tebuireng.co – Cara Kiai Idris Kamali mendidik muridnya ini diceritakan oleh KH Mutoharun Afif, seorang santri yang belajar langsung ke Kiai Idris Kamali, Kamis (30/6/2022).
KH Mutoharun Afif nyantri di Pesantren Tebuireng pada zaman pengasuhnya KH Kholiq Hasyim sekitar tahun 1962.
Di zaman itu santri Pesantren Tebuireng tidak seperti sekarang, yang masuk pesantren sudah tertata gurunya, sudah nyaman kamarnya dan disediakan makanannya. Kiai Idris Kamali termasuk santri senior yang mengajar.
Tahun 1962, santri Tebuireng hidup dengan kemandirian, santri mencari guru masing-masing, antara lain ada yang berguru di KH Sobari, ada yang berguru ke KH Syansuri Badawi dan juga ada di KH Idris Kamali.
KH Mutoharun Afif kurang lebih belajar 6 tahun di Tebuireng, sekitar tahun 1968 sudah lulus Aliyah dan langsung ikut ngaji KH Idris Kamali.
Sebelum ke Kiai Idris Kamali, Kiai Mutoharun Afif kurang rajin mengaji dan malah nonton bioskop. Sehingga dimarahi oleh kakaknya dan bertemulah dengan KH Abdur Rozaq yang asalnya dari Madura dan di ambil menantu kiai Kediri.
Kiai Mutoharun mengaji ke Kiai Idris Kamali mulai dari pagi hingga sore bersama KH Abdur Rozaq.
Cara Kiai Idris Kamali mendidik santrinya dengan ketat. Terutama terkait bab hafalan. Sampai satu ketika, pada waktu liburan Ramadan, Kiai Mutoharun izin pulang ke Kiai Idris Kamali, lalu beliau menanyakan satu hal ke Kiai Mutoharu
“Sudah hafal kitabnya?” Dijawab dengan jujur ” belum yai”
Kiai Idris Kamali langsung mengatakan dengan tegas “kalau belum hafal jangan pulang, kalau maksa pulang besok jangan ngaji di saya lagi.”
Kiai Mutoharun menjawab ” njeh yai” sambil menundukan pandangan, selepas itu balik di kamar dan nangis di pojokan. Itulah ketatnya ngaji di Pesantren Tebuireng waktu dulu.
Oleh karenanya, santri harus manfaatkan hari-harinya di pondok ngaji sama kiai dan ustaz. Jangan sampai ada hari yang hilang tanpa belajar atau ngaji
Setelah belajar ke Kiai Idris Kamali, Kiai Mutoharun memberikan cara belajar yang benar selama di pesantren, setidaknya ada empat hal.
Pertama, belajar (ta’alum), belajar dengan guru-guru sehingga mendapatkan ilmu dari mereka dan didengarkan, setelah itu dituliskan
Kedua, dihafal (hifdzi). Ketika ilmu sudah disampaikan oleh guru, baru dihafalkan. Belajar dengan Kiai Idris Kamali juga menekankan pada hafalan materi.
Ketiga, dipahami. setelah dihapalkan kemudian dipahami maksud dari guru yang didengar, kalau tidak faham tanyalah kembali kepada guru.
Keempat, meyakini. Arti dari meyakini sudah yakin sampai melekat di hati, tumancep neng ati.
Belajar apapun jika menggunakan empat langkah ini. Insya Allah bisa berhasil.
Terkahir ada maqolah begini,sebagai pegangan :
“Barang siapa yang di pondok selama 3 tahun, insya Allah ilmunya bermanfaat.”
Demikian cara mendidik dari Kiai Idris Kamali menurut Kiai Mutoharun.
Oleh: Iqbal (Maha santri Mahad Aly Hasyim Asy’ari).