tebuireng.co- Kisah Ummu Ma’bad dan kambingnya yang berkah bermula ketika nabi Muhammad Saw singgah di perkemahan milik Ummu Ma’bad dalam sela-sela perjalanan hijrah nabi bersama Abu Bakar as-Shiddiq.
Ketika Allah telah memberikan izin kepada nabi untuk hijrah ke Madinah maka nabi langsung mendatangi Abu Bakar pada siang hari untuk mengabarkan berita tersebut. Ketika nabi tiba di rumah Abu Bakar, Abu Bakar mengatakan: “demi Allah tidaklah nabi datang di waktu ini kecuali ada hal penting” karena biasanya nabi mendatangi rumah Abu Bakar pada pagi atau sore hari.
Setelah nabi mengabarkan perihal hijrahnya ke Madinah maka Abu Bakar meminta izin kepada nabi untuk menemani perjalanannya menuju Madinah, nabi pun mengizinkan. Mendengar hal tersebut Abu Bakar menangis karena begitu bahagianya. Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah, putri Abu Bakar bahwa Ia tidak pernah melihat orang yang menangis karena sangat bahagia seperti tangisan ayahnya (Abu Bakar) pada saat itu.
Maka tibalah hari dimana nabi keluar dari rumahnya untuk hijrah dan menemui Abu Bakar di tempat yang sudah dijanjikan sedangkan para orang kafir Quraisy yang telah berencana membunuh nabi sudah berada di depan rumah nabi, namun nabi tetap keluar tanpa rasa takut karena kuatnya keyakinan akan penjagaan Allah.
Atas kuasa Allah para orang kafir yang sedari tadi berada di luar tidak bisa melihat nabi yang berjalan keluar. Hal tersebut sebagaimana firman Allah dalam surah Yasin ayat 9
وَجَعَلْنَا مِنۢ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَٰهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. (QS. Yasiin : 9)
Dalam perjalanan menuju Madinah nabi dan Abu Bakar berhenti di suatu perkemahan milik wanita tua bernama Ummu Ma’bad yang mana nama aslinya adalah Atikah. Nabi dan Abu Bakar berencana meminta persediaan makanan jika ada kepada Ummu Ma’bad, tetapi karena saat itu keadaan sedang paceklik maka tidak ada persediaan apapun di dalam kemah.
Hingga akhirnya Nabi melihat seekor kambing. Maka Nabi pun bertanya: “Apakah kambing ini ada susunya wahai Ummu Ma’bad?” Ummu Ma’bad menjawab tidak ada, bahkan keadaan Kambing itu lebih parah dari sekedar tidak memiliki susu (karena sangat kurus)
Nabi pun berkata kepada Ummu Ma’bad: “Boleh kah jika saya memerahnya?” Ummu Ma’bad menjawab: “Silahkan jika memang ada susunya.” Maka Nabi menghampiri kambing tersebut dan tiba-tiba kambing tersebut melebarkan kakinya seakan memudahkan Nabi. Lalu Nabi mengucap Basmalah dan diperah.
Subhanallah, berkat tangan mulia nabi, kambing yang sangat kurus tersebut mengeluarkan susu dengan derasnya, sehingga diambilkan wadah lalu diisi sampai penuh. Lalu diberikan ke Abu Bakar sampai Ia kenyang, diberikan juga ke Ummu Ma’bad sampai Ia kenyang dan wadah tersebut tetap penuh. Lalu Nabi yang terakhir minum seraya berkata:
ساقي القوم آخرهم شربا
“Yang memberikan minum, dia lah yang minum terakhir “.
Hal tersebut menunjukkan akan ketawadhu’an Nabi. Nabi pun melanjutkan perjalanan. Tidak lama setelah itu datanglah sang suami yaitu Abu Ma’bad, setelah mengembala kambing-kambing yang pada kurus. Abu Ma’bad melihat ada wadah penuh susu, ia pun heran dan bertanya kepada sang istri bagaimana bisa ada susu sedangkan kambing-kambing yang dikembalanya tidak ada yang bisa diperas susunya saking kurusnya. Maka Ummu Ma’bad cerita bahwa ada orang-orang yang diberkahi berkunjung ke kemahnya.
Sang suami pun minta untuk disifatkan tentang orang itu, maka Ummu Ma’bad menceritkan ciri-ciri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sangat indah, detail serta menggunakan bahasa yang tinggi.
Ummu Ma’bad bercerita, “Aku melihat seorang yang rendah hati, wajahnya bersinar dan baik akhlaknya, badannya tegap dan sangat tampan. Matanya indah dan lebar. Bagian hitamnya sangat hitam, bagian putihnya sangat putih. Alis dan bulu matanya lebat dan halus. Tubuhnya harum dan rambutnya sangat hitam. Lehernya jenjang, janggutnya lebat. Jika diam, nampaklah kewibawaannya. Jika berbicara nampaklah kehebatannya. Ucapannya tersusun begitu rapi dan indah. Dari jauh, ia tampak begitu tampan. Saat dekat, ia adalah seorang yang manis dan begitu tampan. Perawakannya sedang (tidak terlalu tinggi dan tidak pendek). Tingginya tidak membuat yang berbicara dengannya capek. Dan tidak pendek sehingga membuat tertunduk. Ia bagaikan sebuah dahan di antara dua dahan. Kalau dia berbicara, yang lain mendengarkan ucapannya. Kalau dia memerintahkan, yang lainnya segera menunaikannya. Temannya sangat menaatinya.”
Setelah mendengar cerita tersebut Abu Ma’bad berkata “Itu adalah orang yang sedang dicari oleh orang kafir Quraisy, seandainya saja aku bertemu dengannya aku akan beriman kepadanya.”
Ummu Ma’bad dan keluarganya bukan merupakan orang Islam namun di kemudian hari mereka beriman dan masuk Islam.
Berkat keberkahan dari tangan mulia nabi, kambing yang diperah oleh nabi tersebut berumur panjang bahkan setelah Nabi sudah di Madinah dan wafat di sana, kambing tersebut masih tetap hidup dan mengeluarkan susu. Hingga Abu Bakar pun wafat kambing tersebut tetap hidup dan berkah dengan susunya. Diriwayatkan bahwa kambing tersebut mati ketika pemerintahan Umar bin Khattab.
Semata-mata karena keberkahan tangannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kambing yang sangat kurus bisa berumur panjang dan memberi manfaat kepada orang lain dengan susunya.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca juga: Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki Mencintai Orang Jawa
Baca juga: Dua Ulama Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri Cerewet