tebuireng.co – Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan Nasional, museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari (MINHA) resmi dibuka bagi khalayak umum, Rabu (10/11/2021).
Pada kesempatan tersebut, turut hadir pengasuh Pesantren Tebuireng KH. Abdul Hakim Mahfudz, kepala MINHA KH. Abdul Halim Mahfudz, direktur Perlindungan Kebudayaan Irini Dewi Wanti, wakil ketua MPR-RI Lestari Moerdijat dan sejumlah pejabat serta tokoh lainnya.
Launching Operasional MINHA ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan Hari Santri Nasional (HSN) dan 76 Tahun Resolusi Jihad yang dimulai sejak tanggal 22 Oktober 2021 oleh Pesantren Tebuireng.
Gagasan awal terkait pembangunan MINHA berasal dari almarhum KH. Shalahuddin Wahid selagi menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng. Gus Sholah sapaan akrabnya, pada saat itu mengusulkan untuk membangun museum tersebut di awal bulan Maret 2010 kepada mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang pada saat tersebut masih menjabat sebagai Presiden RI.
MINHA mulai dibangun sejak tahun 2014 dan selesai pada tahun 2017. Kemudian museum ini diresmikan oleh presiden Joko Widodo pada tanggal 18 Desember 2018 dengan tanda tangan prasasti yang dilakukan presiden sebagai simbol peresmian dimaksud.
Museum ini dibangun dengan sistem kolaborasi dari berbagai pihak. Di antaranya adalah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (mendikbud), kementerian Riset dan Teknologi (menristek), pemerintah daerah dan tentunya juga Pesantren Tebuireng.
Menurut penuturan Gus Sholah yang dilansir dari kompas.com, terkait pengelolaan museum “pengelolaannya akan dibentuk sebuah organisasi yang didalamnya ada unsur-unsur Pesantren Tebuireng, Kementerian Dikbud (Pendidikan dan Kebudayaan), Pemerintah Provinsi Jawa Timur, kemudian Pemerintah Kabupaten Jombang,”.
Dilansir dari tebuireng.online, Gus Sholah berharap dengan adanya museum tersebut masyarakat mendapatkan informasi sesuai fakta sejarah bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan ramah dan penuh kedamaian.
“Sehingga kita perlu mendirikan museum dan memberikan informasi kepada masyarakat. Bagaimana Islam datang ke Nusantara tanpa dukungan militer dan tanpa dukungan politik. Semata-mata berdakwah, berniaga, dan kawin dengan penduduk lokal. Serta menyampaikan Islam dengan cara yang baik dengan menghormati budaya dan berdialog dengan budaya menggunakan dakwah setempat seperti wayang, syair, dan lain-lain,” tutur Gus Sholah saat memberikan sambutan.
Selaras dengan Gus Sholah, sangat penting menurut Jokowi untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai kisah perjuangan para pendahulu yang penuh damai. Di mana, akhir-akhir ini banyak ditemukan gerakan masyarakat yang tidak mengindahkan perdamaian serta cenderung intoleran.
“Termasuk melalui museum yang akan kita resmikan ini, kita sudah diingatkan oleh Gus Sholah bahwa Islam masuk ke Nusantara dengan proses yang sangat damai,” katanya.
Tidak jauh berbeda pula apa yang disampaikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui siaran persnya. Menuruutnya, Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari dibangun sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait sejarah perjuangan, pemikiran dan karya para tokoh Islam Indonesia dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Oleh: A. Fikri, Jurnalis Tebuireng.co