Gus Awis menyampaikan perihal pentingnya para santri mempelajari ilmu tafsir al-Quran saat menjadi pembicara dalam acara Launching Ma’had Aly Yusuf Mahsyar Pondok Pesantren Madrasatul Quran (05/08/23).
Acara ini dihadiri oleh KH. A. Hadi Yusuf selaku Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an, Dr. KH. Musta’in Syafi’i selaku mudir 1, KH. A. Syakir Ridwan Lc. M. Hi selaku mudir 2, dan KH. Abdul Ghoffar Yusuf selaku ketua Yayasan Pesantren Madrasatul Quran.
Gus Awis ialah sosok cerminan ulama muda yang mampu meramu sisi-sisi indah dalam al-Quran lewat karya-karyanya. Beliau bernama lengkap Dr. KH. Muhammad Afifudin Dimyathi. Lc. M.A, lahir pada 7 Mei 1979, putra dari KH. Dimyathi Romli dan Hj. Muflichah.
Selain menjadi pengasuh Pondok Pesantren Hidayatullah Qur’an Darul Ulum Rejoso Jombang, Gus Awis juga menjadi dosen pendidikan Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Dalam materi yang disampaikan pada acara tersebut, Gus Awis mengangkat tema Revitalisasi Kajian Ilmu Tafsir, beliau menjelaskan bila muncul pertanyaan ‘mengapa al-Quran perlu ditafsirkan?’ maka jawabannya hanya ada 4 dan diringkas menjadi 3 jawaban.
Secara singkat tiga hal yang dikemukakan Gus Awis ialah yang pertama bahwa dalam al-Quran ada ayat-ayat yang mubham (ayat yang belum jelas maknanya) sehingga perlu ditafsirkan. Yang kedua, bahwa dalam al-Quran terdapat ayat yang mujmal (bermakna global/umum).
Sedangkan yang ketiga, bahwa al-Quran dalam proses turunnya terpisah atau tidak turun sekaligus, kemudian maknanya tidak dapat dipahami lewat teks ayat itu saja, sehingga dalam memahaminya membutuhkan proses keilmuan.
“Proses dalam memahami al-Quran itulah yang dinamakan tafsir al-Quran,” ujarnya dalam siaran langsung di Kanal YouTube Madrasatul Quran.
Gus Awis sangat menekankan tentang pentingnya tafsir al-Quran, untuk bekal dalam mengahadapi era disrupsi dan digitalisasi.
Dalam acara tersebut Gus Awis menyampaikan pesan kepada para hadirin tentang pentingnya kemampuan berkomunikasi yang baik
“Orang yang bisa berkomunikasi akan menemukan masalah untuk dipecahakan dan ide adalah amanah dari Allah,” ungkap pengarang kitab Asy-Syamil fi Balaghatil Quran yang saat ini menjadi Katib PBNU.
Begitu banyak keteladanan dan contoh baik dari beliau di usianya yang masih muda, semoga menjadi inspirasi bagi kita semua untuk lebih maju serta dapat semakin membumikan ilmu tafsir al-Quran.
Penulis: Nafissa Izzah
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: TABAYUN: Fakta Salah Cetak Mushaf dari Badan Wakaf Al-Quran