• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Positifitas Toksik: Ketika Hal Baik Menjadi Racun

tebuireng.co by tebuireng.co
2025-01-08
in Galeri, Gaya Hidup
0
Positifitas Toksik Ketika Hal Baik Menjadi Racun. (Ist)

Positifitas Toksik Ketika Hal Baik Menjadi Racun. (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Memandang semua hal dengan positif dan optimis memanglah baik, bahkan kita dianjurkan. Namun, adakalanya hal tersebut menjadi beracun atau toxic jika dilakukan secara berlebihan. Fenomena ini disebut dengan Positifitas Toksik (Toxic Positivity) atau positifitas yang beracun.

Positifitas toksik merupakan kondisi di mana seseorang selalu menuntut dirinya berpikir positif dan mengabaikan bahkan menyangkal emosi negatif yang dirasakan. Padahal layaknya hidup yang tidak selalu berjalan mulus, kita juga dihadapkan dengan berbagai kejadian yang mengakibatkan kita memilik emosi negatif. Jika hal ini terus dilakukan, dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental sendiri maupun orang terdekatnya.

Beberapa tanda seseorang sudah terpapar positifitas toksik adalah ia seringkali menyembunyikan perasaan sebenarnya yang sedang ia rasakan, merasa bersalah ketika merasakan atau mengungkapkan emosi negatif, dan terkesan menghindari masalah daripada menyelesaikannya.

Positivitas toksik tidak hanya dapat dirasakan oleh seseorang itu sendiri, namun juga dapat dirasakan oleh orang terdekatnya. Misalnya ketika memberi semangat kepada orang lain disertai dengan pernyataan yang seolah meremehkan, seperti “Jangan menyerah. Ini masalah kecil, masa begitu saja tidak bisa?”, ia juga seringkali memaksa orang lain untuk menolak emosi negatif dengan membandingkan dengan masalah orang lain, seperti “kamu masih beruntung, masalah kamu tidak seberapa. masih banyak orang yang lebih menderita dari kamu”.

Meski mungkin kalimat positif yang dilontarkan dimaksudkan untuk menguatkan diri sendiri atau bentuk simpati terhadap orang lain, bukan berarti boleh mengabaikan dan menyangkal emosi negatif yang sedang dirasakan.

Dampak dari positivitas toksik yang terus dilakukan dalam jangka panjang adalah dapat menimbulkan masalah kesehatan mental seperti cemas atau sedih berkepanjangan, stres berat, gangguan tidur hingga depresi. Selain itu, dampaknya untuk orang lain adalah adanya perasaan malu dan bersalah karena emosi negatif yang dirasakannya tidak diterima.

Perilaku positivitas toksik tentu dapat dihindari. Beberapa caranya adalah dengan menyadari bahwa tidak apa-apa jika tidak baik-baik saja, realistis dengan hal yang terjadi, dan belajar mengelola emosi tanpa ada penyangkalan.

Penulis: Rindi Andriansah

Editor: Thowiroh

Baca juga: Hustle Culture, Ketika Kerja Keras Jadi Bumerang

Previous Post

Biaya Haji Tahun 2025 Resmi Diturunkan Menjadi Rp 55,4 Juta

Next Post

Keutamaan Bulan Rajab menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Keutamaan Bulan Rajab menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.(Ist)

Keutamaan Bulan Rajab menurut Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Benarkah Biaya Pendidikan Kian Alami Kenaikan?
  • Doa Asyura di Kitab Hasyiyatul Jamal ‘ala Syarhil Manhaj
  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng