Bagi orang yang tau sejarah dan membaca sejarah bangsa Indonesia tercinta ini, Siapa yang tidak kenal dengan Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari? Beliau merupakan pendiri organisasi terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama. Selain itu, beliau juga seorang pahlawan nasional dari kalangan cendekiawan muslim yang ikut merebut kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1899, beliau mendirikan Pesantren Tebuireng yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di abad ke-20.
Di lingkungan pondok pesantren dan para santri, terutama santri Tebuireng, nama KH. M. Hasyim Asy’ari selalu berawalan dengan gelar ‘Hadratussyaikh’. Gelar ini lebih tinggi daripada ‘Syaikh’. Gelar ‘Hadratussyaikh’ yang berarti maha guru merupakan sematan yang diberikan kepada orang yang benar-benar layak menerimanya. Tidak sembarang ulama bisa menerima gelar tersebut, karena gelar ‘Hadratussyaikh’ bukan gelar sembarangan. Gelar ini diperoleh beliau saat masih tinggal di Makkah Mukarromah.
KH. M. Hasyim Asy’ari menguasai kedalaman berbagai macam ilmu, meski beliau lebih dikenal sebagai ahli hadits. Bukan pula sekadar ilmu, KH. M. Hasyim Asy’ari juga mencontohkan akhlak dan teladan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa dicontoh oleh generasi semasa dan setelahnya.
Di samping pesantren dan organisasi, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menulis sejumlah karya dalam bentuk kitab maupun risalah (artikel), dalam bahasa Arab maupun bahasa Jawa. Karya-karya tersebut masih beredar hingga sekarang. Banyak pula akademisi yang mengembangkan karya tersebut dengan memberikan analisis, komentar, atau menerjemahkan karya tersebut. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan karya-karya tersebut. Berikut alasan kenapa kita wajib membaca karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari:
1. Merupakan Tokoh Islam Nasionalis
Selain masyhur sebagai tokoh Islam, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari juga merupakan tokoh nasional. Perannya sangat besar dalam usaha kemerdekaan Republik Indonesia. Selain mencetuskan Resolusi Jihad yang membakar semangat pemuda pada 22 Oktober 1945, beliau juga piawai dalam menyusun strategi menghadapi penjajahan Belanda dan Jepang. Kemerdekaan yang bisa kita nikmati hari ini tidak lepas dari perjuangan beliau.
2. Sarat Etika dan Teladan
Karya Hadratussyaikh yang paling populer ialah kitab Adabul Alim wal Muta’allimin. Kitab ini berisi tentang etika guru dan murid ketika sendiri ataupun berinteraksi. Kitab ini banyak dipelajari di pesantren di Indonesia sehingga membentuk perilaku santri yang taat kepada guru, dan guru yang selalu mendoakan muridnya. Selain itu, dalam kitab al-Mawaidz, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari menyeru jika berbeda pendapat untuk tidak menegur dengan cara yang keras dan kasar, namun dengan lemah lembut.
3. Mengajarkan Perdamaian
Kitab at-Tibyan memuat anjuran menjaga hubungan persaudaraan dan bahaya memutus silaturami. Seringkali terjadi di masyarakat di mana kita melihat berbagai macam perseteruan bahkan di antara anggota keluarga. Jika tidak, pergesekan dengan tetangga dan teman juga kerap kali terjadi. Selain kitab tersebut, ada juga al-Mawaidz yang merupakan nasihat penting agar tidak saling mendengki dan bermusuhan. Juga mengajak para ulama untuk tidak fanatik terhadap satu mazhab.
4. Sudah Tersedia Versi Terjemah
Karya-karya Hadratussyaikh telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bagi kita yang tidak bisa membaca kitab kuning bahasa Arab, maka tidak perlu khawatir lagi. Jadi, walaupun kita awam, kita tetap bisa membaca karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Beberapa kita sudah diterjemahkan oleh Pustaka Tebuireng dan Tebuireng Initiatives dengan judul ‘Mahakarya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari’.
Demikian 4 alasan kenapa kita wajib membaca Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Khazanah bangsa Indonesia jangan sampai kita biarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan untuk generasi mendatang.