Siapa yang tak kenal dengan kitab maulid ad-Diba’i’? Salah satu kitab yang sering dibaca oleh kaum muslimin ketika bulan maulid (Rabi’ul Awwal). Biasanya, acara pembacaan kitab tersebut disebut dengan acara Dibaan. Kitab ini memang sudah sangat populer, apalagi bagi masyarakat Indonesia yang dinilai sangat gemar merayakan maulid, maka kitab Diba’ menjadi salah satu lektur (bacaan) yang “wajib” dibaca saat menyambut kelahiran nabi agung Muhammad SAW.
Sayangnya masih banyak orang yang belum mengetahui sosok luar biasa di balik kitab maulid ad-Diba’i. Kebanyakan hanya terlarut dengan keindahan syi’ir-syi’ir yang terkandung di dalamnya, tanpa mengulik jejak historis dari kitab tersebut secara lebih mendalam. Alhasil pengarang kitab monumental tersebut-pun jarang dikenal oleh awam. Berikut kami ulas dengan singkat profil pengarang kitab ad-Diba’i.
Imam Ibnu Diba’
Kitab Maulid ad-Diba’i diambil dari nama pengarangnya sendiri, yakni Imam Ibnu ad-Diba’i. Sayyid Muhammad ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki al-Hasani dalam komentarnya terhadap kitab Maulid ad-Diba’i menjelaskan biografi pengarang kitab tersebut.
هو وجيه الدين عبد الرحمن بن علي بن محمد الشيباني اليمني الزبيدي الشافعي (المعروف بابن الديبع , والديبع بمعنى الأبيض بلغة السودان هو لقب لجده الأعلى بن يوسف ) ولد فى المحرم سنة 866 ه. و توفي يوم الجمعة ثاني عشر من رجب الفرد سنة 944 ه
“Pengarang kitab Diba’ adalah Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad asy-Syaibani al-Yamani az-Zubaidi asy-Syafi’ie (Dikenal dengan Ibnu ad-Diba’. Kata ad-Diba’ sendiri menurut bahasa Sudan bermakna Putih. Ad-Diba’ ini merupakan Laqab [Julukan] dari kakeknya yang bernama Ibnu Yusuf). Ibnu ad-Diba’ dilahirkan pada bulan Muharram tahun 866 H. Dan wafat pada hari Jum’at tanggal 12 Rajab tahun 944 H (76 Tahun).”
Imam ibnu ad-Diba’i lahir pada hari Kamis tanggal 4 Muharram 866 H/1461 M di kota Zabid. Salah satu kota bagian barat negeri seribu wali, Yaman. Dikatakan ketika akhir tahun Imam imam ad-Diba’i dilahirkan, sang ayah pergi meninggalkan kota Zabid dan tak kunjung kembali. Sehingga Imam ad-Diba’i pun tidak pernah melihat ayahandanya tersebut.
Seorang Ahli Hadis
Imam Ibnu ad-Diba’i terkenal dengan kealimannya dalam Ilmu Hadis. Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki mengatakan,
له انتهت مشيخة الحديث حدث بالبخاري أكثر من مائة مرة. وقرأه مرة في ستة أيام. وكان صدوق اللسان حسن اللهجة حلو الحديث
“Ibnu ad-Diba’ dikenal dengan Masyaikhah al-Hadits. Dia mengajar kitab Shahih al-Bukhari lebih dari 100 kali dan mampu membaca khatam kitab tersebut selama 6 hari saja. Dia merupakan orang yang jujur lisannya, bagus dialeknya, dan indah tutur katanya.”
Imam Ibnu ad-Diba’i juga berhasil mencapai tingkatan Hafidz. Dalam Ilmu Hadis, level ini merupakan tingkatan seseorang yang sudah menghafal lebih dari seratus ribu hadis Nabi SAW. Di antara guru-gurunya adalah al-Imam al-Hafidz as-Sakhawi, al-Imam Ibnu Ziyad, al-Imam Jamaluddin Muhammad bin Ismail, al-Imam al-Hafiz Tahir bin Husain al-Ahdal dan yang lainnya.
Produktif dalam Berkarya
Imam Ibnu ad-Diba’i merupakan seorang yang aktif dalam menghasilkan karya. Banyak sekali kitab karangan beliau dalam beberapa fan ilmu keislaman. Salah satunya adalah kitab Qurratul Uyun, sebuah kitab yang membahas seputar negeri Yaman, kemudian Bughyatul Mustafid, at-Tib min al-Khabis, Misbah al-Misykat, dan tentunya kitab Maulid Diba’ seperti yang dikatakan oleh Sayyid Muhammad Alawi berikut,
له عدة تصانيف رحمه الله تعالى، منها تيسير الوصول إلى جامع الأصول من حديث الرسول (ثلاثة أجزاء) ومنها هذا المولد الذي رصعه بأنواع الدرر ووشحه بالألفاظ الغرر
“Ibnu Diba’ memiliki banyak karangan. Salah satunya adalah Taisir al-Wushul ila Jami’ al-Ushul min Hadits ar-Rasul (3 Jilid), dan tentunya kitab Maulid ini (Maulid Diba’) yang disusun dengan variasi yang indah serta dirangkai dengan kata-kata yang menawan.”
Penulis: Syifa’ Q.
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Kitab Maulid Nabi Terpopuler di Indonesia