• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Keutamaan dari Nama-Nama Allah

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-01-29
in Akidah, Galeri, Keislaman, Pendidikan, Pengajian, Tasawuf
0
Keutamaan dari Nama-Nama Allah

Keutamaan dari Nama-Nama Allah (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Alkisah, ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam diperintahkan Allah membuat perahu, setiap orang menyangka beliau tidak waras. Tapi akhirnya, ketika azab itu tiba, setiap orang yang tidak mengikuti beliau mati ditenggelamkan dalam banjir bandang yang dahsyat. Dan akhirnya yang selamat hanyalah beliau dan semua yang naik di perahunya.

Dikatakan dalam suatu riwayat, semua pengikut Nabi Nuh ‘alaihissalam yang di perahu meninggal tanpa keturunan, dan hanya Nabi Nuh ‘alaihissalam dan anak-anaknya yang keturunannya berlanjut sampai saat ini. Karena itulah Nabi Nuh ‘alaihissalam juga dijuluki sebagai Abul Basyar ats-Tsani (bapak manusia yang ke-dua).

Diceritakan, ketika banjir bandang dan hujan yang turun sebagai azab itu terjadi, perahu Nabi Nuh ‘alaihissalam terus meninggi sampai hampir menyentuh langit karena sangat tinggi dan besarnya banjir yang terjadi. Saat itu, air yang dingin menjadi semakin panas. Dan dikatakan air tersebut mulai menghancurkan perahu dan hampir menenggelamkannya.

Namun, Allah mengajarkan salah satu nama di antara nama-nama-Nya kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam. Beliau kemudian berdoa dengan nama tersebut. Hingga akhirnya, berkat doa ini, kapal tersebut beserta segala isinya selamat.

Nama tersebut adalah nama Allah, “Ahya Syarahaya”, yang berarti “Ya Hayyu Ya Qayyum” (Wahay Dzat Yang Maha Hidup, Wahai Dzat Yang Maha Berdiri), sebagaimana disebutkan dalam kitab Taurat

Baca juga: Merahasiakan Pengalaman Ilahiyah

Dan tidak hanya itu, Allah juga mengajarkan nama ini kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pada saat beliau dilempar ke dalam kobaran api. Dengan berkah nama tersebut, api itu menjadi dingin dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pun selamat.

Dan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam juga mengajarkan nama tersebut kepada istrinya, Sayyidah Hajar. Yang nama ini dibaca ketika Sayyidah Hajar dan putranya kehausan serta kepayahan. Maka Allah memancarkan mata air Zam-Zam kepada mereka, berkah nama tersebut. Lalu, nama ini tetap berada di mulut anak Nabi Ismail ‘alaihissalam hingga hari Kiamat.

Walhasil, sungguh banyak dari ulama kita yang diberikan kalimat dzikir atau doa yang bukan berasal dari bahasa Arab, ada yang diilhamkan kepada mereka dari Allah, ada juga yang diajarkan kepada mereka melalui perantara Nabi Khidir ‘alaihissalam. Akan tetapi, sebaiknya tidak mengamalkannya, kecuali kita memiliki sanad dan ijazahnya secara langsung.

Dan yang terpenting dari semua itu bukanlah lafadz dzikir atau doanya, iya itu adalah salah satu faktor yang menentukan, tetapi yang paling penting adalah keyakinan dan ketersambungan hati kita terhadap Allah.

Perlu menjadi catatan, salah satu redaksi doa pernah diajarkan oleh KH. Dalhar bin Abdurrahman (Watucongol). Sebuah doa agar yang membacanya diberikan kemudahan dalam pekerjaan serta diberi kelapangan rizki. Berikut doanya:

“Allahumma ubat-ubet, biso nyandang biso ngliwet. Allahumma ubat-ubet, mugo-mugo pinaringan slamet. Allahumma kitra-kitri, sugih bebek sugih meri. Allahumma kitra-kitri, sugih sapi sugih pari.”

Tentang redaksi doa-doa semacam itu, al-maghfurlah KH. Idris Marzuki (Lirboyo) berkata:

“Koe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep. Kae kiai-kiai ora ngarang dewe. Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen. Wali ora ngarang dewe kok. Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidlir. Nabi Khidlir yen ketemu wali Jowo ngijazaji dungo nganggo boso Jowo. Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro.”

(Kamu jika mendapat doa-doa Jawa dari kiai yang mantap, jangan ragu. Kiai-kiai itu tidak mengarang sendiri. Mereka mendapat doa Jawa dari wali-wali jaman dahulu. Wali itu mendapat ijazah doa dari Nabi Khidlir. Nabi Khidlir jika bertemu wali Jawa memberi ijazah doa memakai bahasa Jawa. Jika bertemu wali Madura menggunakan bahasa Madura).

Wallahu a’lam, semoga barokah dan manfaat bagi kita semua, aamiin.

Oleh: Ustadz Khoirul Anam

Baca juga: Kemuliaan Seorang Penggembala Kambing

Tags: Asmaul HusnaNabi NuhNama-nama Allah
Previous Post

Pemindahan Ibu Kota dalam Islam

Next Post

Promosikan Produk UMKM Di tebuireng.co, Gratis!

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Promosikan Produk UMKM Gratis

Promosikan Produk UMKM Di tebuireng.co, Gratis!

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng