Pondok Pesantren Tebuireng memiliki magnet yang luar biasa. Sudah tidak terhitung berapa orang yang menjadi alumni dari pesantren ini. Dari rentetan cerita para alumni ada tiga tempat istimewa di Tebuireng. Pertama Masjid, Ndalem kesepuhan dan ketiga, makam keluarga besar KH M Hasyim Asy’ari.
Di Pesantren Tebuireng ada dua masjid, tapi yang dimaksud di sini adalah masjid utama yaitu masjid peninggalan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Masjid kedua berada di Pondok Pesantren Putri Tebuireng.
Masjid utama berada di tengah Pesantren Tebuireng, kini bangunannya sudah diperluas dengan arsitektur modern pada kepemimpinan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Uniknya, bangunan utama masjid peninggalan Hadratussyaikh ini dibiarkan utuh, tak diubah sedikit pun. Gus Sholah hanya membangun serambi masjid. Alhasil, serambi masjid lebih luas dari bangunan utamanya.
Di bangunan utama ini para pengunjung bisa melihat mihrab, pengimaman, tembok, lantai dan pintu dengan model klasik. Dengan tampilan begitu, bangunan utama ini bernilai cagar budaya yang tinggi di Pesantren Tebuireng.
Sehingga tidak mengherankan kemudian ada lembaga internasional dari berbagai negara berkunjung melihat arsitekturnya yang khas, maupun nilai sejarahnya yang tinggi, yaitu menjadi sentra perjuangan kemerdekaan RI dan pengembangan Islam di Indonesia, terutama paham Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja).
Bagi santri Pesantren Tebuireng dan alumni, masjid utama menjadi tempat favorit untuk berdua dan salat sunnah. Banyak yang merasa aura mistis dan menambah khusyu’ ketika berada di tempat ini. Tak jarang, para santri berebut untuk salat di bangunan utama ini. Ada juga yang berkeyakinan jika berdoa di ruang utama masjid ini lebih cepat dikabulkan Allah.
Tempat istimewa di Pesantren Tebuireng selanjutnya adalah Ndalem kesepuhan yang ditempati oleh pengasuh. Ndalem kesepuhan berada pas di utaranya masjid utama. Selain tempat tinggal pengasuh, Ndalem kesepuhan juga digunakan untuk menyambut tamu agung dan menyimpan barang milik KH M Hasyim Asy’ari.
Di tempat ini juga menyimpan banyak benda-benda sejarah pesantren dan perjuangan santri melawan penjajah. Uniknya, Ndalem kesepuhan di Tebuireng diwariskan kepada pengasuh baru ketika pengasuh lama wafat.
Ndalem kesepuhan ini sering jadi tujuan tokoh-tokoh besar untuk berdiskusi tentang bangsa, agama dan masyarakat. Sudah tidak terhitung sudah berapa jumlah tamu yang pernah mampir ke Ndalem kesepuhan.
Ketiga, tempat istimewa di Pesantren Tebuireng adalah makam keluarga besar KH M Hasyim Asy’ari. Selain Kiai Hasyim, di tempat ini juga bersemayam jenazah KH Wahid Hasyim, KH Yusuf Hasyim, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah), Kh Ali Maksum dan keluarga lainnya.
Perombakan besar-besaran komplek makam keluarga Pesantren Tebuireng ini dimulai pada tahun 2010, setelah Gus Dur wafat. Renovasi makam Gus Dur merupakan antisipasi jumlah peziarah yang membeludak. Diperkirakan ada 10 ribu orang yang datang ke makam keluarga Tebuireng setiap harinya. Sejak tahun 2009 hingga saat ini, jumlah pengunjung naik drastis.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jombang, pada tahun 2017 jumlah pengunjung area makam keluarga Tebuireng atau Gus Dur sebanyak 1 258 116 orang. Pada tahun yang sama, kompleks makam Gus Dur meraih penghargaan Anugerah Wisata Jawa Timur (AWJ) 2017 untuk kategori Daya Tarik Wisata Budaya.
Merujuk data Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) yang mengurus kotak sumbangan di area makam, setiap bulan terkumpul uang mencapai Rp. 200 sampai Rp. 300 juta. Ketika liburan sekolah, isi kotak amal bisa lebih dari Rp. 300 juta.
Ketiga tempat istimewa di Pesantren Tebuireng ini hingga saat masih bisa dinikmati oleh para santri, alumni dan masyarakat umum. Tempat-tempat istimewa ini memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki pesantren lain.