• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Pemikiran Amina Wadud dalam Tafsir Al-Quran Bias Gender

tebuireng.co by tebuireng.co
2023-10-01
in Al-Qur'an, Galeri, Tokoh
0
Pemikiran Amina Wadud dalam Tafsir Al-Quran Bias Gender

Pemikiran Amina Wadud dalam Tafsir Al-Quran Bias Gender (Is)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Amina Wadud merupakan sosok pemikir Islam Feminis yang menyuarakan bahwasanya ayat Al-Quran yang berkenaan dengan gender haruslah ditafsir juga dari pihak perempuan agar tidak terjadi penafsiran yang bias patriarki.

Amina Wadud adalah seorang tokoh feminis abad 20-an. Ia merupakan seorang mualaf yang masuk Islam pada tahun 1972 yang ia tandai sebagai Thanksgiving Day, kemudian ia mengubah namanya menjadi Amina Wadud Muhsin pada 1974, sebagai identitas keislamannya.

Menurut Ahmad Baidawi dalam bukunya Tafsīr Feminis; Kajian Perempuan dalam al-Qur’ān Dan Para Mufassir Kontemporer Aminal wadud adalah seorang tokoh feminisme Muslimah kontroversial. Wadud memeluk Islam pada tahun 1972. Wadud janda dengan lima anak, dua anak laki-laki (Muhammad dan Khalilullah) dan Tiga Anak Perempuan (Hasna, Sahar, dan Ala ). Mereka merupakan saudara–saudari seiman menurut Wadud. Ayahnya adalah seorang Menteri Methodist dan ibunya adalah keturunan budak Muslim Arab, beliau keturunan Berber Afrika-Amerika yang berkulit hitam.

Ia dilahirkan di Amerika Serikat pada tahun 1952 dan merupakan guru besar di Universitas Commonwealth Richmond, Virginia. Ia dikenal sebagai pemikir kontemporer yang berusaha merekonstruksi metodologi penafsiran Al-Quran untuk mencapai penafsiran yang sensitif terhadap keadilan gender .

Di dalam situs resmi Women’s Studies in Religion Program, Harvard Divinity School, tercatat 18 artikel ilmiah dan 3 buku (2 diantaranya di buat bersama Sister in Islam) lahir dari kemampuan Amina Wadud.

Charles Kurzman dalam bukunya menjelaskan tentang pembahasan liberal Islam dalam penelitian Wadud yang menjelaskan peran perempuan dalam Al-Quran. Buku tersebut kemudian diterbitkan dengan judul Quran and Woman, muncul dalam suatu konteks historis yang erat kaitanya dengan pengalaman dan pergumulan para perempuan Amerika-Afrika dalam memperjuangkan keadilan gender. Karena selama ini, sistem relasi perempuan dan laki-laki di masyarakat memang sering kali mencerminkan adanya bias-bias patriarki. Sebagai implikasinya perempuan kurang mendapat keadilan secara lebih proporsional.

Terkait dengan masalah ketidakadilan gender yang masih ada dalam relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, Amina Wadud merasa terpanggil untuk mengatasi kegelisahan intelektual ini. Ia menyoroti pengaruh ideologi dan doktrin dalam penafsiran Al-Quran yang memiliki bias gender yang kental.

Dalam upaya mengatasi hal ini, Amina Wadud merombak dan merekonstruksi model penafsiran klasik yang cenderung patriarkal. Dasar pemikirannya adalah pandangan bahwa Al-Quran merupakan sumber nilai tertinggi yang seharusnya mengakui kesetaraan laki-laki dan perempuan secara adil.

Dalam karya-karyanya, Amina Wadud menggunakan berbagai metode penafsiran dan mengaitkannya dengan isu-isu sosial, politik, moral, dan ekonomi, termasuk isu-isu perempuan dalam zaman modern.

Metode hermeneutik Al-Quran yang diajukannya dianggap inovatif, dengan tujuan untuk menggali makna dan ide-ide Al-Quran secara menyeluruh, holistik, dan integratif, yang tidak terbatas pada teks-teks parsial dan formal.

Pendekatannya ini melibatkan pemahaman atas prinsip-prinsip pokok yang tidak berubah dalam Al-Quran, sambil mencerminkan interpretasi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada masa tersebut.

Penulis: Erik Lis Setiawan

Editor: Zainuddin Sugendal

Baca juga: Transgender dalam Konteks Agama Islam

Tags: Amina WadudTafsir Al-Quran Bias Gender
Previous Post

Profil Imam Ibnu ad-Diba’i, Pengarang Kitab Maulid yang Ahli Hadis

Next Post

Aturan Bermaulid Menurut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Aturan Bermaulid Menurut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

Aturan Bermaulid Menurut Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Benarkah Biaya Pendidikan Kian Alami Kenaikan?
  • Doa Asyura di Kitab Hasyiyatul Jamal ‘ala Syarhil Manhaj
  • Mubeng Beteng, Tradisi Masyarakat Yogyakarta Memasuki Bulan Muharam
  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng