tebuireng.co– Imam Abdullah bin al-Mubarok ini sangat ingin melaksanakan ibadah haji, akan tetapi beliau belum mampu mengumpulkan bekal untuk itu. Banyak yang ingin menghajikan beliau, akan tetapi selalu beliau tolak dengan halus, dan beliau arahkan untuk orang lain.
Salah seorang muridnya kemudian bertanya, “Wahai Imam, kenapa kau tolak semua tawaran orang yang mau membantumu untuk berangkat haji?”
“Aku takut, karena aku teringat sabda Rasulullah Saw, yang mana beliau mengabarkan bahwa siapa yang melaksanakan ibadah haji dengan harta haram, maka dikatakan untuk orang tersebut : ‘Laa labbaik, wa laa sa‘daik‘. Maka dari itu aku akan berusaha mengumpulkan biaya haji sendiri.”
Akhirnya setelah sekian lama, Imam Ibnul Mubarok berhasil mengumpulkan bekal untuk melaksanakan ibadah haji. Akan tetapi, perjalanan haji Imam Abdullah bin al-Mubarok ke Tanah Suci terhenti kala ia sampai di kota Kuffah. Di sana beliau melihat seorang perempuan sedang mencabuti bulu itik dan Imam Ibnul Mubarok seperti tahu, itik itu adalah bangkai.
“Ini bangkai atau hasil sembelihan yang halal?” tanya beliau memastikan.
“Bangkai, dan aku akan memakannya bersama keluargaku.”
Ulama yang zuhud ini heran, di negeri Kufah bangkai ternyata menjadi santapan keluarga. Ia pun mengingatkan perempuan tersebut bahwa tindakannya adalah haram, tapi si perempuan menjawab dengan pengusiran.
Imam Ibnul Mubarok pun terus menasihati berkali-kali. Hingga akhirnya perempuan itu menjelaskan perihal keadaannya.
“Aku memiliki beberapa anak dan suamiku telah meninggal. Selama tiga hari ini aku tak mendapatkan makanan untuk menghidupi mereka, karena di daerah ini sedang terkena paceklik.”
Hati Imam Ibnul Mubarok bergetar. Segera ia pergi dan kembali lagi bersama semua bekalnya untuk berangkat haji.
“Ambillah, ini semua untukmu.”
Akhirnya, musim haji berlalu dan Imam Abdullah bin al-Mubarok masih berada di Kuffah. Artinya, ia gagal menunaikan ibadah haji tahun itu. Dia pun memutuskan bermukim sementara di sana sampai para jamaah haji pulang ke negeri asal dan ikut bersama rombongan.
Begitu tiba di kampung halaman, beliau disambut antusias masyarakat. Mereka beramai-ramai memberi ucapan selamat atas ibadah hajinya. Imam Ibnul Mubarok pun menjawab, “Sungguh aku tidak menunaikan haji tahun ini.”
Sementara itu, kawan-kawannya yang berhaji menyuguhkan cerita lain. “Subhanallah, bukankah kami menitipkan bekal kepadamu saat kami pergi kemudian mengambilnya lagi saat kau di Arofah?”
Yang lain ikut menanggapi, “Bukankah kau yang memberi minum kami di suatu tempat di sana?”
“Bukankah kau yang membelikan sejumlah barang untukku,” kata satunya lagi.
Imam Abdullah bin al-Mubarok semakin bingung. “Aku tak paham dengan apa yang kalian katakan. Aku tak melaksanakan haji tahun ini.”
Tapi banyak yang mengatakan bahwa mereka menyaksikan Imam Ibnu Mubarok berhaji bersama mereka, bahkan Imam Ibnul Mubarok sendiri yang menemani dan membimbing mereka dalam melaksanakan setiap proses ibadah haji tersebut.
Hingga malam harinya, dalam mimpi Imam Ibnul Mubarok mendengar suara, “Hai Abdullah, Allah telah menerima amal sedekahmu dan mengutus malaikat menyerupai sosokmu, menggantikanmu menunaikan ibadah haji setiap tahun hingga hari Kiamat.”
Demikian diceritakan dalam kitab an-Nawâdir karya Syekh Syihabuddin Ahmad ibn Salamah al-Qulyubi.
Baca juga: Kisah Ummu Ma’bad dan Kambingnya yang Berkah
Baca juga: Dua Ulama Menjadi Wali Karena Sabar Menghadapi Istri Cerewet