• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Cara Menyambut Ramadan menurut Prof Quraish dan Gus Baha

tebuireng.co by tebuireng.co
2024-03-02
in Keislaman, Tokoh
0
Cara Menyambut Ramadan menurut Prof Quraish dan Gus Baha

Gus Baha dan Prof Quraish Shihab. (YouTube: Najwa Shihab)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ramadan tiba sebentar lagi. Tentunya umat Islam akan sangat gembira dalam menyambutnya. Bagaimana cara menyambut Ramadan menurut sudut pandang Prof Quraish Shihab dan Gus Baha?

Dalam satu kesempatan tentang pembahasan menyambut Ramadan, Prof Dr M Quraish Shihab menjelaskan bahwa “Marhaban” itu dari kata rahab, yang berarti lapang, tamu yang datang kita sambut dengan lapang dada.

Sedangkan arti rahab yang kedua ialah tempat mengambil bekal. Orang musafir membawa kendaraan, lalu ada tempat lapang atau luas untuk mengambil bekal atau memperbaiki kendaraan. Kita katakan Marhaban ya Ramadan, bukan sekedar hati lapang menerimamu (Ramadan) tetapi juga kita bersedia mengambil bekal menuju akhirat dan memperbaiki apa yang salah dari niat dan tingkah laku kita.

Jadi, sebenarnya menjelang Ramadan itu kita harus melakukan introspeksi. Apa yang selama ini kita lakukan, apa yang salah, kurang, apa yang perlu diperbaiki.

KH A Bahauddin Nursalim (Gus Baha) juga memberi penjelasan bahwa tradisi kami di pesantren kalau satu kiai mengajar satu atau dua kitab setelah shalat fardhu, tetapi kalau di Ramadan itu mengajar secara penuh. Terkadang setelah Isya’ mengajar dua kitab, atau setelah Subuh dua kitab.

Menurut Gus Baha, hal ini untuk melengkapi pengetahuan orang Indonesia, agar dapat berkahnya Ramadan, kita ini belajar kitab atau membacakan ke masyarakat supaya tahu niatnya orang-orang (ulama) terdahulu ketika berpuasa atau cara pandangnya tentang puasa.

Di antara ijazah dari KH Maimun Zubair dan juga ayah Gus Baha yaitu KH Nur Salim al-Hafidz:

ٱهْدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ ۝ صِرَٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ

Artinya: “Bimbinglah kami ke jalan yang lurus. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat…” (Q.S. Al-Fatihah 6-7)

Jadi, kita tidak bisa saleh tanpa meniru ulama-ulama terdahulu. Kita tidak bisa baik tanpa meniru ulama terdahulu. Karena di ayat itu Allah SWT tidak berfirman ihdina sirothol mustaqim, shirothoka, jalan-Mu, tetapi jalan mereka yang telah Engkau beri nikmat.

Gus Baha menjelaskan, jadi Allah menghendaki bahwa ini ada master-master-nya atau gurunya. Seperti Prof Quraish punya master Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy. Sedangkan, Gus Baha punya master KH Maimun Zubair. Jadi, setelah membaca Fadailul Ramadan versi ulama-ulama dulu, kita akan tahu cara pandang Ramadan secara benar karena meniru ulama-ulama terdahulu.

Salah satunya paling tidak, kita dengan puasa akan merasa lapar, tahu betapa sakitnya orang-orang miskin yang lapar. Merasa menghormati makanan karena begitu nikmat, ketika kita melihat makanan yang kita sepelekan di selain Ramadan, ketika Ramadan menjadi spesial semua. Bahkan, air putih pun spesial, sekadar pisang goreng pun spesial.

Dan itu hebatnya Rasulullah Saw, ketika memuji Ramadan dengan hal-hal yang lumrah atau wajar.

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Artinya: “Ada dua kebahagiaan bagi orang yang bepuasa, pertama ketika dia berbuka puasa dan kebahagiaan kedua yaitu ketika dia bertemu dengan Tuhan-Nya.”

Nabi membayangkan manusia itu setinggi apapun hebatnya, ternyata kebutuhan pokoknya ialah makanan itu. Jadi, ketika berbuka itu senang sekali meskipun tidak punya mobil mewah dan uang banyak. Sekadar bertemu makanan itu senang sekali. Sesuap makanan pun sangat berarti. Di sini ada syukur yang luar biasa. Itu kalau kita tidak membaca literatur-literatur ulama terdahulu mungkin kita tidak akan tahu. 

Maka, dari dua keterangan di atas, kita sebagai seorang muslim ketika akan menyambut bulan suci Ramadan harus memperbanyak introspeksi diri dan mempelajari keilmuan ulama terdahulu tentang cara pandang memaknai Ramadan. Semoga bermanfaat.

Penulis: M Sutan Alambudi

Editor: Ikhsan Nur Ramadhan

Baca Juga: Memperbanyak Niat Baik di Bulan  Ramadan

Tags: Gus BahaProf Quraish ShihabRamadan
Previous Post

Masjid Istiqlal Sediakan Shaf Khusus Bagi Penyandang Disabilitas

Next Post

Tradisi Acara Kenduren di Wonosalam

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Tradisi Acara Kenduren di Wonosalam

Tradisi Acara Kenduren di Wonosalam

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Syahadat Intelektual: Membumikan Nabi di Era Gen Z
  • Alumni Pesantren Gelar Aksi Damai di Depan Gedung Trans7, Tanggapi Tayangan Xpose Uncensored
  • Sigap, Menag Bakal Libatkan Pimpinan Pesantren Bahas Standar Bangunan
  • Lima Prinsip Dasar Menjaga Lingkungan Menurut Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi
  • Buka MQK 2025, Menag Dorong Eksplorasi Turats untuk Pelestarian Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng