tebuireng.co – Pahlawan digital perspektif Al-Qur’an di era new normal akan lebih fokus ke generasi muda. Pandemi membuat loncatan di dunia digital Indonesia. Masyarakat lebih akrab dengan aplikasi online karena ada keterbatasan ketemu secara langsung.
Tak terasa, sebentar lagi, Indonesia akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaannya yang ke-77. Bahkan, di berbagai daerah kini sudah terasa semaraknya untuk menyambut datangnya 17 Agustus nanti. Lantas, bagaimana peran generasi muda di era new normal untuk Indonesia mendatang?
Sudahkah genarasi muda memikirkan kontribusinya untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan kemerdekaan? Sebab, saat ini situasi negara, bahkan dunia, telah banyak berubah, terutama di bidang kecanggihan teknologi informasi.
Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19, tak dapat dimungkiri, telah menjadi satu fase yang mengantarkan manusia di seluruh dunia untuk beralih pada reformasi digital. Seseorang yang sebelumnya acuh terhadap perkembangan teknologi tersebut, kini mulai ‘melek teknologi’.
Bagaimana tidak, tsunami Corona Virus Disease beberapa tahun terakhir ini membuat seluruh aktivitas masyarakat harus ditransformasikan ke dalam jaringan.
Peristiwa tersebut, sungguh tak pernah terbayangkan sebelumnya, akan mempengaruhi, bahkan perlahan, mengubah segala aspek kehidupan manusia.
Meski begitu, potret Indonesia sebagai negara yang bermoral, berbudaya, dan kaya akan nilai kesantunan tak boleh terkikis. Hal ini menjadi salah satu wujud tantangan bagi generasi muda, atau yang biasa disebut sebagai generasi milenial, untuk senantiasa mempertahankannya.
Oleh karena itu, pada peringatan kemerdekaan Indonesia kali ini, kaum muda tak semestinya jengah terhadap segala kenikamatan dari kecanggihan teknologi tersebut.
Justru sebaliknya, generasi muda yang menguasai teknologi tersebut sudah seharusnya maju sebagai pahlawan yang mempertahankan tanah airnya.
Maka, rasa nasionalisme dan sikap patriotisme yang diwariskan para pendahulu bangsa penting untuk selalu kita jaga. Dalam suatu kesempatan dakwahnya, M Quraish Shihab mengatakan bahwa patriotisme itu merupakan fitrah bagi manusia. Mengapa demikian?
Pasalnya, manusia merupakan makhluk yang diciptakan Allah dari tanah. Maka, tidak heran apablia nasionalisme, patriotisme, dan cinta tanah air menjadi naluri manusia. Dalam sebuah perumpamaan, KH Hasyim Asyari menyemarakkan ‘Hubbul Wathoni Minal Iman’, yakni cinta tanah air adalah bagian dari iman.
Pepatah tersebut dipopulerkan oleh pendiri Nahdlatul Ulama itu pada tanggal 22 Oktober 1945, tepat ketika menyerukan Resolusi Jihad. Peristiwa tersebut kemudian diresmikan Presiden Jokowi sebagai Hari Santri Nasional.
Hal tersebut mencerminkan kecintaan para pendahulu terhadap Tanah Airnya. Maka sudah semestinya generasi muda mewarisi sikap tersebut untuk mempertahankan eksistensi bangsa Indonesia. Seperti yang digambarkan oleh Al-Qur’an bahwa cinta tanah air merupakan suatu hal yang sangat berharga.
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْۤا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَا رِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْ ۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَـكَا نَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَ شَدَّ تَثْبِيْتًا
“Dan sekalipun telah kami perintahkan kepada mereka, “bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu” ternyata mereka tidak akan melakukannya, kecuali sebagian kecil dari mereka.” (QS. Annisa: 66)
Terkait hal tersebut, Imam Fakhruddin ar-Razi menungkapkan bahwa Allah menjadikan perpisahan dengan tanah air sebanding dengan dibunuhnya nyawa suatu kaum.
Dengan demikian, berbicara mengenai generasi muda penerus bangsa, maka tak terlepas dari problematika teknologi, yang membawa dampak positif dan negatif.
Keberadaan gadget dengan segala kecanggihannya tak seharusnya membuat kaum muda serta merta terlena, hingga melalaikan tanggung jawabnya.
Generasi muda semestinya selalu ingat bahwa dirinya merupakan satu-satunya pewaris bangsa. Oleh karena itu, sikap patriotisme dan cinta tanah air harus senantiasa dijaga, bahkan diwujudkan dengan beragam karyanya yang memanfaatkan teknologi digital tersebut.
Apalah kamu pahlawan digital perspektif Al-Qur’an itu?
Oleh: Dinna