tebuireng.co – Ustaz Yazir Hasan mengatakan jika pendiri Pesantren Tebuireng KH M Hasyim Asy’ari mengingkari (anti) perayaan maulid Nabi Muhammad Saw.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam khutbah Jum’at di Masjid Ustman bin Affan, Pamekasan, Madura, Jawa Timur.
“Ada sebuah kebenaran yang disembunyikan selama ini, apa kebenaran tersebut? Yaitu KH M Hasyim Asy’ari, pendiri NU, sekaligus Pondok Pesantren Tebuireng mengingkari dengan keras adanya perayaan maulid nabi,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube Tebuireng Initiaves, Jum’at (27/1/2023).
Menurut Ustaz Yazir Hasan, selama ini masyarakat Indonesia dibohongi tentang pendapat KH M Hasyim Asy’ari tersebut agar umat Islam Indonesia merayakan maulid nabi.
“Kalau kita berpedoman pada KH Hasyim Asy’ari, mengikuti KH Hasyim Asy’ari, maka kenapa kita merayakan maulid nabi? Harusnya ikut pendapat Kiai Hasyim Asy’ari,” ungkapnya.
Ustaz Yazir Hasan lalu menambahkan bahwa sikap KH Hasyim Asy’ari yang melarang maulid nabi tersebut ada di kitab At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yasna’u Al-Maulid bil Munkarat yang ditulis langsung oleh Kiai Hasyim.
“Bisa dilihat pendapat KH Hasyim Asy’ari ini di kitab At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yasna’u Al-Maulid bil Munkarat,” pintanya.
Menanggapi pernyataan Ustaz Yazir Hasan yang mengatakan ke publik bahwa Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari mengingkari dengan keras adanya perayaan maulid nabi dengan merujuk kitab At-Tanbihat Al-Wajibat Liman Yasna’u Al-Maulid bil Munkarat.
Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang KH Achmad Roziqi angkat bicara dan menyarankan dai, daiyah, penceramah agama, dan khatib belajar agama terlebih dahulu sebelum bicara. Agar tidak sesat menyesatkan.
“Kalau bersabar dan membaca secara utuh kitab At-Tanbihat Al-Wajibat maka tidak akan ada pernyataan itu. Fatal sekali. Belajar dulu, alim dulu, baru kemudian jadi tokoh agama,” jelasnya.
Menurutnya, kekeliruan dari khatib tersebut yaitu gagal memetakan secara utuh apa yang ada di kitab At-Tanbihat. Dalam kitab tersebut, KH Hasyim melarang perayaan maulid yang dicampurkan dengan kegiatan yang diingkari syariat.
Kiai Hasyim Asy’ari menuliskan jika perayaan maulid tidak ada unsur maksiat maka masuk bagian dari taat dan jalan mendekatkan diri kepada Allah. Perayaan maulid tanpa maksiat maka masuk kategori mustahab. Ketika ada maksiat maka dikategorikan sebagai ghoiru mustahab.
Sederhananya, hal yang diingkari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari itu perbuatan munkarnya, bukan maulidnya. Hal ini tidak disampaikan Ustaz Yazir saat khutbahnya.
“Pernyataan berapi-api dari khatib asal Pamekasan yang mengatakan Kiai Hasyim menolak maulid adalah salah besar. Yang benar, perayaan maulid yang diisi dengan hal munkarlah yang diingkari hadratussyaikh,” tegasnya.
Dikatakan, peringatan yang dituliskan KH Hasyim Asy’ari tersebut bersifat umum dan bisa digunakan oleh panitia peringatan maulid nabi agar kegiatan mulia tersebut tidak bercampur dengan maksiat atau perbuatan munkar.
Hal ini berdasarkan aturan syariat yang ada di Al-Qur’an dan hadis. Kiai Hasyim memang sering memberikan statement terkait kegiatan di masyarakat, salah satunya perayaan maulid.
Ustaz Yazir Hasan diduga belum membaca secara utuh kitab Tanbihat sehingga tidak memahami maksud KH M Hasyim Asy’ari.
“Sangat disayangkan pernyataan yang menyeret KH Hasyim Asy’ari itu disampaikan pada kegiatan sakral yaitu khutbah Jum’at dan direkam vidoenya,” tandasnya.