ADVERTISEMENT
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
Home Kebangsaan

KH. Wahid Hasyim dalam Perjalanan Panjang Kemerdekaan

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2021-08-20
in Kebangsaan, Pancasila
0 0
0
KH. Wahid Hasyim dalam Perjalanan Panjang Kemerdekaan
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Di masa pemerintahan Jepang pasca penangkapan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari tahun 1942, KH. Wahid Hasyim menjabat ketua penasihat shumubu, menggantikan ayahnya. Penyerahan tanggung jawab dari ayah ke anak itu dilakukan atas dasar saat itu KH. Hasyim Asy’ari sudah usia lanjut dan tidak ingin meninggalkan Tebuireng, maka tugasnya dilimpahkan kepada Kiai Wahid Hasyim.

Bersama para pemimpin nasional (seperti Soekarno dan Hatta), KH. Wahid Hasyim memanfaatkan jabatannya untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Ia membentuk kementerian agama, lalu membujuk Jepang untuk memberikan latihan militer khusus kepada para santri serta mendirikan barisan pertahanan rakyat secara mandiri. Inilah cikal bakal terbentuknya Hizbullah dan Sabilillah, bersama PETA yang kelak menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Baca juga: Saat Jepang Sadar Pengaruh Kuat KH. Hasyim Asy’ari

Pada tahun 1945 adalah awal dari proses kemerdekaan Negara Indonesia, dimulai saat para tokoh pejuang kemerdekaan melakukan diplomasi dengan pihak Jepang. Hasilnya, pada bulan Maret 1945 Jepang bersedia membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Dengan penuh semangat dan tekad yang kuat, KH. Wahid Hasyim dan para tokoh kemerdekaan Indonesia menyiapkan segala hal-hal mengenai pemindahan kekuasaan. Pemerintah Jepang yang saat itu terdesak karena kegagalannya dalam perang Asia Timur Raya hampir tidak punya pilihan lain kecuali menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.

Pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 persidangan BPUPKI yang pertama dibuka dengan bahasan pokok mengenai Dasar Negara. Dalam persidangan ini banyak sekali anggota-anggota BPUPKI mengeluarkan usulan dan pendapatnya, bahkan sampai terjadi perdebatan yang cukup panjang.

Sehingga ketua persidangan, Radjiman Wedyodiningrat mengusulkan agar sidang ditunda sementara waktu sekaligus mengusulkan agar dibentuknya panitia kecil berjumlah sembilan orang. KH. Wahid Hasyim termasuk dalam Panitia Sembilan ini selain Soekarno, Hatta, Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, AA. Maramis A. Kahar Mudzakir, Ahmad Soebardjo, dan M. Yamin.

Menurut Ahmad Asroni dalam Revitalisasi Humanisme Religius dan Kebangsaan KH. A. Wahid Hasyim (2011, hlm. 116) Setelah mengalami silang pendapat yang cukup keras selama kurang lebih 21 hari, akhirnya pada 22 Juni 1945 para anggota Panitia Sembilan menghasilkan sebuah kompromi. Kompromi inilah yang kemudian hari dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).

Dalam Piagam Jakarta ini, Pancasila diterima sebagai dasar negara. Sila Ketuhanan ditempatkan sebagai sila pertama dan diberi tujuh kata pengiring, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”

Menteri Agama R.I.S KH. A Wahid Hasyim dalam salah satu perayaan Islam di Istana Negara Jakarta

Kemudian pada tanggal 10-16 Juli 1945, BPUPKI melanjutkan persidangan kedua. Rapat ini membahas tentang pelaporan hasil kerja dari Panitia Sembilan yang sebelumnya dibentuk. Selain itu, persidangan BPUPKI yang dilaksanakan pada 13 Juli 1945 juga membahas tentang hal-hal pokok mengenai rancangan Undang-Undang Dasar.

Rizal Mumazziq dalam makalahnya, Mendialogkan Agama dan Negara dalam Pandangan KH. A. Wahid Hasyim (2011, hlm. 38) menuliskan bahwa pada persidangan BPUPKI tanggal 13 Juli 1945 tersebut, KH. Wahid Hasyim mengusulkan dua poin penting. Pertama, agar pasal 4 ayat 2 rancangan UUD ditetapkan bahwa Presiden harus orang Indonesia asli dan beragama Islam. Ia menilai  jika dua syarat ini terpenuhi, maka perintah-perintah presiden akan mempunyai pengaruh yang besar.

Kedua, pasal 29 tentang agama yang berbunyi “agama negara adalah agama Islam, dengan menjamin kemerdekaan orang-orang beragama lain untuk beribadat menurut keyakinannya masing-masing”. Menurut KH. Wahid Hasyim, bunyi pasal ini akan memberikan dampak kejiwaan yang besar bagi umat Islam untuk berjuang membela tegaknya negara, karena menurut ajaran agama, nyawa hanya boleh diserahkan buat ideologi agama.

Dengan adanya usulan-usulan yang dikemukakan Kiai Wahid Hasyim tersebut menjadikan rapat BPUPKI semakin memanas dan membuat perdebatan yang cukup panjang. Namun keputusan sidang BPUPKI saat itu tetap menerima dua buah usul Kiai Wahid Hasyim tersebut. Dari sini, jelas tergambar bagaimana peran KH. Wahid Hasyim dalam mencetuskan rumusan-rumusan penting bagi kemerdekaan Indonesia. Menurut KH. Wahid Hasyim pada saat itu usulan-usulan tersebut ialah bentuk kompromi minimal yang bisa diterima oleh kelompok Islam serta pandangan KH. Wahid Hasyim atas usulannya ialah bentuk dari perhatian kelompok Islam terhadap kelangsungan Negara Indonesia.

BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945, menurut Agung Syahriman dalam Peranan KH. Abdul Wahid Hasyim dalam pemerintahan Indonesia Tahun (1945-1953) (FACTUM, 2019, hlm. 26) pembubaran BPUPKI tersebut karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya. Sebagai penggantinya segeralah diperoleh izin dari pemerintah Jepang untuk membentuk suatu kepanitian yang langsung ditangani oleh orang-orang Indonesia sendiri, kepanitian tersebut diberi nama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Dalam PPKI terhimpun 21 orang yang diantaranya Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Soepomo, Dr. Radjiman, K. H. P. Poerbojo, R. P. Soeroso, M. Soetarjo, Soermiharjo, I Goesti Ketoet Poedja, Abdul Kadir, KH. Wahid Hasyim, Ki Bagoes Hadikusumo, dr. Mohammad Amir, Mr. Abdoel Abbas, Mr. Teuku Mohammad Hasan, A. A. Hamidah, dr. Sam Ratoelangi, Andi Pangeran, Oto Iskandardinata, Mr. Latoehahary, Yap Tjwan Bing.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta membacakan Proklamasi yang menandai akhir dari segala bentuk penjajahan di Indonesia. Pada 17 Agustus 1945 ialah waktu yang sangat tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, karena pada saat itu Indonesia dalam momentum sedang tidak dikuasai oleh penjajah.

Proklamasi kemerdakan juga sebagai bentuk pernyataan kepada dunia bahwa Indonesia telah Merdeka. Seperti yang ditulis M. Yamin dalam bukunya Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia (1954, hlm. 16): “Proklamasi kemerdekaan yang diucapkan dimuka umum tanggal 17 Agustus 1945 itu adalah tingkatan penutup bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia dan adalah permulaan zaman pembelaan Negara Merdeka Republik Indonesia. Serta pernyataan Kemerdekaan Indonesia yang diucapkan di kota Jakarta ialah murni suara rakyat Indonesia kepada dunia bahwa bangsa Indonesia telah cakap dan mampu mengurusi rumah tangganya sendiri. Keterangan kemerdekaan itu mulai ada bahwa revolusi Indonesia sudah bermula. Revolusi ini memusnahkan dan meruntuhkan keadaan yang lama untuk pembentukan negara dan masyarakat baru.”

Tags: 17 Agustus 1945IndonesiaKemerdekaanKH. Wahid Hasyim
Previous Post

Hoaks, Kabar Hj Sinta Nuriyah Wafat

Next Post

Taliban, Amerika dan Peran Indonesia

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid saat konfrensi pers pertama sejak Kabul direbut Taliban, Selasa (17/8

Taliban, Amerika dan Peran Indonesia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Palsu di Kitab Durratun Nasihin, Adakah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Arrazy Hasyim, Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah Asal Tanah Minang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KH Abdullah Kafabihi dan Kisah Romatis Muktamar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketua Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta, KH Rakhmad Zailani Kiki, mengatakan, puasa sunah Syawal dan puasa qadha Ramadan tidak bisa digabung pelaksanaannya.

Ia beralasan, kedua puasa tersebut memiliki hukum yang berbeda. Puasa qadha Ramadan hukumnya wajib, sedangkan puasa Syawal hukumnya sunah. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa yang lebih utama dilaksanakan adalah mengqadha puasa Ramadan.

“Bagi seseorang Muslim atau Muslimah yang memiliki utang puasa Ramadan, dianjurkan untuk mengqadha segera utang puasanya. Setelah utang puasa Ramadannya terbayar, dia boleh melanjutkannya dengan puasa sunah Syawal,” katanya (12/5/2022)

Apabila waktu untuk puasa Syawal sudah habis karena digunakan untuk mengqadha puasa Ramadhan, orang tersebut dapat mengqadha puasa Syawal pada bulan Dzulqaidah.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #puasa #syawal
  • "Tabayun itu menjadi penting untuk menghindarkan orang lain mengadu domba kita satu sama lain,"dawuh dari Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #nahdatululama #dawuh #mutiarahikmah
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya RKH Fakhrillah Aschal bin Abdullah Schal (Pengasuh PP Syaichona Cholil Bangkalan & Rais PCNU Bangkalan).

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #nahdlatululama #nahdliyin
  • Motivator dari Pesantren Lirboyo Ning Sheila Hasina Zamzami mengatakan penghafal Al-Qur’an harus menjaga adabnya. Nasihat Ning Sheila untuk penghafal Al-Qur’an ini disampaikannya saat kunjungan di Yayasan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Mathla’ul Huda cabang Tarbiyatussibyan, Jumat (25/3/2022).

“Santri penghafal Al-Qur’an harus bisa menjaga adab dan istikamah,” jelasnya.

Menurutnya, santri yang sedang fokus Al-Qur’an harus bisa mengatur dan membagi waktu dalam bidang ini. Sehingga dibutuhkan daya juang yang kuat dan pantang menyerah dalam menghafal.

“Santri harus sering sering muroja’ah 2-3 juz tiap hari. Harus punya target dalam murojaah dan jangan meninggalkan salat malam,” imbuh Ning Sheila.

Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #santri #quotesulama #santrilirboyo #lirboyo #ningsheila #penghafalquran #pecintaquran #alquran
  • "Dosa-dosamu boleh jadi sebesar kapal, tapi jangan lupa bahwa rahmat Allah lebih besar daripada lautan," dawuh dari Gus Miftah.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #quotesulama #kiai #dawuh #dawuhkyai #mutiarahikmah #gusmiftah
  • Pesantren Tebuireng berduka, cucu Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang bernama Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat.

Kabar duka ini disampaikan secara terbuka oleh keponakannya Gus Ipang Wahid bin KH Salahuddin Wahid.

“Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid binti KH A Wahid Hasyim wafat pada hari Senin, 9 Mei 2022 pukul 16:28 WIB di RSCM Jakarta,” katanya seperti rilis yang diterima tebuireng.co, Senin (9/5/2022).

Di usia senjanya, Hj. Lily Wahid jadi rujukan keluarga besar KH Wahid Hasyim karena dituakan. Terutama setelah KH Abdurrahman Wahid dan KH Salahuddin Wahid wafat.

Tonton video lengkapnya di YouTube Channel Tebuireng Initiatives.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantrentebuireng #santri #gusdur #gussholah #ipangwahid
  • Foto pemakaman Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid di Makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng. 

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • Foto suasana makam Keluarga dan Masyayikh Tebuireng sebelum pemakaman jenazah Nyai Hj. Lily Chodijah Wahid.

Berdasarkan informasi dari Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, perkiraan jenazah tiba pukul 13.30 - 15.00 WIB.

Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.

#tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #pesantrentebuireng #santri #gusdur #makamgusdur #ramadhan
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Nyai Hj. Lily Wahid (Cucu Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist