tebuireng.co – Tidak Pantas jika ada orang yang mengatakan “mengapa kita merayakan maulid Nabi”. Perkataan itu seakan-akan juga menyatakan “mengapa kita harus bergembira dengan lahirnya Nabi”. Maka sebetulnya jika ada yang bertanya, apa dalil untuk kita merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw? Jawabannya adalah, “merayakan Maulid itu tidak membutuhkan dalil yang sahih, namun cukup membutuhkan hati yang sahih (bersih)!”
Namun, adakah dalil maulid Nabi?
Syaikh Sayyid Muhammad Amin Kutbi menyairkan sebuah syair:
يا ليلة الإثنين ماذا صافحت
يمناك من شرف أشم ومن غنى
كل الليالي البيض فى الدنيا لها
نسب إليك فأنت مفتاح السنا
“Wahai Malam Senin, apakah gerangan yang engkau jabat dengan tangan kananmu dari kemuliaan dan kekayaan yg begitu semerbak?
Seluruh malam-malam yg putih berkilauan di jagat raya ini punya hubungan nasab denganmu. Maka engkaulah pembuka keagungan.”
Tidak bisa dipungkiri bahwa semua yang berhubungan dengan Nabi akan berharga dan mulia. Seperti hari Senin ini, di mana pada hari itulah manusia termulia dilahirkan. Bahkan bulan maulid Nabi lebih agung daripada Hari Besar Islam yang lain. Karena tanpa maulid tidak akan ada hari raya, tidak ada pula Nuzulul Qur’an, Isra’ Mi’raj, Fathu Makkah, Peristiwa Hijrah, dan sebagainya.
Baca Juga: Natal, Harlah, dan Maulid menurut Gus Dur
Dalam kitab “Haula al-Ihtifal bi dzikra al-Maulid an-Nabawi as-Syarif” Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki menerangkan ada 21 hujjah untuk dianjurkannya merayakan maulid Nabi. Di sini saya hanya mencantumkan tiga darinya, yaitu:
𝗣𝗲𝗿𝘁𝗮𝗺𝗮: dengan bergembira sebab maulid Nabi, orang kafir pun diringankan siksanya oleh Allah SWT. Seperti gubahan syair al-Hafidz Syamsuddin Muhammad bin Nasiruddin ad-Dimasyqi berikut ini:
إذا كـان هـذا كافـرا جـاء ذمـه ُ . . . وتبت يداه في الجحيم مخـلـدا
أتى أنـه في يوم الاثنيـن دائمـاً . . . يخفف عنه بالسرور بأحمـدا
فما الظن بالعبد الذي كان عمره . . . بأحمد مسروراً ومات موحـدا
“Jika Abu Lahab saja diringankan siksa karena bahagia atasnya (Muhammad saw.), lantas bagaimana dengan manusia yang iman dan selalu menggandrunginya.”
𝗞𝗲𝗱𝘂𝗮: Nabi berpuasa pada hari Senin. Seperti hadits riwayat Imam Muslim dari Abi Qatadah:
أن رسول الله سئل عن صوم يوم الإثنين؟ فقال “فيه ولدت، وفيه أنزل علي”
𝗞𝗲𝘁𝗶𝗴𝗮: Sesungguhnya mengungkapkan kegembiraan itu dianjurkan oleh Allah, dalam surat Yunus: 58;
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَـفْرَحُوْا ۗ
“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.”
Sahabat Ibnu Abbas (pengulunya para mufassir) menegaskan ketika menafsirkan ayat di atas:
فقد روى أبو الشيخ عن إبن عباس رضي الله عنهما فى الأية قال: فضل الله العلم، ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم قال تعال: وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
Maksud “fadhl” dalam surat Yunus tersebut adalah ilmu, sedangkan lafad “rahmat” adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.
Bergembira dianjurkan pada setiap kenikmatan, anugerah, dan karunia dari Tuhan. Maka nikmat manalagi yang paling besar selain dilahirkannya Nabi Muhammad Saw.
Oleh, Faqih Jalaludin Abdurrahman Suyuti