tebuireng.co – Mendidik strawberry generation memiliki tantangan tersendiri. Strawberry generation dilabelkan pada generasi di atas tahun 2000.
Generasi sebelumnya menganggap bahwa generasi ini lemah dan selalu menganggap bahwa generasi sebelumnya adalah yang lebih baik dari pada generasi stroberi. Setiap generasi menganggap bahwa generasi merekalah yang terbaik.
Strawberry generation diistilahkan seperti layaknya buah stroberi yang bagus, dirawat di tempat yang bersih, tapi mudah hancur.
Hal ini seperti layaknya perumpamaan generasi muda yang mudah menyerah, lemah, dan mudah hancur. Misalnya saja baru juga kerja seminggu sudah mau resign saja di perusahaan tanpa komunikasi.
Sisi lain dari strawberry generation ini adalah memiliki sisi kreatif di tengah kemudahan dalam beradaptasi dengan teknologi yang serba canggih dan mampu memanfaatkan peluang teknologi tersebut seperti mudahnya bisnis online menggunakan media sosial atau berkreativitas di media sosial bisa jadi Influencer.
Selain itu juga generasi stroberi ini adalah generasi yang paling peduli dengan kesehatan mental. Remaja dan generasi muda menjadi bagian dari agen suatu perubahan. Dalam berproses menuju perubahan banyak hal yang harus dihadapi seorang remaja.
Banyaknya generasi muda saat ini yang mengeluh karena kesehatan mental yang akibatnya berpengaruh terhadap stress dan depresi.
Banyak faktor yang menyebabkan generasi muda menjadi generasi yang lemah antara lain eksposur internet, penggunaan media sosial berlebihan, toxic parenting, dan lingkungan yang kurang mendukung pendidikan karakter dan hal tersebut perdampak pada ketahanan mental yang lemah.
Lalu bagaimana solusi mendidik strawberry generation? Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aulia et al., 2022, banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi generasi stoberi.
Pertama, hal yang menjadi prihatin dari generasi stroberi adalah mental, dengan mengarahkan dan mendidik mental anak terletak pada peranan asuh orang tua seperti bagaimana ia menghadapi tuntutan dengan kata lain ia harus membangun kesadaran perjuangan hidup. Terutama membangun karakter leader di dalam dirinya.
Kedua, melatih anak untuk tanggung jawab yang mampu membuatnya belajar dan grow up. Hal ini juga bertujuan bahwa anak memiliki kontribusi dan merasa berharga. Seperti menjadi pendengar yang baik, saling menghargai, dan memilah pujian dengan secukupnya.
Ketiga, melatih generasi stroberi membuat keputusan. Kemampuan dalam mengambil keputusan perlu diasah sejak dini agar ketika dewasa nanti tidak menjadi pengikut yang mudah diatur. Melatih pengambilan keputusan juga agar bermanfaat dan dapat mempertimbangkan risiko dari keputusan tersebut.
Keempat, apabila anak tersebut memiliki sifat keras kepala, penting orang tua dalam mencoba memahami. Adanya ini pula bisa menambahkan rasa tangguh kepada anak mengenai bagaimana memperjuangkan suatu hal yang mereka inginkan.
Setidaknya strawberry generation bisa diminimalisir, pentingnya memberikan pola asuh yang tepat sesuai dengan usia mereka dan tantangan yang akan mereka hadapi dimasa depan.
Lebih dari itu, tentu harus memberikan pemahaman yang lebih baik terkait mengelola emosional bagaimanapun situasi dan kondisi yang ada ke generasi stroberi.
Oleh: Maulida