• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Imam Abdullah bin al-Mubarok Berhaji Tanpa Pergi ke Tanah Suci

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-07-16
in Galeri, Keislaman, Kitab Kuning, Pengajian, Tasawuf
0
Imam Abdullah bin al-Mubarok Berhaji Tanpa Pergi Ke Tanah Suci

Imam Abdullah bin al-Mubarok Berhaji Tanpa Pergi Ke Tanah Suci (Ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co– Imam Abdullah bin al-Mubarok ini sangat ingin melaksanakan ibadah haji, akan tetapi beliau belum mampu mengumpulkan bekal untuk itu. Banyak yang ingin menghajikan beliau, akan tetapi selalu beliau tolak dengan halus, dan beliau arahkan untuk orang lain.

Salah seorang muridnya kemudian bertanya, “Wahai Imam, kenapa kau tolak semua tawaran orang yang mau membantumu untuk berangkat haji?”

“Aku takut, karena aku teringat sabda Rasulullah Saw, yang mana beliau mengabarkan bahwa siapa yang melaksanakan ibadah haji dengan harta haram, maka dikatakan untuk orang tersebut : ‘Laa labbaik, wa laa sa‘daik‘. Maka dari itu aku akan berusaha mengumpulkan biaya haji sendiri.”

Akhirnya setelah sekian lama, Imam Ibnul Mubarok berhasil mengumpulkan bekal untuk melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi, perjalanan haji Imam Abdullah bin al-Mubarok ke Tanah Suci terhenti kala ia sampai di kota Kuffah. Di sana beliau melihat seorang perempuan sedang mencabuti bulu itik dan Imam Ibnul Mubarok seperti tahu, itik itu adalah bangkai.

“Ini bangkai atau hasil sembelihan yang halal?” tanya beliau memastikan.

“Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku.”

Ulama yang zuhud ini heran, di negeri Kufah bangkai ternyata menjadi santapan keluarga. Ia pun mengingatkan perempuan tersebut bahwa tindakannya adalah haram, tapi si perempuan menjawab dengan pengusiran.

 Imam Ibnul Mubarok pun terus menasihati berkali-kali. Hingga akhirnya perempuan itu menjelaskan perihal keadaannya.

“Aku memiliki beberapa anak dan suamiku telah meninggal. Selama tiga hari ini aku tak mendapatkan makanan untuk menghidupi mereka, karena di daerah ini sedang terkena paceklik.”

 Hati Imam Ibnul Mubarok bergetar. Segera ia pergi dan kembali lagi bersama semua bekalnya untuk berangkat haji.

“Ambillah, ini semua untukmu.”

 Akhirnya, musim haji berlalu dan Imam Abdullah bin al-Mubarok masih berada di Kuffah. Artinya, ia gagal menunaikan ibadah haji tahun itu. Dia pun memutuskan bermukim sementara di sana sampai para jamaah haji pulang ke negeri asal dan ikut bersama rombongan.

 Begitu tiba di kampung halaman, beliau disambut antusias masyarakat. Mereka beramai-ramai memberi ucapan selamat atas ibadah hajinya. Imam Ibnul Mubarok pun menjawab, “Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini.”

 Sementara itu, kawan-kawannya yang berhaji menyuguhkan cerita lain. “Subhanallah, bukankah kami menitipkan bekal kepadamu saat kami pergi kemudian mengambilnya lagi saat kau di Arofah?”

Yang lain ikut menanggapi, “Bukankah kau yang memberi minum kami di suatu tempat di sana?”

“Bukankah kau yang membelikan sejumlah barang untukku,” kata satunya lagi.

Imam Abdullah bin al-Mubarok semakin bingung. “Aku tak paham dengan apa yang kalian katakan. Aku tak melaksanakan haji tahun ini.”

 Tapi banyak yang mengatakan bahwa mereka menyaksikan Imam Ibnu Mubarok berhaji bersama mereka, bahkan Imam Ibnul Mubarok sendiri yang menemani dan membimbing mereka dalam melaksanakan setiap proses ibadah haji tersebut.

Hingga malam harinya, dalam mimpi Imam Ibnul Mubarok mendengar suara, “Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji setiap tahun hingga hari Kiamat.”

Demikian diceritakan dalam kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi.

Baca juga: Kisah Ummu Ma’bad dan Kambingnya yang Berkah

Baca juga: Dua Ulama Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri Cerewet

Tags: Abdullah bin al-MubarokBerhaji Tanpa Pergi ke Tanah Suci
Previous Post

Sejarah Kopi Luwak dan Hukum Mengonsumsinya

Next Post

Adab dan Doa Minum Air Zamzam

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Adab dan Doa Minum Air Zamzam

Adab dan Doa Minum Air Zamzam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kemenhaj Resmi Rilis Desain Batik Baru untuk Penyelenggaraan Haji 2026
  • Berdakwah Ala Jek: Penuh Humor tapi Teguh Syariat
  • Hati-Hati Bahaya Maghrur, Tertipu Oleh Kebaikan Diri Sendiri
  • Manusia dalam Pancasila: Makhluk Monoplural yang Menyatu dalam Keberagaman
  • Menjadi Mandiri: Seni Berdiri di Atas Kaki Sendiri

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng