• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tirakatan Seorang Santri Menurut Gus Baha

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-07-08
in Keislaman, Kiai, Pesantren, Santri, Tokoh
0
Gus Baha saat membaca kitab (ist)

Gus Baha saat membaca kitab (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

KH Ahmad Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha mengatakan bahwa tirakatnya seorang santri itu adalah hidup jauh dari orang tua, tidak hidup mewah, makan seadanya, susah air atau listrik, selalu sholat berjamaah dan terus belajar.

Dalam dunia pesantren, sebuah tradisi yang melekat  dan tidak dapat dipisahkan dari diri seorang santri adalah ‘tirakat’. Tirakat, merupakan sebuah lakon khusus yang bertujuan untuk mendapat kesuksesan dalam mencari ilmu. Dasar kata tirakat diambil dari bahasa Arab thariqoh yaitu sebuah jalan, yang biasa dimaknai dengan jalan menuju Allah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa ia berasal dari bahasa Arab taroka yang berarti meninggalkan. Ini bermakna meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi, dengan menahan diri (agar tidak berlebihan) terhadap hal-hal yang mubah.

Umumnya semua kiai berpesan kepada santri-santrinya untuk tirakat. Seperti halnya dawuh kiai Abdullah Faqih Langitan, Santri iku kudu tirakat. Sebab, santri nek gelem tirakat, ilmune bakal mencorong, iso dialap manfaat karo wong akeh, tur nek ajak-ajak wong liyo, yo bakal digugu lan dipercoyo. Artinya, santri itu harus tirakat. Sebab, kalau santri mau tirakat, ilmunya akan terpancar, bisa diambil manfaat oleh banyak orang, dan jika mengajak orang lain juga akan diperhatikan dan dipercaya.

Bagi Gus Baha, inti dari sebuah tirakat atau riyadloh adalah menahan hawa nafsu untuk mempertajam kualitas spiritual. Hal ini diwujudkan dengan perilaku yang baik dan tidak menyimpang. Menjalankan perintah Allah, Rasulullah dan mengikuti tuntunan agama Islam.

Baca Juga: Tasawuf Abad 21 dalam Kacamata Gus Baha

Hematnya, seseorang yang mengaku santri bila bersungguh-sungguh mengikuti setiap kegiatan pesantren dan ikhlas maka keberhasilan akan datang. Karena terkadang tak butuh usaha aneh-aneh, asal ikut setiap aturan yang ada maka bisa berhasil.

Gus Baha juga meminta santri tidak bolos dalam belajar. Apalagi bolos karena alasan puasa sunah, wiridan dan acara bukan wajib lainnya. Lebih hinanya lagi, sampai meninggalkan kewajiban belajar untuk hal mubah atau mendekati haram. Secara kaidah, apabila ada perkara wajib dan sunah saling bertabrakan maka dahulukan perkara wajib.

Zaman dulu itu ada wali mulamatiyah, zaman sebelum Imam Asy Sya’roni. Thoriqahnya cukup melaksanakan shalat yang fardhu-fardhu saja, shalat-shalat sunnah tidak dikerjakan, pokoknya yang penting tidak melakukan maksiat” tambahnya

“Ternyata juga bisa jadi wali. Itu dilakukan karena beliau hidup di komunitas pekerja, jadi yang didakwahkan adalah syariat ‘tholabul halal fardhun ala kulli muslimin‘, yang penting orang-orang itu bekerja mencari rizki yang halal.” Ujar Gus Baha’

Semoga Allah memberikan ilmu manfaat

Tags: Gus BahaSantri
Previous Post

Wasiat KH Hasyim Asy’ari dan Larangan Belajar Kitab Durratun Nasihin

Next Post

Pembersihan dan Pengobatan Lahir Batin Pasca-Pandemi

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Pembersihan dan Pengobatan Lahir Batin Pasca-Pandemi Sebuah Refleksi Tasawuf

Pembersihan dan Pengobatan Lahir Batin Pasca-Pandemi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Jalanan dan Kaitannya dengan Karakter
  • Santri Ikuti Seleksi CBT MQKN 2025, Tujuh Kode Ujian Catat Skor Sempurna
  • Serangan Iran Dinilai Jadi Babak Baru dalam Sejarah Israel
  • Ferry Irwandi: Logical Fallacy Argumen Gus Ulil
  • Gus Ulil Sebut Platform X sebagai Medan Penting dalam Perang Narasi Global

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng