tebuireng.co – Kisah kambing keramat milik Kiai Idris Kamali ini bersumber dari Dr KH A Musta’in Syafi’ie, seorang mufassir, pengajar di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Madrasatul Qur’an Tebuireng.
Kisah nyata orang salih yang memberkahi sekaligus mengkualati sering kita dengar. Salah satunya, KH Idris Kamali, menantu Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Ketika itu, Kiai Idris punya kambing banyak sekali, diumbar dan mencari makan seketemunya, termasuk di pasar dan di rumah penduduk.
Malahan, kambing itu mengerti jadwal kedatangan kereta api pagi hari yang datang dari arah Jombang menuju Pare dan berhenti di Stasiun Cukir, dekat pasar. Cukir adalah desa dan Tebuireng dusunnya. Begitu kereta api berhenti, domba-domba itu langsung menaiki gerbong layaknya penumpang biasa.
Kondektur sudah mengerti dan diam saja. Sampai di stasiun Pare, domba-domba itu turun dan mencari makan sedapat-dapatnya. Sore hari, mereka sudah ngumpul kembali di stasiun dan ikut kereta balik ke Cukir.
Ada seorang ibu selalu menyediakan makanan apa saja untuk kambing-kambing Kiai Idris. Pengakuannya, al-hamdu lillah, hidup berkejembaran dan ada saja rezeki dari Tuhan yang tak disangka-sangka dan itu sering terjadi.
Pernah ada seorang petani menuntut ganti rugi kepada Kiai Idris, karena tanaman kacangnya habis dimakan kambing-kambing Kiai Idris. Dikalkulasi semua dan oleh Kiai Idris dibayar lunas. Batin petani, sangat untung, di samping kacang terjual cash, masih banyak tanaman yang tersisa sisa di sawah dan bisa dipanen nanti.
Benar, musim panen tiba dan petani itu memanen. Subhanallah, kosong, tidak ada biji kacangnya sama sekali.
Dalam kisah lain, ada seorang tukang sate mengambil satu ekor kambing Kiai Idris yang masih muda. Tentu tidak ketahuan, karena banyak dan liar. Itungannya, bakal dapat uang banyak karena daging kambing muda, gemuk, dan sehat. Pembeli datang dan dilayani. Subhanallah, daging itu tidak bisa matang walau lama dibakar. Kemudian tukang sate tersebut sowan dan minta maaf.
Nabi Khidir dan Kiai Idris Kamali memiliki kesamaan dalam segi memberkahi sekaligus mengkualati. Khidir diyakini sebagai orang super salih yang sangat memberi berkah, sehingga setiap orang ingin memberi, ingin dekat dengannya, rela menyerahkan apa yang dia minta.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 71-73 dijelaskan bahwa Musa heran terhadap tukang perahu komersial yang sudi menyeberangkan Khidir dan rombongan secara cuma-cuma, hal itu karena sesungguhnya Musa benar-benar tidak mengerti bagaimana keyakinan masyarakat sekitar terhadap sosok seorang Khidir.
Mereka yakin dengan berderma kepada Khidir pasti akan mendapat imbalan berlimpah dan langsung terbukti, bertambah rezeki, bertambah berkah. Bahkan, rumput kering seketika berubah menjadi hijau bila terinjak kaki Nabi Khidir. Luar biasa.