tebuireng.co – Sosok KH Bisri Syansuri memiliki tiga karakter utama menurut KH Abdul Halim Iskandar. Tiga karakter tersebut layak ditiru oleh dzuriyah, santri dan masyarakat.
Tiga hal ini, menurutnya berdasarkan pendapat dari Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Gus Dur pernah merasakan pendidikan langsung dari KH Bisri Syansuri.
“Gus Dur berkata, Kiai Bisri itu kiai plus, karena terdapat tiga karakter utama KH Bisri Syansuri yaitu pecinta fikih, pejuang keadilan gender, dan politisi berkarakter,” katanya saat haul ke-44 KH Bisri Syansuri di Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar, Jombang, Ahad (22/1/2023).
Kiai Bisri menjelaskan, karakter Kiai Bisri dalam bidang pecinta fikih terlihat dalam cara bersikap yang sangat berhati-hati. Selalu mencari dasar keilmuan yang kuat sebelum bersikap.
Hal ini karena Kiai M Bisri Syansuri merupakan pembelajar yang ulet dan tekun. Pengembara ilmu dari satu guru ke guru yang lain, dari satu pesantren ke pesantren yang lain. Hingga ke Haramain.
Selain itu, Kiai Bisri juga memiliki guru yang hebat seperti KH M Hasyim Asy’ari, KH Abdussomad, KH Aswawi Kudus, KH Umar bin Harun, KH Kholil Bangkalan, dan lain-lainnya.
Pengembaraan keilmuan, tahin 1913 memutuskan ke Mekkah belajar ke Syaikh Muhammad Bagir, Syaikh Said Yamani, Syaikh Ibrahim Yamani, Syaikh Jamal al-Maliki, Syaikh Khatib Al-munangkabaui, Syaikh Mahfudz At-Turmusi.
Lihat Juga: Rumah Gus Dur di Denanyar
Tahun 1914 menikah dengan Noor Chodijah, adik KH Wahab Hasbullah. Pendukung utama yang mendoakan dan mendukung Kiai Bisri. Tahun 1917 mulai merintis pesantren.
“Kiai Bisri selalu melihat sesuatu dari sudut pandang fikih komprehensif. Pernah membuat RUU perkawinan tandingan hingga jadi undang-undang. Keputusan Kiai Bisri mendukung konsep keluarga berencana juga berdasarkan fikih,” tegas KH Halim.
Dikatakan, sikap KH Bisri dalam keadilan gender terlihat dalam keputusannya mendirikan pesantren putri. Sebuah keputusan yang berani karena saat itu hanya ada pesantren putra.
Kiai Bisri mendirikan pesantren putri karena ingin derajat perempuan terangkat. Selain itu, ketika seorang ibu pintar maka anaknya ikut didik dengan cara yang baik. Mencerdaskan perempuan sama dengan mendidik satu generas.
“Tiga tahun setelah menikah atas dukungan mertua, mulai mendirikan pesantren. Mendidik penuh ikhlasan dan istikamah. 1919 KH Bisri mendirikan pesantren putri. Sempat dikomentari banyak orang,” ungkapnya.
KH Halim Iskandar menambahkan, karakter utama KH Bisri sebagai politikus yang berkarakter bisa dilihat dari sikap beraninya menentang dominasi orde baru yang sangat berkuasa.
Kiai Bisri terbiasa berbeda pendapat di forum. Namun, di luar forum justru sangat menghormati.
Kiai Bisri menolak tokoh NU masuk Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Gotong Royong setelah Bung Karno membubarkan DPR dan akan membuat DPR yang ditunjuk langsung.
Secara fikih, karena di Indonesia ada sistem pemilu maka pemilihan DPR harus lewat jalur yang sah. Maka Kiai Bisri menolak.
“Kiai Bisri miliki gagasan penting di negara, Nahdlatul Ulama, dan membesarkan NU. Ikut berjuang mengusir penjajah, dari masalah keumatan hingga problem kebangsaan,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan oleh KH Abdul Qoyyum Manshur (Gus Qoyyum). Menurutnya sosok KH Bisri adalah tokoh ulama yang faqih. Hal tersebut diketahuinya karena sang ayah merupakan keponakan KH Bisri.
KH Bisri dalam berjuang sebagai ulama, politikus, pengasuh pesantren dan pelayan umat selalu didasari keikhlasan. Ini membentuk KH Bisri jadi ulama yang wirai.
“Keintelektualan KH Bisri sebagai faqih itu pasti. Akan tetapi, faqih yang wirai. Itu yang luar biasa dari Kiai Bisri dengan dibuktikannya sangat ikhlas dalam berjuang,” tandasnya.
