Dua fondasi penting dalam membangun peradaban dijelaskan oleh KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) dalam acara Halaqoh Fiqih Peradaban ke 2 yang diselenggarakan di Gedung Serba Guna Pondok Pesantren Cadangpinggan. Selasa, (12/12/23).
Fondasi dalam membangun peradaban utamanya di era millenial seperti saat ini penting untuk diketahui. Hal ini karena pada era ini sudah memasuki era peradaban baru yang mana akan sangat jauh berbeda dengan sistem peradaban lama. Menurut Gus Ulil setidaknya terdapat dua fondasi yang harus diperkokoh dalam membangun sebuah peradaban. Fondasi yang pertama adalah sebuah negara.
Gus Ulil menjelaskan bahwa negara menjadi salah satu fondasi yang penting dalam membangun peradaban karena negara menjadi tempat tinggal yang tetap bagi masyarakat yang mana pada dasarnya peradaban tidak bisa terbentuk apabila masyarakatnya tidak memiliki tempat tinggal secara permanen. Sehingga dalam Islam, pembahasan mengenai fikih politik yang mengusung tema ketatanegaraan sangat penting untuk dipelajari.
Selanjutnya fondasi penting yang kedua dalam membentuk peradaban adalah pengetahuan. Dalam hal ini pengetahuan yang sudah ada para era peradaban baru merupakan hasil dari peradaban lama. Meski demikian Gus Ulil menjelaskan bahwa pengetahuan tersebut akan terus tumbuh secara perlahan mengikuti peradaban sebuah masyarakat.
Sehingga dalam hal ini, peradaban lama juga memiliki peran penting yang berpengaruh dalam membentuk peradaban baru seperti pengetahuan yang diwarisi dan ada dalam pesantren-pesantren merupakan produk dari peradaban lama yang pernah ada pada zaman dahulu.
Dalam acara Halaqoh Fiqih Peradaban ke 2 yang mengusung tema Peradaban Baru dan Kontekstualisasi Fikih, Gus Ulil memaparkan bahwa agama Islam memiliki visi besar yakni di antaranya membangun peradaban. Sehingga sangat penting bagi generasi muda untuk lebih berani mengambil langkah dengan fondasi yang telah ada guna membentuk peradaban baru yang lebih baik.
Halaqoh Fiqih Peradaban merupakan program unggulan dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebagai upaya menjawab persoalan-persoalan keagamaan dan kaitannya dengan masyarakat. Program tersebut sudah lahir sejak era kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai ketua umum PBNU. Program ini kemudian dilanjutkan oleh KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) karena dinilai bisa membuka wawasan pengetahuan dan membuat dampak yang luar biasa.