• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Islam dan Negara dalam Pandangan Gus Dur

Ikhsan Nur Ramadhan by Ikhsan Nur Ramadhan
2023-08-07
in Kebangsaan, Keislaman, Pancasila
0
Islam dan Negara dalam Pandangan Gus Dur

Ilustrasi bendera Indonesia yang berkibar (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Islam dan negara dalam pandangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dijelaskan dalam salah satu bukunya yang berjudul Tuhan Tidak Perlu Dibela.

Dalam buku Tuhan Tidak Perlu Dibela karya KH Abdurrahman Wahid dijelaskan, bahwa kepentingan nasional memiliki hukum-hukumnya sendiri yang dalam banyak hal ‘dimanfaatkan’ untuk kepentingan agama.

Hal ini dapat menciptakan ikatan kebangsaan untuk mengkonkretkan hidup beragama. Kedua hal inilah yang harus saling berkaitan apabila menginginkan penuhnya arti kehidupan.

Bagaimana dengan negara Islam?

Gus Dur menjelaskan dalam buku Al-Islam wa Qawa’id as-Sulthan karya Ali Abdul Raziq, bahwa Abdel Raziq menyangkal tentang adanya kerangka kenegaraan dalam Islam.

Di sana dijelaskan juga bahwa Al-Qur’an tidak menyebutkan mengenai daulah Islamiyah atau konsep negara Islam. Namun, hanya menyebut tentang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negara ‘yang baik, penuh pengampunan Tuhan’).

Abdul Raziq dalam buku ini menerima pendapat sekulerisasi, bahwa agama tidak memiliki sangkut-paut dengan masalah kenegaraan.

Dijelaskan juga, Abdul Raziq berargumen, bahwa Al-Qur’an tidak pernah ada doktrin, perilaku Nabi Muhammad Saw tidak memperlihatkan watak yang politis, dan Nabi Muhammad Saw tidak pernah membuat rumusan secara definitif mengenai mekanisme penggantian jabatannya.

Gus Dur berpendapat, bahwa mustahil masalah kepemimpinan dan penggantian kekuasaan tidak dirumuskan secara formal apabila Nabi Muhammad Saw memang menghendaki berdirinya sebuah ‘negara Islam’.

Nabi Muhammad Saw hanya memerintahkan untuk ‘bermusyawarahlah kalian dengan persoalan’. Sedangkan, persoalan seperti ini seharusnya dicukupkan dengan ‘masalah mereka (haruslah) dimusyawarahkan antara mereka’ saja.

Islam dan Negara

Dalam pandangan Gus Dur, Islam dan negara hingga saat ini belum mencapai kata akhir. Sedangkan, di Indonesia menggunakan asas tunggal politik dalam bentuk Pancasila.

Beberapa ada yang menganggap bahwa sebuah negara telah memiliki ‘watak Islam’ apabila inti ajaran Islam seperti Keesaan Tuhan telah diakui.

Islam yang berfungsi inspirasional, yakni menjadi sumber pendorong munculnya legislasi dan pengaturan negara yang manusiawi namun tidak menentang ajaran Islam.

Dalam prolog pada buku Islamku, Islam Anda, Islam Kita yang ditulis oleh M Syafi’i Anwar, Gus Dur menolak formalisasi, ideologisasi, dan syariatisasi yang mendorongnya untuk tidak menyetujui gagasan tentang ‘negara Islam’.

Sikap penolakannya ini didasari dengan pandangan bahwa Islam sebagai syariat (jalan hidup) tidak memiliki sebuah konsep yang jelas mengenai negara.

Baca Juga: Gus Sholah, Keindonesiaan dan Keislaman

Tags: Gus Dur
Previous Post

Teman yang Suka Hutang? Atasi dengan Ini!

Next Post

DPN Jatim Imbau Jasa Konstruksi Pakai Tukang Bersertifikasi

Ikhsan Nur Ramadhan

Ikhsan Nur Ramadhan

Koordinator Media Sosial Tebuireng Initiatives. Sedang menggeluti bidang desain grafis, kadang juga menulis.

Next Post
DPN Jatim Himbau Jasa Konstruksi dengan Tukang Bersertifikasi

DPN Jatim Imbau Jasa Konstruksi Pakai Tukang Bersertifikasi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng