Sahlul Fuad adalah seorang guru, penulis, dan sastrawan asal Tangerang, Banten. Ia menyelesaikan pendidikan strata 1 dalam bidang Komunikasi Islam dari Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta, sekaligus mendapat gelar Sarjana Al-Quran (SQ) dan menyelesaikan program magister dalam bidang Antropologi di Universitas Indonesia (UI).
Salah satu tim penulis buku Gus Sholah, Sang Arsitek Pemersatu Umat, yang diterbitkan Tebuireng (2021) ini pernah belajar ilmu agama di Pondok Pesantren At-Thohiriyah, Gresik dan Pesantren Tahaffuzh al-Quran Kauman, Semarang. Selain menjadi Dosen tetap di PTIQ dan menjadi guru mengaji, beliau juga aktif di berbagai organisasi seperti Jam’iyyah Qurro’ wal Huffadz (JQH NU), Lakpesdam PWNU Banten, Jami’yyah Mudarasah Al-Quran (JMQ), dan PMII. Produktivitasnya dalam menulis dibuktikan melalui berbagai hasil karyanya.
Karya-karya Sahlul Fuad, antara lain: Biografi Ny. Hj. Aisyah Hamid (2014) Biografi KH. Saifuddin Zuhri (2013) Langgar, dalam Jimat NU (2014) Magical Communities, dalam NUhammadiyah Bicara Nasionalisme (2011) Rebutan NU, dalam Dari Kiai Kampung ke NU Miring (2010) Negeri Sumbangan; Antologi Cerpen, Teater Plonk, (2004) 33 Puisi Dusta (2011), dan lain-lain.
Baca juga: Raja Ali Haji dan Gurindam Dua Belas-nya
Berikut ini puisi-puisi Sahlul Fuad bertemakan kematian yang patut menjadi bahan telaah dan perenungan kita:
Denting Kematian
Denting-denting kematian
Mengoyak-koyak keheningan
Satu per satu tubuh tumbang
Mencabik-cabik tenang.
Ting!
Denting kematian menikam cekam
Tuan-tuan berguguran
Menyambar-sambar sanak handai tolan
Ting!
Denting kematian membanting batin
Ingar bingar ambyar di kamar-kamar
Lalu menyusut, membeku dalam sujud.
Ting!!!
Denting kematian membakar angan-angan
Mimpi-mimpi terbang menghilang
Jejak-jejak kenangan terabukan.
Ting!!!
Denting kematian menerawang harapan
Tubuh-tubuh bangkit sempoyongan
Menjejakkan kaki perjuangan.
Griya Parahita, 080721
Musim Kematian
Matahari bergeser ke Utara
Awan pekat panas berpusar di kepala
Daun-daun gugur berhamburan.
Musim kematian telah tiba
Tuhan memulangkan para hamba
Dan orang-orang bertangis-tangisan.
Wabah telah tersedia
Angkutan umum para nyawa
Mengantarkan melalui terminal kematian.
Rombongan kematian telah diberangkatkan
Gelombang demi gelombang
Melambaikan tangan kepada dunia.
Bulir-bulir kesedihan berjatuhan di tanah
Melintasi hati yang menciut
Dan jiwa tak berdaya.
Musim kematian telah tiba
Wabah menggotong para hamba
Mengantarkan ke alam baka.
Griya Parahita, 120721
Fosil Kenangan Pasca Kematiannya
Kabar kematiannya tiba-tiba membongkar kubur otak kenangan
Mengangkat ingatan yang tinggal tulang belulang.
Kutata lagi tulang-tulang indah jadi rangkaian
Untuk jadi saksi kebajikan.
Kucari-cari senyumnya di timbunan ribuan kabut
Dan kutemukan cahaya tatapannya yang lembut.
Kabar kematiannya seperti puting beliung
Menghempaskan tulang-tulang keropos dan busuk.
Kekejamannya seperti dibakar lava yang tak henti membara
Hangus dan tak teraba.
Fosil kenangan pasca kematian bersinar terang
Memancarkan cahaya kebaikan lebih berderang.
Tiba-tiba hatiku terperas haru
Mataku mengucur air biru.
Griya Parahita, 120721