tebuireng.co – Psikoterapi Islam dengan metode doa sebagai bukti jika Islam sendiri memiliki konsep psikoterapi dalam hal pengobatan dan penyembuhan penyakit, baik penyakit mental, spiritual, moral, maupun fisik. Hal itu sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunah.
Terapi spiritual islami ini memandang bahwa keimanan dan kedekatan diri kepada Allah merupakan kekuatan yang sangat berarti bagi upaya pemulihan diri dari berbagai problem kejiwaan. Bahkan, tak hanya sekedar menyembuhkan gangguan psikologis, melainkan lebih substansial.
Di mana terapi islami ini lebih kepada bagaimana membangun sebuah kesadaran diri (self awareness) agar manusia lebih memahami hakikat dirinya. Sebab, pada dasarnya, mereka yang membutuhkan penanganan kejiwaan tak hanya sekedar menginginkan kesembuhan, tetapi juga mencari makna hidup.
Di samping itu, seiring dengan perkembangan kecanggihan teknologi, kesehatan mental memang lebih rentan terjangkit penyakit-penyakit jiwa. Terkait hal itu, Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam Terapi Penyakit Hati mengibaratkan jiwa itu sebagai perahu.
Apabila perahu tersebut terlalu banyak muatan dan bergelombang, maka akan tenggelam perahu itu. Begitu pun dengan jiwa manusia. Di mana ketika jiwa tersebut dipenuhi dengan masalah, dosa, kegelisahan, kedengkian, dan sebagainya, maka akan tenggelamlah ia sebagai manusia.
Di samping itu, seiring dengan perkembangan kecanggihan teknologi, kesehatan mental memang lebih rentan terjangkit penyakit-penyakit jiwa. Terkait hal itu, Ibnu Qoyyim Al-Jauzi dalam Terapi Penyakit Hati mengibaratkan jiwa itu sebagai perahu.
Apabila perahu tersebut terlalu banyak muatan dan bergelombang, maka akan tenggelam perahu itu. Begitu pun dengan jiwa manusia. Di mana ketika jiwa tersebut dipenuhi dengan masalah, dosa, kegelisahan, kedengkian, dan sebagainya, maka akan tenggelamlah ia sebagai manusia.
Sementara itu, kita tahu bahwa kehidupan manusia di dunia tentu tak lepas dari berbagai persoalan yang menguras tenaga, baik fisik maupun psikisnya. Sedangkan manusia memang dilahirkan sebagai makhluk yang penuh keterbatasan.
Artinya, dalam hal ini manusia seringkali dibenturkan pada ketidakberdayaannya ketika menghadapi suatu persoalan. Sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19-21.
اِنَّ الْاِ نْسَا نَ خُلِقَ هَلُوْعًا . اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوْعًا. وَاِ ذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوْعًا
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.” (QS. Al-Ma’arij ayat 19-21)
Akhir-akhir ini, media sosial dihiasi oleh berbagai berita pembunuhan, baik yang dilakukan oknum kepolisian, anak kepada orang tuanya, istri kepada suaminya, hingga bunuh diri. Hal ini secara tidak langsung mengindikasikan adanya masalah dalam jiwa manusia, yang seolah-olah tak bisa diselesaikan.
Berbagai penyakit jiwa tersebut jika terus dipupuk akan berakibat pada keputusasaan dan upaya mengakhiri hidup. Oleh karena itu, butuh adanya pemulihan jiwa atau yang biasa dikenal sebagai psikoterapi.
Menilik berbagai masalah gangguan Kesehatan yang kerap kali menyerang manusia, Muhammad Abd al-Aziz al-Khalidi mengemukakan bahwa bentuk psikoterapi Islam membagi obat (syifa) ke dalam dua bagian.
Pertama, psikoterapi Islam dengan metode obat hissi, yakni obat untuk menyembuhkan penyakit fisik. Kedua, obat ma’nawi untuk menyembuhkan penyakit ruh dan kalbu manusia, yang dalam hal ini di antaranya dalah doa dan zikir.
Doa memiliki makna penyembuhan bagi berbagai goncangan jiwa. Dalam doa juga terkandung unsur zikir yang memiliki pengaruh terapi terhadap jiwa secara umum. Di mana zikrullah adalah perbuatan mengingat Allah yang memiliki muara pada ketenangan.
Adapun bentuk doa sendiri bermacam-macam, yang meliputi bentuk ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al-Qur’an dan sebagainya. Dengan begitu, manusia diharapkan agar lebih dapat menilik jauh ke dalam dirinya sendiri.
Al-Jauziyah dalam buku Konseling dan Terapi Qur’ani (2018) mengatakan bahwa penyakit hati dan gangguan jiwa dapat diatasi dengan cara bermuhasabah. Dalam hal ini, muhasabah berarti melihat ke dalam diri, sehingga seseorang bisa mewaspadai diri dari serangan hawa nafsu.
Dengan demikian, seorang muslim bisa mencegah perbuatan zalim yang berpotensi untuk menyakiti atau melukai orang lain atau bahkan dirinya sendiri.
Karena itulah, ketika seorang muslim menghadapi masalah yang membebani diri dan jiwanya, hendaknya ia berdoa dan berserah diri kepada penciptanya. Sebab, doa dinilai merupakan suatu metode yang bisa digunakan untuk memupuk rasa optimis dalam diri.
Hal tersebut tentu dapat menjauhkan diri dari rasa pesimis dan penyakit hati lainnya. Berdasarkan hasil kajian, doa memiliki peranan penting untuk menciptakan kesehatan mental dan semangat hidup.
Oleh: Dinna