• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Faktor Membuat Orang Radikal Menurut Yenny

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-01-01
in Akidah, Kebangsaan, Tebuireng
0
Yenny Wahid yaitu rasa frustasi

Faktor membuat orang radikal menurut Yenny Wahid yaitu rasa frustasi (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Faktor membuat orang radikal menurut Yenny Wahid atau Zannuba Ariffah Chafsoh yaitu rasa frustasi yang tidak menemukan jawaban yang tepat dan salah pergaulan.

Hal ini Yenny sampaikan dalam konferensi pers Haul Gus Dur ke 12 di Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (30/12/2021).

“Salah satu faktor yang membuat orang radikal itu adalah kegelisahan, rasa gelisah, rasa putus asa, rasa frustrasi. Kemudian ada orang memprovokasi mereka dengan bahasa-bahasa yang emosional, dan bahasa emosional itu biasanya adalah bahasa agama atau bahasa politik,” kata Yenny.

Putri kedua Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menyebut itu hal ini terkuak dari riset yang dilakukan Wahid Foundation selama beberapa tahun.


Menurut Yenny, persoalan radikalisme tidak bisa hanya ditangani oleh aparat penegak hukum. Baginya, persoalan ini harus diselesaikan dengan pendekatan batin.

Radikalisme tidak harus dipahami hingga ke akarnya. Penyebab rasa frustrasi, kegelisahan, dan rasa ketidakadilan di tengah masyarakat yang harus dipahami.

“Tidak bisa aparat keamanan saja. Pendekatan keamanan itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah,” ujar Yenny.

Baca juga: Yenny Wahid, Pewaris Gus Dur

Menurut Yenny, sebagian besar orang-orang yang gelisah merupakan pemuda. Namun, mereka kerap tidak memiliki ruang untuk mengungkapkan rasa gelisah tersebut.

Ketika berinteraksi di media sosial, sebagian orang-orang tersebut menjadi korban bullying dan merasa frustrasi karena tidak bisa sukses seperti yang mereka harapkan.

“Frustasi, marah nah ini dilampiaskan, ada yang bilang, oh gara-gara orang kafir lah, gara-gara orang dari luar, dan macam-macam. Terciptalah xenofobia, terciptalah sikap radikal itu,” tuturnya.

Yenny Wahid memiliki cara tersendiri untuk menghalau paham radikal atau radikalisme yaitu dimulai dari desa dengan membentukd esa damai. Desa damai merupakan bentuk penguatan peran perempuan di berbagai bidang.

Hal ini dilakukan karena radikalisme sudah menjalar hingga ke pelosok desa di Indonesia. Keberadaan media sosial menjadi salah satu kontributor mewabahnya intoleransi melalui hoaks dan fitnah.

Yenny mengatakan program desa damai meliputi dua hal. Pertama, pemberikan askes permodalan dan pelatihan wirausaha melalui pembinaan perempuan. Dan kedua, pelatihan bagi masyarakat desa untuk melihat potensi konflik yang bersumber pada intoleransi.

Saat ini sudah ada 16 desa binaan dan gerakan ini sudah mendapat penghargaan dari Pemerintah Jepang.

“Jika diberdayakan desa-desa yang ada di Indonesia sebenarnya memiliki ‘penawar’ sendiri untuk permasalahan ini. Penawar itu yakni kearifan lokal yang memiliki nilai-nilai gotong-royong dan persaudaraan di tengah keragaman,” Yenny Wahid

Tags: Gus DurGus SholahIsu RadikalNahdlatul UlamaRadikalRadikalismeTebuirengYenny Wahid
Previous Post

Tertawa Cara Gus Dur Menyelesaikan Masalah

Next Post

Mengatakan Anak Bodoh Menurut Arrazy Hasyim

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

Mengatakan Anak Bodoh Menurut Arrazy Hasyim

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Menata Ulang Relasi Rumah Tangga Antara Laki-laki dan Perempuan
  • Profil Gus Irfan, Menteri Haji dan Umrah Pertama di Indonesia
  • 21 Dalil Merayakan Maulid Nabi Menurut Sayyid Muhammad al-Maliki
  • Pendapat Gus Baha Terkait Demontrasi: Boleh Dilakukan Asal Tidak Mudarat
  • Pesan PCNU Jombang kepada Aparat Keamanan dan Masyarakat

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng