Bulan Robi’ul Awwal menjadi salah satu bulan yang ditunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Sukacita dalam menyambut dan mengisi bulan Maulid dilakukan dalam bentuk-bentuk tradisi yang beragam. Berikut ini, kami sajikan berbagai macam tradisi unik sambut bulan suci maulid di seluruh Indonesia.
Tradisi Cocoghen dan Molodhen
Cocoghen adalah tradisi yang berasal dari pulau Madura untuk menyambut datangnya bulan Maulid Nabi Muhammad SAW, tepatnya pada malam tanggal 1 Robiul Awwal. Cocoghen secara bahasa adalah cocok yang artinya “tepat tanggal 1 bulan maulid”. Momen tersebut selalu ditunggu oleh anak-anak yang mengikuti tradisi Cocoghen di Madura.
Mereka akan saling berebut mengambil beraneka ragam jajanan dan buah-buahan di atas tampah setelah mereka membaca kasidah Barzanji. Mereka berkumpul dalam suasana suka ria. Cocoghen merupakan wujud rasa syukur atas datangnya bulan Robiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan molodhen adalah tradisi yang dirayakan sepanjang bulan Rabi’ul Awwal. Kata Molodhen diserap dari bahasa arab مولد  yang bermakna bulan kelahiran nabi Muhammad SAW. Tradisi ini dilaksanakan sejak awal bulan Rabi’ul Awwal hingga di penghujung bulan dengan membaca Maulid Diba’i atau Barzanji bersama.
Acara molodhen biasanya dirayakan secara bergiliran, dari satu rumah penduduk ke rumah penduduk yang lain dan banyak dari mereka melaksanakannya tepat pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Pada tanggal itu banyak undangan maulid sehingga meraka berbondong-bondong membawa banyak sekali berkat yang terkadang mereka harus membawanya dengan menggunakan alat pikul.
Di beberapa daerah di Madura ada juga yang merayakan molodhen di masjid atau mushallah dan tidak merayakannya di rumah masing masing. Mereka membawa berkat ke mushalah atau masjid dan mengadakan pembacaan shalawat bersama. Setelah pembacaan shalawat anak-anak kecil akan berebut jajanan yang sudah disediakan. Di beberapa daerah ada yang menggunakan pohon pisang yang dihias dengan berbagai ornamen berupa jajanan dan buah-buahan terkadang juga berupa uang kertas untuk anak-anak kecil yang ikut hadir pada acara molodhen.
Tradisi Maulud Adat Bayan
Berasal dari kabupaten Lombok Utara, Tradisi ini banyak menjadi tujuan destinasi wisata turis lokal maupun mancanegara. Pada kesempatan itu, warga lokal akan mengumpulkan hasil bumi dan ternak untuk dinikmati beramai-ramai. Puncaknya, ditandai dengan gelaran acara cukur bayi massal dan khitanan massal. Acara Maulud Adat Bayan, sudah menjadi tradisi dalam bulan Rabi’ul Awwal turun temurun sejak zaman nenek moyang mereka.
Tradisi Grebek Keres
Tradisi ini dilaksanakan bertepatan atau sesudah tanggal kelahiran nabi, yakni 12 Rabi’ul Awwal. Masyarakat akan menggantungkan hasil panen maupun bahan makanan di ranting-ranting dan dahan pohon keres atau kresen, begitu mereka menyebutnya. Ranting-ranting, dahan, daun serta pohon keres ini disimbolkan sebagai perwujudan banyaknya umat baginda nabi Muhammad Saw. Sedangkan pada akarnya, disimbolkan sebagai perwujudan dasar persatuan dan kesatuan.
Tradisi Sedekah Bumi
Tradisi yang tersebar di seluruh daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah sepertinya sudah menjadi hal wajib dalam merayakan serta meramaikan kehadiran bulan mulia ini. Masyarakat akan bergotong royong saling membantu untuk mempersiapkan makan bersama yang digelar di sepanjang jalan desa atau lapangan luas desa itu. Sajian berupa buah-buahan, makanan ringan, dan kue basah menjadi hidangan wajib yang ada dalam perayaan ini. Di beberapa daerah juga terdapat acara serupa, nantinya masyarakat akan memperebutkan uang kertas yang sudah disiapkan dalam acara itu.
Penulis: Nafissa Izzah
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: The Journey, Film yang Cocok Ditonton di Bulan Maulid
Masya allah tabarakallah