bekal dan amal baik sebanyak-banyaknya. Sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Nabi Ibrahim dalam do’anya:
اِذۡ قَالَ اِبۡرٰهٖمُ رَبِّ اجۡعَلۡ هٰذَا بَلَدًا اٰمِنًا وَّارۡزُقۡ اَهۡلَهٗ مِنَ الثَّمَرٰتِ مَنۡ اٰمَنَ مِنۡهُمۡ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الاخر
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Makkah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian,'” (Q.S Al-Baqarah: 126)
Meski demikian, menciptakan rasa aman suatu negara tidak bisa diupayakan hanya dengan doa. Hal ini juga harus didukung dengan tindakan konkret agar rasa aman dalam negara tersebut bisa dirasakan oleh semua rakyat.
Ketua Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo tersebut mengungkapkan, diantara upaya yang bisa dilakukan untuk menciptakan negara yang aman adalah dengan tidak melakukan hal-hal yang bersifat merusak, baik sistem tatanan dan lainnya. Selain itu juga memperbaiki apa yang telah dirusak oleh pihak lain. Pemerintah dan rakyat juga harus saling bekerjasama guna menciptakan negara yang aman.
Dalam membuat kebijakan, pemerintah diharuskan untuk memperhatikan kemaslahatan rakyat. Dan begitupun rakyat wajib menaati peraturan pemerintah sepanjang aturan tersebut mengandung kemaslahatan terhadap mereka.
Negara yang aman menjadikan rakyat sejahtera. Tidak hanya untuk menikmati hidup di dunia, tapi juga mempersiapkan bekal dan amal saleh untuk akhirat. Harapannya, hal demikian bisa menjadikan negara tersebut layak menyandang gelar baldatun tahyyibatun wa rabbun ghafur sebagaimana disebutkan dalam QS. As-Saba ayat 15:
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
Artinya: “Sungguh, pada kaum Saba’ benar-benar ada suatu tanda (kebesaran dan kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua bidang kebun di sebelah kanan dan kiri. (Kami berpesan kepada mereka,) ‘Makanlah rezeki (yang dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman), sedangkan (Tuhanmu) Tuhan Yang Maha Pengampun.’” (Q.S As-Saba:15)
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca juga: Dua Komponen Pemimpin Ideal Menurut KH Miftahul Akhyar