Dalam kehidupan, kita diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan menebar kebaikan, Apapun dan kapanpun itu. Jangan pernah menilai apa dan berapa nilai kebaikan yang dilakukan, karena itu akan membuat kita mudah meremehkan sebuah kebaikan karena kita terpaku oleh nilai dan bentuk.
Selain itu, ada rahasia dibalik larangan “kenapa kita tidak boleh meremehkan kebaikan sekecil apapun?”. Karena kita tidak pernah tahu tentang “kebaikan yang mana yang Allah letakkan Ridha di dalamnya untuk Kita”.
Kita hanya diperintah untuk berbuat kebaikan, itu saja. karena dalam perintah tersebut memang tidak ada nilai standart terrendah dalam kebaikan. Yang ada adalah lakukan kebaikan. HadroturRasul bersabda
لا تحقرن من المعروف شيئاً ولو أن تلقى أخاك بوجه طليق
“Laa tahqironna minal ma’ruufi syai-an walau an talqo akhoka biwajhin tholiiqin”
‘Janganlah sekali-kali engkau meremehkan perbuatan baik sekecil dan sesepele apapun itu, walaupun (kebaikan yang engkau lakukan) hanya dengan menampilkan wajah berseri-seri (senyum) ketika berjumpa dengan saudaramu’.
Dan di hadits yang lain dari jalur riwayat yang lainnya dengan redaksi berbeda namun intinya sama, yaitu
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ
“Laa tahqironna syai-an minal ma’ruufi wa an tukallima akhoka wa anta munbasithun ilaihi wajhuka, inna dzalika minal mar’rufi”
‘Jangan pernah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Perbuatan tersebut adalah bagian dari kebaikan’
Baca juga Pesan Nyai Farida Salahuddin: Mulai Kebaikan dari Diri Sendiri
Kisah Menarik
Ada sebuah kisah yang apik dan menarik, dari sini kita bisa mengambil pelajaran darinya. Yaitu kisah al-Imam Abu Dawud[1] yang membeli surga dengan satu dirham.
Dikisahkan pada suatu hari al-Imam Abu Dawud Rahimahullah sedang menaiki sebuah perahu bersama beberapa rombongan teman-temannya. Pada satu waktu kala itu, beliau mendengar ada seseorang yang sedang bersin di tepi pantai, seketika orang itu mengucapkan: Alhamdulillah.
Mendengar akan hal itu, al-Imam Abu Dawud memberikan uang satu dirham kepada si pengemudi perahu untuk berhenti terlebih dahulu sebentar dan kemudian al-imam abu Dawud turun dari perahu dan mendatangi orang yang bersin tadi. Lalu kemudian beliau menjawab bersin tersebut dengan berkata: Yarhamukallah.
Kemudian, beliau kembali lagi menaiki perahu.
Melihat kejadian ini, kawan-kawannya yang ada di perahu terheran-heran dan bertanya tentang apa yang telah beliau lakukan. Beliau menjawab: Barangkali orang yang bersin tadi adalah orang yang dikabulkan doanya.
Ketika perjalan sudah menjauh dan para penumpak sudah lelah dan tertidur, mereka mendengar suara yang menyeru: Wahau para penumpang perahu! Sungguh Abu Dawud telah membeli surga dari Allah dengan uang satu dirham.[2]
Referensi
[1] Al-Imam Abu Dawud -Rahimahullah- ini merupakan penyusun kitab sunan Abi Dawud, sebuah kitab yang berisi kumpulan hadis-hadis Nabi alaihis sholatu wassalam.
[2] Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abdil Barr dengan sanad jayyid, sebagaimana dikatakan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bari syarh Shahih Bukhari.